Pengujian Inhibiton Concentration IC Pengujian Inhibition Concentration IC

3.9.2 Pengujian Effective Concentration EC

80 Asetilkolin Pengujian terhadap agonis muskarinik dilakukan untuk mengukur batas maksimun yang dapat ditunjukkan terhadap kontraksi ileum tikus, guna untuk mendapatkan harga EC 80 . Pengukuran dilakukan secara bertingkat dengan pemberian kumulatif asetilkolin sehingga diperoleh konsentrasi didalam organ bath 10 -8 sampai 10 -2 M. Ileum tikus yang telah diekuilibrasi selama 45 menit dengan pergantian larutan tirode tiap 15 menit diberikan larutan asetilkolin klorida dengan konsentrasi didalam bath 10 -8 sampai 10 -2 M otot polos ileum tikus menunjukkan respon kontraksi maksimum. Tabel 1. Pemberian asetilkolin secara kumulatif pada organ bath volume 50 ml. Volume yang ditambahkan kedalam organ bath ml Larutan Baku asetilkolin M adar asetilkolin dalam rgan bath M 0,25 2x10 -6 10 -8 0,5 2x10 -6 3x10 -8 0,2 2x10 -5 10 -7 0,5 2x10 -5 3x10 -7 0,2 2x10 -4 10 -6 0,5 2x10 -4 3x10 -6 0,2 2x10 -3 10 -5 0,5 2x10 -3 3x10 -5 0,2 2x10 -2 10 -4 0,5 2x10 -2 3x10 -4 0,2 2x10 -1 10 -3 0,5 2x10 -1 3x10 -3 2 2x10 -1 10 -2

3.9.3 Pengujian Inhibiton Concentration IC

80 Ekstrak Temulawak Pengujian aktivitas ekstrak etanol rimpang temulawak terhadap penurunan kontraksi ileum tikus dilakukan dengan penambahan ekstrak etanol rimpang temulawak konsentrasi berturut, yaitu dengan pemberian 10 µ l sampai 100 µ l ekstrak etanol rimpang temulawak kedalam organ bath sehingga diperoleh Universitas Sumatera Utara konsentrasi ekstrak etanol rimpang temulawak 0,01 sampai 0,1. Ileum tikus yang telah diekuilibrasi selama 45 menit dengan pergantian larutan tirode tiap 15 menit diberikan ekstrak etanol rimpang temulawak konsentrasi didalam bath 0,01 lalu didiamkan selama 1 menit. Kemudian ditambahkan asetilkolin klorida 7,5x10 -4 M konsentrasi EC 80 asetilkolin klorida, respon kontraksi otot polos ileum tikus akan tercatat pada rekorder. Kemudian cuci ileum tikus dengan larutan tirode sebanyak tiga kali pencucian dan dibiarkan sampai kondisi stabil, dilakukan pengujian berikutnya dengan konsentrasi ekstrak etanol rimpang temulawak yang lebih tinggi hingga otot polos ileum tikus tidak menunjukkan respon kontraksi dengan pemberian asetilkolin klorida. Table 2. Pemberian dosis ekstrak temulawak kedalam organ bath dengan konsentrasi berturut.

3.9.4 Pengujian Inhibition Concentration IC

80 Atropin sulfat Pengujian terhadap antagonis muskarinik dilakukan untuk melihat adatidaknya efek antikolinergik ekstrak etanol rimpang temulawak pada reseptor kolinergik sekaligus sebagai pembanding dalam melihat pola penurunan kontraksi Volume yang ditambahkan kedalam organ bath µl Larutan baku ekstrak etanol rimpang temulawak Kadar ekstrak temulawak dalam organ bath 10 50 0,01 20 50 0,02 30 50 0,03 40 50 0,04 50 50 0,05 60 50 0,06 70 50 0,07 80 50 0,08 90 50 0,09 100 50 0,1 Universitas Sumatera Utara pada ileum tikus yang dilakukan dengan konsentrasi berturut 10 -8 sampai 3x10 -5 M. Ileum tikus yang telah diekuilibrasi selama 45 menit dengan pergantian larutan tirode tiap 15 menit diberikan atropin sulfat konsentrasi didalam bath 10 -8 M lalu didiamkan selama 1 menit. Kemudian ditambahkan asetilkolin klorida 7,5x10 -4 M konsentrasi EC 80 asetilkolin klorida, respon kontraksi otot polos ileum tikus akan tercatat pada rekorder. Kemudian cuci ileum tikus dengan larutan tirode sebanyak tiga kali pencucian dan dibiarkan sampai kondisi stabil, dilakukan pengujian berikutnya dengan konsentrasi atropin sulfat yang lebih tinggi hingga otot polos ileum tikus tidak menunjukkan respon kontraksi dengan pemberian asetilkolin klorida. Tabel 3. Pemberian dosis atropin kedalam organ bath Volume yang ditambahkan kedalam organ bath ml Larutan baku atropin sulfat M Kadar Atropin sulfat dalam organ bath M 0,25 2x10 -6 10 -8 0,75 2x10 -6 3x10 -8 o,25 2x10 -5 10 -7 0,75 2x10 -5 3x10 -7 0,25 2x10 -4 10 -6 0,75 2x10 -4 3x10 -6 0,25 2x10 -3 10 -5 0,75 2x10 -3 3x10 -5

3.9.5 Tahap Uji Farmakodinamik.

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

6 112 90

Efek Ekstrak Etanol Daun Keji Beling (Strobilanthus Crispus (L.) Blume) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi Secara Kualitatif

6 88 113

Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut (Cavia porcellus) Terisolasi Secara In Vitro

8 98 122

Efek Ekstrak Etanol Daun Keji Beling (Strobilanthus Crispus (L.) Blume) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi Secara Kualitatif

0 0 16

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 15

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 2

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 6

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 10

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 3

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 30