BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang pernah dilakukan mengenai Return Saham ini antara lain : 1.
Martusa 2007 , penelitian dengan judul “Pengaruh Dividend Yield dan Price Earning Ratio terhadap Return Saham dengan Investment
Opportunity Set sebagai variabel moderating”, Permasalahan yang dikemukakan adalah : Apakah Dividend Yield dan Price Earning Ratio
berpengaruh terhadap Return Saham dengan Investment Opportunity Set sebagai variabel moderating. Sampel yang digunakan adalah metode
purposive sampling dan pengujian dilakukan dengan menggunakan moderated regression analysis. Pada jurnal penelitian tersebut diperoleh
dari hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa Investment Opportunity Set secara statistik tidak mempengaruhi hubungan antara
Dividend Yield dan Price Earning Ratio terhadap Return Saham. 2.
Susilowati 2003, penelitian dngan judul “ Pengaruh Price Earning Ratio PER terhadap Faktor Fundamental Perusahaan dividend Payout
Ratio, Earning Per Share dan Resiko”. Permasalahan yang dikemukakan adalah Apakah Price Earning Ratio PER terhadap Faktor
Fundamental Perusahaan dividend Payout Ratio, Earning Per Share dan Resiko. Sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan
pengujian dilakukan dengan menggunakan analysis regresi berganda.
Pada jurnal penelitian tersebut diperoleh dari hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa portofolio yang dibentuk oleh Price earning ratio
PER, price to bool value PBV dan price to sales ratio PSR yang rendah. Memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
portofolio yang dibentuk oleh PER, PBV, dan PSR yang tinggi.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Manajemen Keuangan
Menurut Husnan 2004:4, manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan.
Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer keuangan. Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas
dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur Keuangan, Manajer Keuangan, Kepala Bagian Keuangan dan sebagainya,
mungkin sekali melakukan kegiatan keuangan. Sebagai misal, keputusan untuk memperluas kapasitas pabrik, menghasilkan produk baru jelas akan
dibicarakan dan diputuskan oleh berbagai Direktur, tidak terbatas hanya oleh Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh
manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Meskipun demikian kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana atau allocation of funds dan mencari pendanaan atau raising of funds. Dua
kegiatan utama atau fungsitersebut disebut sebagai fungsi keuangan.
Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-
usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien
Sutrisno, 2001:3.
2.2.2 Laporan Keuangan
2.2.2.1 Arti Pentingnya Laporan Keuangan
Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk
laporan keuangan tidak hanya sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa
tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan Munawir, 2002:1.
2.2.2.2 Pihak yang Berkepentingan Terhadap Posisi Keuangan
Pihak-pihak tersebut adalah para pemilik perusahaan, manager perusahaan yang bersangkutan, kreditur, bankers, para investor dan
pemerintah Munawir, 2002:2 .
2.2.2.3 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Menurut
Myer dalam bukunya Financial Statement Analisys mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun
oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca dan daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah
menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu laba ditahan Munawir, 2002:5.
2.2.2.4 Sifat Laporan Keuangan
Munawir, 2002:6
Fakta yang telah dicatat
Prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi
Pendapat pribadi
2.2.2.5 Bentuk Laporan Keuangan A. Neraca
Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk
menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan
sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet Munawir, 2002:13.
Bentuk Neraca :
Skontro
Dimana semua aktiva tercantum sebelah kiridebet dan hutang sebelah kanankredit.
Vertical
Dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, modal.
Bentuk neraca yang yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi
keuangan perusahaan. Munawir, 2002:20
B. Laporan Rugi Laba
Merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode
tertentu Munawir, 2002:26.
Bentuk Laporan Rugi Laba
Bentuk Single Step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan
menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung rugi laba bersih hanya memerlukan satu
langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
Bentuk Multiple Step yaitu bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.
2.2.3. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau Long Term Financial Assets. Pasar modal
memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka panjang untuk investasi jangka panjang dalam bentuk bangunan,peralatan dan sarana
produksi lainnya Sartono,2001:21. Bentuk umum surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi,saham preferen dan saham
biasa. Menurut Sunariyah 2004 :5, Pasar Modal adalah tempat
pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga . Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang
mempunyai kelebihan dana surplus funds melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten.
