2.2.11. Pengaruh Investment Opportunity Set pada Hubungan antara
Dividend yield dan Return saham
Smith et al 1992 dalam Martusa, 2007 menggunakan kerangka pemikiran berdasarkan teori contracting. Teori contracting secara prinsip
menggunakan asumsi bahwa penilaian kebijakan perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Perbedaan dalam kebijakan
prosedur akuntansi bisa dilihat dari perspektif efficiency contracting. Dalam perspektif efficiency contracting secara khusus manajer akan
memilih metode akuntansi yang akan meminimumkan kas agensi agency cost. Dengan demikian, manajer akan memaksimalkan nilai perusahaan.
Smith et al. 1992 mendukung hipotesis kontrak bahwa perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi cenderung membagikan
deviden lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki level investment opportunity set rendah.
Belkaoui dan Picur 2001 dalam Martusa 2007 menemukan adanya perbedaan relevansi nilai deviden bagi perusahaan-perusahaan
yang memiliki level investment opportunity set tinggi dengan perusahaan yang memiliki level investment opportunity set rendah. Hal ini
ditunjukkan oleh hubungan antara deviden dengan harga saham yang memiliki koefisien regresi bertanda positif dan signifikan bagi perusahaan
yang memiliki level investment opportunity set rendah. Sehingga perusahaan yang memiliki tingkat investment opportunity
set tinggi akan cenderung tidak memberikan deviden kepada para
pemegang saham karena perusahaan lebih cenderung untuk menyimpan laba atau tidak membagikan deviden untuk melakukan pengembangan
perusahaan.
2.2.12. Pengaruh Investment Opportunity Set pada Hubungan antara Price
Earning Ratio dan Return saham
Whitbeck dan Manown 1963, Sartono dan Misbahul 1997, Warsini 1994 dan Singgih 1998 dalam Martusa, 2007 menemukan
bahwa pertumbuhan laba berhubungan secara positif dengan price earning ratio. Makin tinggi tingkat pertumbuhan laba maka price earning ratio
akan makin besar. Pertumbuhan laba yang tinggi bisa mencerminkan bahwa bagian laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham
dalam bentuk laba ditahan akan semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan perusahaan mampu untuk membiayai kegiatan operasionalnya dengan
sumber pendanaan yang lebih mengandalkan pada sumber internal. Smith et al. 1992 dalam Martusa, 2007 menemukan bukti bahwa
perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi mempunyai ratio debt to equity yang lebih rendah dalam kebijakan
struktur modalnya karena pendanaan modal sendiri cenderung mengurangi masalah-masalah agency yang potensial berasosiasi dengan eksistensi
utang yang beresiko dalam struktur modalnya. Untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki level investment
opportunity set tinggi, maka perusahaan akan memiliki kesempatan pertumbuhan yang lebih besar dengan menggunakan sumber pendanaan
yang bersifat internal. Sumber dana internal yang bisa digunakannya adalah berasal dari laba ditahan. Apabila ditahan akan memiliki relevansi
nilai yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi, karena perusahaan tidak terlalu
mengandalkan sumber dana dari pihak eksternal untuk kegiatan operasionalnya. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan yang memiliki level
investment opportunity set rendah, maka laba akan ditahan menjadi lebih kecil, karena sebagian besar laba dijadikan sebagai dividen. Keadaan ini
berakibat perusahaan akan lebih tergantung dengan sumber dana dari pihak eksternal.
2.3 Kerangka Pikir Fenomena :
Adanya Fluktuasi Return saham dari tahun ke tahun pada perusahaan Otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia
Teori yang mendukung:
Halim 2002:17, deviden sebagai tanda tersedianya pendapatan
perusahaan dan besarnya deviden yang dibayarkan sebagai informasi tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa
mendatang.
Harahap 2002:311, PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi
investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.
Smith et al. 1992 dalam Martusa 2007, bahwa perusahaan
yang memiliki level investment opportunity set tinggi cenderung membagikan deviden lebih rendah dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki level investment opportunity set rendah.
Smith et al. 1992 dalam Martusa, 2007 bahwa perusahaan
yang memiliki level investment opportunity set tinggi mempunyai ratio debt to equity yang lebih rendah dalam
kebijakan struktur modalnya karena pendanaan modal sendiri cenderung mengurangi masalah-masalah agency yang
potensial berasosiasi dengan eksistensi utang yang beresiko dalam struktur modalnya.
Dividend Yield Price EarningRatio
Investment Opportunity Set
Return saham Analisa Regresi Linier Berganda
Ada pengaruh Tidak ada pengaruh