Reseptor kolinergik Reseptor muskarinik Antagonis muskarinik

pembuluh darah. Ganglion parasimpatis menerima serabut eksitasi ekstrinsik dari vagus dan serabut simpatis inhibisi. Transmitor-transmitor lain pada usus termasuk 5-hidroksitriptamin 5HT, adenosine trifosfat ATP, nitrat oksida, dan neuropeptida Y Neal,2006.

2.5 Reseptor kolinergik

Ada berbagai reseptor kolinergik, yakni reseptor nikotinik, reseptor muskarinik dan berbagai subtipenya Ganiswara S,2007. Reseptor nikotinik adalah saluran ion bergerbang ligan dan aktivitasnya selalu menyebabkan peningkatan yang cepat dalam milidetik dalam permeabilitas selular terhadap Na 2+ dan Ca 2+ , depolarisasi, dan eksitasi. Sebaliknya reseptor muskarinik termasuk golongan reseptor yang dikopelkan dengan protein G. Respon terhadap agonis muskarinik lambat, respon tersebut dapat berupa pengeksitasian atau penghambatan, dan tidak selalu berkaitan dengan perubahan permeabilitas ion Gilman,2007.

2.6 Reseptor muskarinik

Berdasarkan spesifisitas farmakologis ada lima subtipe reseptor muskarinik M 1 sampai M 2 . Reseptor M 1 ditemukan diganglia dan di beberapa kelenjar sekresi, reseptor M 2 banyak terdapat di miokardium dan tampaknya juga ditemukan di otot polos, reseptor M 3 dan M 4 terletak diotot polos dan kelenjar sekresi. Fungsi dasar reseptor muskarinik diperantarai oleh interaksi dengan anggota kelompok protein G, sehingga perubahan fungsi molekul efektor terikat- membran yang berbeda diinduksi oleh protein G. Subtipe M 1, M 3 dan M 5 mengaktivasi protein G yang bertanggung jawab untuk stimulasi aktivitas Universitas Sumatera Utara fosfolipase C, akibat langsungnya adalah hidrolisis fosfatidilinisitol polifospat yang merupakan komponen membrane plasma untuk membentuk inositol ppolifosfat. Beberapa isomer inofosfat terutama inositol-1,4,5-trisfosfat menyebabkan pelepasan Ca 2+ intraseluler dari penyimpannya di retikulum endoplasma. Dengan demikian reseptor ini memperantarai fenomena tergantung- Ca 2+ seperti kontraksi otot polos dan sekresi Gilman,2007.

2.7 Antagonis muskarinik

Penghambatan reseptor muskarinik atau anti muskarinik dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu 1 Alkaloid antimuskarinik, atropin dan skopolamin, 2 derivat semisintetisnya, 3 derivat sintetis. Atropin merupakan prototipe antimuskarinik, hambatan oleh atropin bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan. Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat terhadap yang eksogen. Kepekaan reseptor muskarinik terhadap antimuskarinik berbeda antar organ. Pada dosis kecil atropin hanya menekan sekresi air liur, mukus bronkus dan keringat, pada dosis yang lebih besar baru terlihat dilatasi pupil ganguan akomodasi dan penghambatan nervus vagus sehingga terlihat takhikardia. Diperlukan dosis yang lebih besar untuk menghambat peristalsis usus dan sekresi kelenjar dilambung Ganiswara, 2007. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental. Prosedur yang dilakukan meliputi pembuatan simplisia, skrining fitokimia simplisia, karakterisasi simplisia, tahapan persiapan bahan pengujian dan tahapan pengujian kontraksi ileum menggunakan alat organ bath.

3.1 Alat-Alat

Alat- alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mortir dan stamfer, blender Philips, alat-alat gelas laboratorium ,micropipet, lemari pengering, oven listrik, rotary evaporator Haake D, neraca kasar SUN, neraca analitik Vibra AJ, timbangan hewan, jarum suntik Terumo, alat-alat bedah, organ bath volume 50 ml ADinstrument, alat-alat sistem organ bath power lab system.

3.2 Bahan-Bahan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang temulawak Curcuma xanthorriza Roxb.. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah etanol 96, air suling, toluena. Larutan tirode larutan fisiologis yaitu larutan yang mengandung NaCl, KCl, MgSO 4. 7H2O, NaH 2 PO 4, NaHCO 3, Glukosa, CaCl 2. Bahan pembanding yang digunakan adalah atropin sulfat dan sebagai bahan penginduksi digunakan asetilkolin klorida.

3.3 Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus Rattus novergicus jantan, galur wistar, berat badan 150-200 g dengan kondisi sehat. Hewan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

6 112 90

Efek Ekstrak Etanol Daun Keji Beling (Strobilanthus Crispus (L.) Blume) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi Secara Kualitatif

6 88 113

Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut (Cavia porcellus) Terisolasi Secara In Vitro

8 98 122

Efek Ekstrak Etanol Daun Keji Beling (Strobilanthus Crispus (L.) Blume) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi Secara Kualitatif

0 0 16

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 15

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 2

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 6

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 10

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 3

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 30