Menurut Darmadji 2001 :1 pada dasarnya pasar modal capital market merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka
panjang yang biasa diperjualbelikan baik dalam bentuk uang ataupun modal sendiri. Kalau pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka
pendek. Baik pasar modal maupun pasar uang merupakan bagian dari pasar keuangan financial market.
Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.1548KMK1990 tentang peraturan pasar modal adalah
suatu sistem keuangan yang terorganisasi termasuk didalamnya adalah bank- bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan serta
keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang
mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa efek.Sutrisno,2001 :341
Pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dengan perdagangan efek,perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya sebagai lembaga profesi yang berkaitan dengan efek Fakhrudin,2001:2
2.2.3.1 Fungsi Pasar Modal
Fungsi dari pasar modal bursa efek Sartono,2001: 23 adalah : A.
Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang ditawarkan kepada masyarakat.
B. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui
mekanisme pasar. C.
Membantu pembelajaran pemenuhan dana dunia usaha melalui penghimpunan dana masyarakat.
D. Menghimpun proses perluasan partisipasi masyarakat dalam
kepemilikan saham-saham perusahaan.
2.2.3.2 Manfaat Pasar Modal
Menurut Anoraga dan Pakarti 2001: 12 manfaat pasar modal adalah : a. Manfaat Pasar Modal bagi emitenperusahaan adalah :
1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.
2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana
selesai. 3.
Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.
4. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
5. Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga
nominal perusahaan. 6.
Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi.
7. Tidak ada beban finansial.
8. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
9. Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu.
10. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
b. Manfaat Pasar modal bagi Investor Pemodal adalah : 1.
Nilai investasi berkembang mengikuti harga saham yang mencapai capital gain.
2. Memperoleh deviden bagi mereka yang memilikimatau memegang
saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.
3. Mempunyai hak suara dalam RUPS Rapat Umum Pemegang
Saham bagi pemegang saham,mempunyai hak suara dalam RUPO Rapat Umum Pemegang Obligasi bila diadakan bagi pemegang
obligasi.
4. Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi,misal dari
saham A ke saham B sehingga dapat meningkatka keuntungan atau mengurangi resiko.
c. Manfaat Pasar Modal bagi Lembaga Penunjang adalah : 1.
Menuju ke arah professional didalam memberikan pelayanannya sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.
3. Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang.
4. Likuiditas efek semakin tinggi.
d. Manfaat Pasar Modal bagi Pemerintah adalah : 1.
Mendorong laju pembangunan. 2.
Mendorong investasi. 3.
Pencipta lapangan kerja. 4.
Mengurangi anggaran bagi BUMN Badan Usaha Milik Negara
2.2.4. Investasi di Pasar Modal
Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai
kelebihan dana Sunariyah,2003 : 4 Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang
dengan harapan untuk dapat menghasilkan arus dana masa dating dengan
jumlah yang lebih besar dari dana di lepaskan pada saat investasi awalMoeljadi, 2006 : 121
Investasi menurut jogianto 2000 : 5, merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk di gunakan di dalam produksi yang efisien selama
periode tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi
mendatang. Dengan demikian investasi dapat di definisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk di gunakan di dalam produksi yang
efisien selama periode waktu yang tertentu. Di dalam investasi ada dua potensi keuntungan dari investasi bursa
efek, yaitu berupa keuntungan yang di peroleh perusahaan yang di bagikan kepada pemegang saham deviden dan jika investor menjual sahamnya di
atas harga belinya.deviden perusahaan sangat berkaitan dengan performance perusahaan, sedangkan capital gain tidak begitu di pengaruhi oleh
perusahaan. Unsur spekulasi sangat berperan dalam jual beli saham, jika harga jual saham di bawah harga beli capital lost, sedangkan deviden tidak
bisa negatif anoraga dan pakarti, 2003 : 81. Menurut Usman dkk 1990 : 144, setiap pemodal memiliki tujuan
tertentu yang ingin di capainya melalui keputusan investasi yang di ambil. Secara umum tertentu saja motif investasi adalah : memperoleh keuntungan,
namun di kaitkan dengan karakteristik instrument di pasar modal pada dasarnya ada 5 sasaran yang ingin di capai oleh pemodal, antara lain :
1. keamanan.
2. pendapatan.
3. pertumbuhan.
4. fasilitas pajak.
5. spekulasi.
