bahan pembuatan polimer akan dapat merubah sifat dari bahan yang dihasilkan Randal,D dan Lee,S,2002.
Dalam penelitian ini ingin dilakukan epoksidasi terhadap ikatan pada metil
risinoleat yang diperoleh dari minyak jarak untuk menghasilkan senyawa epoksida yang selanjutnya dilakukan alkoksilasi dengan gliserol untuk mendapatkan senyawa
poliol turunan asam risinoleat.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka sebagai permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah senyawa epoksida hasil epoksidasi dari metil risinoleat yang
diperoleh dari minyak jarak Ricinus communis Linn dapat dialkoksilasi dengan gliserol secara insitu untuk menghasilkan
senyawa poliol turunan risinoleat 2.
Sejauh mana perbedaan nilai bilangan hidroksi antara senyawa poliol hasil hidrolisis dibandingkan hasil alkoksilasi dengan gliserol terhadap
hasil epoksidasi metil risinoleat
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk menghasilkan senyawa poliol melalui alkoksilasi dengan
gliserol terhadap hasil epoksidasi metil risinoleat 2.
Untuk mengetahui perbedaan antara poliol hasil hidrolisis dan hasil alkoksilasi dengan gliserol terhadap hasil epoksidasi yang diperoleh
dari minyak jarak Ricinus communis Linn
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi terhadap industri oleokimia bahwa alkoksilasi dengan gliserol terhadap hasil
epoksidasi metil risinoleat yang diperoleh dari minyak jarak Ricinus communis Linn dapat menghasilkan senyawa poliol yang memiliki perbedaan dengan poliol yang
dihasilkan dari hidrolisis langsung terhadap hasil epoksidasi metil risinoleat.
1.5 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA-USU Medan. Analisa FT-IR dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA-UGM Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LEMAK DAN MINYAK
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol yang berarti triester dari gliserol Fessenden,R.J dan Fessenden,J.,1984.
Lemak meliputi mentega, lemak hewan, dan bagian berlemak dari daging. Minyak terutama berasal dari tumbuhan: termasuk jagung, biji kapas, zaitun, kacang,
dan minyak kedelai Hart,H, 1990.
Lemak dan minyak biasanya dibedakan berdasarka titik lelehnya: pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair
Wilbraham,A.C,1992. Meskipun lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair, keduanya memiliki
struktur organik dasar yang sama Hart,H, 1990.
Lemak dan minyak pada dasarnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam beberapa pelarut organik seperti karbon tetraklorida, petroleum eter dan etil eter
Lawson,W.H.,2001.
Kelarutan minyak atau lemak dalam suatu pelarut ditentukan oleh sifat polaritas asam lemaknya. Asam lemak yang bersifat polar cenderung larut dalam
pelarut polar, sedangkan asam lemak non polar larut dalam pelarut nonpolar. Sifat dan daya kelarutan ini digunakan sebagai dasar pada praktek pengujian-
pengujian analitis dan ekstraksi minyak dengan pelarut. Sifat minyak dan lemak yang larut dalam pelarut tertentu dipergunakan dalam pengolahan minyak secara komersial
dalam ekstraksi minyak menggunakan metode solvent ekstraksi.
Daya kelarutan asam lemak biasanya lebih tinggi dari komponen gliseridanya, dan dapat larut dalam pelarut organik yang bersifat polar dan non polar. Semakin
Universitas Sumatera Utara
panjang rantai karbon maka minyak dan lemak tersebut semakin sukar larut dalam pelarut polar. Minyak dan lemak yang tidak jenuh lebih mudah larut dalam pelarut
organik daripada asam lemak jenuh dengan panjang rantai karbon yang sama. Asam lemak yang derajat ketidakjenuhannya tinggi akan lebih mudah larut daripada asam
lemak dengan derajat ketidakjenuhan rendah Ketaren,S, 2008.
Lemak hampir sebagian besar mengandung ester-ester dan pada dasrnya lemak mempunyai komposisi yang sederhana. Ester-ester lemak adalah non-volatil dan tidak
berbau, tetapi mempunyai semua sifat-sifat yang karakteristik dari ester-ester pada umumnya. Lemak terbentuk dari gliserol yang dapat mengadakan penggabungan
dengan asam-asam organik yang disebut asam lemak membentuk rangkaian alifatik yang lurus. Hampir selalu asam-asam yang membentuk lemak mempunyai jumlah
atom C genap per molekulnya, biasanya jumlah atom karbon antara C
8
hingga C
24
. Telah dikenal adanya harga-harga khusus yang digunakan untuk menentukan
sifat-sifat lemak seperti: derajat ketidakjenuhan, keasaman dari hidrolisis dan rata-rata Berat Molekul. Sifat-sifat ini tergantung pada asal dari lemak.
Sastrohamidjojo,H,2005 1.
Angka asam: mengukur derajat dari hidrolisis atau ketengikan rancidity dari lemak, yang diartikan berapa mg KOH yang
dibutuhkan untuk menetralisir asam lemak bebas dalam 1 gram lemak 2.
Angka sabun saponifikasi: berapa mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram dari lemak
3. Angka iod: mengukur derajat ketidakjenuhan dari lemak yang diartikan
berapa gram iod yang ditambahkahkan pada100 gram lemak
2.2 OLEOKIMIA