2.2.5. Return Saham
Return saham atau pengembalian saham merupakan pendapatan yang berhak diperoleh investor karena menginvestasikan dananya dalam
bentuk saham. Bagi investor yang rasional, tentunya hasil pengembalian saham sangat diperlukan, sehingga keuntungankerugian akan dapat selalu
dipantau guna memperoleh kepastian bisnis. Menurut Jogiyanto:1998 hasil pengembalian saham dapat dihitung dengan :
Rt = Notasi :
Rt = Return saham pada periode ke-t
Pt = Harga saham periode pengamatan
Pt-
1
= Harga saham periode sebelum pengamatan Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama,
yaitu yield dan capital gainloss. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik
dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah obligasi misalnya, maka besarnya yield ditunjukkan dengan bunga obligasi yang dibayarkan.
Demikian pula jika kita membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya deviden yang kita peroleh. Sedangkan capital gainloss sebagai komponen
kedua dari return yang merupakan kenaikan penurunan harga surat berharga bisa saham maupun surat utang jangka panjang, yang biasa
memberikan keuntungan kerugian bagi investor. Dalam kata lain, capital gainloss bisa diartikan sebagai perubahan harga sekuritas
Tandelilin,2001:48 Capital gain loss diperoleh dari keuntungan atau kerugian dari
selisih harga saham karena menjual sahamnya kepada pihak lain. Jadi artinya keuntungan atau kerugian dari penjualan inilah yang langsung
dapat dirasakan oleh pemegang saham. Capital gain loss bisa berupa angka minus return total suatu investasi bisa dituliskan sebagai berikut :
Return total = yield + capital gainloss Sedang untuk mengetahui secara pasti return yang akan diperoleh dari
suatu investasi adalah pekerjaan yang sulit. Return investasi yang dimasa akan datang adalah return yang diharapkan dan sangat mungkin berlainan
dengan return actual yang diterimanya nanti. Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu
ke- t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus Pi
t
- Pi
t-1
Pi
t-1
. Sedangkan return expektasi merupakan return yang harus diestimasi.
2.2.6. Dividend yield
Dividen dapat dinyatakan sebagai suatu persentase terhadap harga pasar yang disebut dengan dividend yield. Untuk menentukan dividend
yield, maka dividen pada periode berjalan dibagi dengan harga saham periode sebelumnya. Dividen yield merupakan rasio dividen per lembar
saham terhadap saham. Dividen yield DY diperoleh dengan formula :
Keterangan :
DY = Dividen Yield
dt = Dividen per lembar saham pada t
P
t-
1
= Harga saham pada t-
1
2.2.7. Price Earning Ratio 2.2.7.1 Pengertian Price Earning Ratio
Price Earning Ratio merupakan cerminan rupiah yang berani dibayar investor untuk setiap rupiah laba,PER rata-rata dari perusahaan yang
ada dalam satu industri dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menilai harga sebuah perusahaan Arifin, 2005:152. Pendekatan PER lebih baik
karena model yang terakhir ini sudah mempertimbangkan ekspetasi laba di masa yang akan datang.
Price Earning Ratio PER mempunyai arti yang cukup penting dalam menilai suatu saham dan rasio ini merupkan indikasi tentang harapan
masa depan perusahaan. Saham yang memilki PER yang tinggi
mencerminkan kinerja dan prospek badan usaha tersebut bagus, sehingga investor tertarik untuk membeli saham badan usaha tersebut.
Menurut Sawir 2005:21, PER adalah apa yang investor bayar untuk aliran earnings. Atau dilihat dari kebalikannya adalah apa yang investor
dapatkan peroleh dari investasi tersebut. Investor dalam pasar modal yang sudah maju menggunakan PER untuk mengukur apakah suatu saham
underpriced atau overpriced. Menurut Halim 2003:23, Price Earning Ratio sering digunakan analis saham untuk menilai harga saham.
Menurut Tandelilin 2001:243, Price Earning RatioPER adalah Rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan.
Informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata
lain PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Di samping itu, PER juga merupakan harga relatif dari sebuah
saham perusahaan,berikut rumus PER:
2.2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio PER
Menurut Whitbeck-kisor 1963 didalam Husnan 1994: 309 bahwa tiga variabel yang mempengaruhi PER, yaitu :
1. Tingkat Pertumbuhan Laba
2. Divident Payout Rate
3. Deviasi Standar Tingkat pertumbuhan Laba
2.2.8. Investment Opportunity Set Menurut Myers 1997 dalam Martusa, 2007 set kesempatan
investasi atau investment oppurtinity set membagi perusahaan menjadi dua komponen. Asset-in place yang dinilai secara independent dari
kesempatan investasi perusahaan di masa mendatang dan pilihan pertumbuhan yang di nilai atas dasar keputusan investasi discretionary
perusahaan di masa mendatang.
Gaver dan Gaver 1993 dalam Martusa, 2007 Investment opportunity set perusahaan menentukan kemampuannya memperoleh
keuntungan dari prospek pertumbuhan. Nilai opsi pertumbuhan tergantung pada pengeluaran-pengeluaran discretionary selanjutnya oleh manajer
sementara asset-in place tidak memerlukan investasi tersebut. Nilai dari Investment opportunity set perusahaan tergantung pada
faktor perusahaan dan industri. Cristie 1989 dalam kallapur dan trombley 2001 berpendapat bahwa factor utama yang menentukan Investment
opportunity set adalah factor industri seperti rintangan untuk masuk dan daur hidup produk. Factor ini memungkinkan perusahaan untuk membuat
investasi yang dapat meningkatkan rintangan untuk masuk subsitusi modal untuk tenagta kerja yang merupakan hasil dari skala ekonomi .
Daur hidup produk yang pendek berarti bahwa investasinya pada Research and Development, hal ini kemungkinan membuat lebih produktif dan
memiliki keuntungan komparatif yang akan meningkatkan nilai perusahaan.
Investment opportunity set perusahaan merupakan karakteristik penting dan memiliki pengaruh yang besar pada manajer, investor dan
kreditur.
2.2.9. Pengaruh Dividend Yield terhadap Return Saham
Deviden merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada
pemegang saham. Dividen dapat dinyatakan sebagai suatu persentase terhadap harga pasar yang disebut dengan dividend yield. Untuk
menentukan dividend yield, maka dividen pada periode berjalan dibagi dengan harga saham periode sebelumnya. Dividen yield merupakan rasio
dividen per lembar saham terhadap saham. Bagi investor jumlah rupiah yang diterima dari pembayaran deviden resikonya lebih kecil dari capital
gain dan deviden dapat diperkirakan sebelumnya. Sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan sehingga pembayaran deviden tinggi dianggap
perusahaan mempunyai prospek tinggi keuntungan yang baik. Sebaliknya penurunan deviden dianggap prospek keuntungan yang kurang baik.
Akhirnya harga saham cenderung mengikuti naik turun besarnya deviden yang dibayarkan.
Pengaruh penurunan besarnya deviden yang dibayarkan dapat menjadi informasi yang kurang baik bagi perusahaan, karena deviden
sebagai tanda tersedianya pendapatan perusahaan dan besarnya deviden yang dibayarkan sebagai informasi tingkat pertumbuhan pendapatan saat
ini dan masa mendatang. Dengan anggapan tersebut harga saham akan
menjadi turun karena banyak pemengang saham akan menjual sahamnya. Halim, 2002:17
2.2.10. Pengaruh Price Earning Ratio terhadap Return Saham
PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk mendapatkan satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata
lain, PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Dalam melakukan analisis perusahaan, investor harus
mendasarkan kerangka pikirnya pada salah satu komponen dalam analisis fundamental yaitu PER. Tandelilin, 2001:243
PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi karena para investor
telah mengeluarkan banyak dana untuk melakukan investasi di dalam perusahaan tersebut dan para investor mengharapkan tingkat return yang
tinggi pula. Harahap, 2002:311 Penelitian Anugerah et al. 2001 dalam Susilowati 2003,
menunjukkan bahwa PER memberikan petunjuk kepada investor atau calon investor mengenai kemungkinan return saham yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan sehingga para investor dapat mengetahui seberapa besar resiko dalam melakukan investasi dan mendapatkan keuntungan yang akan
diperoleh.
2.2.11. Pengaruh Investment Opportunity Set pada Hubungan antara
Dividend yield dan Return saham
Smith et al 1992 dalam Martusa, 2007 menggunakan kerangka pemikiran berdasarkan teori contracting. Teori contracting secara prinsip
menggunakan asumsi bahwa penilaian kebijakan perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Perbedaan dalam kebijakan
prosedur akuntansi bisa dilihat dari perspektif efficiency contracting. Dalam perspektif efficiency contracting secara khusus manajer akan
memilih metode akuntansi yang akan meminimumkan kas agensi agency cost. Dengan demikian, manajer akan memaksimalkan nilai perusahaan.
Smith et al. 1992 mendukung hipotesis kontrak bahwa perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi cenderung membagikan
deviden lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki level investment opportunity set rendah.
Belkaoui dan Picur 2001 dalam Martusa 2007 menemukan adanya perbedaan relevansi nilai deviden bagi perusahaan-perusahaan
yang memiliki level investment opportunity set tinggi dengan perusahaan yang memiliki level investment opportunity set rendah. Hal ini
ditunjukkan oleh hubungan antara deviden dengan harga saham yang memiliki koefisien regresi bertanda positif dan signifikan bagi perusahaan
yang memiliki level investment opportunity set rendah. Sehingga perusahaan yang memiliki tingkat investment opportunity
set tinggi akan cenderung tidak memberikan deviden kepada para
pemegang saham karena perusahaan lebih cenderung untuk menyimpan laba atau tidak membagikan deviden untuk melakukan pengembangan
perusahaan.
2.2.12. Pengaruh Investment Opportunity Set pada Hubungan antara Price
Earning Ratio dan Return saham
Whitbeck dan Manown 1963, Sartono dan Misbahul 1997, Warsini 1994 dan Singgih 1998 dalam Martusa, 2007 menemukan
bahwa pertumbuhan laba berhubungan secara positif dengan price earning ratio. Makin tinggi tingkat pertumbuhan laba maka price earning ratio
akan makin besar. Pertumbuhan laba yang tinggi bisa mencerminkan bahwa bagian laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham
dalam bentuk laba ditahan akan semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan perusahaan mampu untuk membiayai kegiatan operasionalnya dengan
sumber pendanaan yang lebih mengandalkan pada sumber internal. Smith et al. 1992 dalam Martusa, 2007 menemukan bukti bahwa
perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi mempunyai ratio debt to equity yang lebih rendah dalam kebijakan
struktur modalnya karena pendanaan modal sendiri cenderung mengurangi masalah-masalah agency yang potensial berasosiasi dengan eksistensi
utang yang beresiko dalam struktur modalnya. Untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki level investment
opportunity set tinggi, maka perusahaan akan memiliki kesempatan pertumbuhan yang lebih besar dengan menggunakan sumber pendanaan
yang bersifat internal. Sumber dana internal yang bisa digunakannya adalah berasal dari laba ditahan. Apabila ditahan akan memiliki relevansi
nilai yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi, karena perusahaan tidak terlalu
mengandalkan sumber dana dari pihak eksternal untuk kegiatan operasionalnya. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan yang memiliki level
investment opportunity set rendah, maka laba akan ditahan menjadi lebih kecil, karena sebagian besar laba dijadikan sebagai dividen. Keadaan ini
berakibat perusahaan akan lebih tergantung dengan sumber dana dari pihak eksternal.
2.3 Kerangka Pikir Fenomena :
Adanya Fluktuasi Return saham dari tahun ke tahun pada perusahaan Otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia
Teori yang mendukung:
Halim 2002:17, deviden sebagai tanda tersedianya pendapatan
perusahaan dan besarnya deviden yang dibayarkan sebagai informasi tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa
mendatang.
Harahap 2002:311, PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi
investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.
Smith et al. 1992 dalam Martusa 2007, bahwa perusahaan
yang memiliki level investment opportunity set tinggi cenderung membagikan deviden lebih rendah dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki level investment opportunity set rendah.
Smith et al. 1992 dalam Martusa, 2007 bahwa perusahaan
yang memiliki level investment opportunity set tinggi mempunyai ratio debt to equity yang lebih rendah dalam
kebijakan struktur modalnya karena pendanaan modal sendiri cenderung mengurangi masalah-masalah agency yang
potensial berasosiasi dengan eksistensi utang yang beresiko dalam struktur modalnya.
Dividend Yield Price EarningRatio
Investment Opportunity Set
Return saham Analisa Regresi Linier Berganda
Ada pengaruh Tidak ada pengaruh
2.4. Hipotesis