PENGARUH DIVIDEND YIELD DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BEI.

(1)

PENGARUH DIVIDEND YIELD DAN PRICE EARNING

RATIO TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN

INVESTMENT OPPORTUNITY SET SEBAGAI

VARIABEL MODERATING PADA

PERUSAHAAN OTOMOTIF

YANG GO PUBLIK

DI BEI

USULAN PENELITIAN

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

Oleh :

NUR CHOLIFAH 0612010197 / FE / EM FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Perhitungan Return Saham Perusahaan Otomotif yang go Public di BEI ... Tabel 2. Devidend Yield Perusahaan Otomotif yang go Publik di BEI

tahun 2004-2008 ………... Tabel 3. Price Earning Ratio Perusahaan Otomotif yang go Publik di BEI tahun 2004-2008 ……… Tabel 4. Investment Opportunity Set Perusahaan Otomotif yang go Publik di BEI tahun 2004-2008 ……… Tabel 5. Return Saham Perusahaan Otomotif yang go Publik di BEI tahun 2004-2008 ………...…... Tabel 6. Hasil Uji Normalitas... ………. Tabel 7. Hasil Uji Normalitas setelah transformasi data... Tabel 8. Hasil Nilai Mahalanobis Distance... Tabel 9. Hasil Uji Multikolinearitas ... Tabel 10. Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Eliminasi... Tabel 11. Hasil Uji Durbin Waston... Tabel 12. Hasil Uji Heteroskedasititas... Tabel 13. Hasil Uji Statistik Deskriptif... Tabel 14. Hasil Analisis Regresi Berganda... Tabel 15. Nilai Koefisien Determinasi (R-square/R2)...


(3)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabulasi Data Keuangan Lampiran 2 : Uji Normalitas

Lampiran 3 : Uji Asumsi Klasik


(4)

PENGARUH DIVIDEND YIELD DAN PRICE EARNING

RATIO TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN

INVESTMENT OPPORTUNITY SET SEBAGAI

VARIABEL MODERATING PADA

PERUSAHAAN OTOMOTIF

YANG GO PUBLIK

DI BEI

Oleh :

Nur Cholifah

Abstraksi

Dalam melaksanakan kegiatannya, setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Usaha untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal atau tujuan perusahaan ini dimaksudkan agar perusahaan mampu meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan dan membuat perusahaan tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar, selain itu kemampuan manajemen perusahaan dalam menghasilkan keuntungan akan menimbulkan kepercayaan pada pemilik perusahaan, akan tetapi sering kali bahwa manajer dari sebuah perusahaan mungkin membuat keputusan yang bertentangan dengan tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Atas dasar gambaran tersebut maka penelitian ini bermaksud untuk meneliti mengenai pengaruh devidend yield dan price earning ratio terhadap return saham dengan investment opportunity set sebagai variabel moderating.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang go public dan masih terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia sebanyak 8 perusahaan. Dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari pihak instansi terkait yang digunakan sebagai data pendukung dalam pengumpulan data. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

devidend yield dan price earning ratio tidak berpengaruh terhadap return saham

dengan investment opportunity set sebagai variabel moderating pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI, sehingga hipotesis penelitian ini tidak teruji kebenarannya.

Keyword : Devidend Yield, Price Earning Ratio, Investment Opportunity Set dan Return Saham.


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dampak krisis global, yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya melakukan efisiensi dan menahan diri untuk ekspansi. Ini bukan hanya karena menurunnya tingkat daya beli masyarakat akibat krisis. Melainkan juga ancaman krisis likuiditas juga sempat di alami kalangan perbankan. Industri otomotif yang pembiayaan penjualannya sangat mengandalkan perbankan pun harus ikut kena getahnya. Sehingga banyak cabang perusahaan-perusahaan itu ditutup dan terjadi pemutusan hubungan kerja besar-besaran.

Prestasi industri otomotif, ternyata tidak lama bisa dinikmati. Sebab kini kalangan industri harus berjuang keras, bukan hanya agar selamat dari dampak krisis dan mencegah terjadinya kebangkrutan dan PHK para pekerja. Namun juga agar penurunan kinerja industri tahun ini tidak terlalu besar. Banyak kalangan menilai grafik pertumbuhan industri otomotif Indonesia tidak pernah landai, namun turun naik fluktuatif. (www.bisnisindonesia.com/Minggu, 08Februari 2008)

Dalam rangka peningkatan pertumbuhan perusahaan dan menjaga kelangsungan hidup usahanya dalam persaingan bisnis yang ketat, perusahaan lebih cenderung untuk menahan sebagian besar keuntungannya untuk dijadikan modal dengan maksud perusahaan mempunyai kesempatan


(6)

investasi yang paling menarik sehingga tingkat keuntungan juga akan dapat dicapai secara maksimal.

Dalam melaksanakan fungsi ekonomi pasar modal memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pasar modal sebagai sarana untuk menghimpun sumber dana dari masyarakat diluar perbankan. Di samping itu, juga merupakan sumber dana yang sangat potensial bagi perusahaan yang membutuhkan dana jangka panjang dengan biaya relatif murah. Sebaliknya bagi sebagian masyarakat.

Dalam melaksanakan fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) kepada pihak yang membutuhkan dana (emiten). Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, penyandang dana berharap akan memperoleh imbalan atau keuntungan dari penyerahan dana tersebut. Bagi peminjam dana, tersedianya dana tersebut pada pasar modal memungkinkan mereka untuk melakukan kegiatan usaha tanpa harus menunggu dana yang mereka peroleh dari hasil operasi perusahaannya. Proses semacam ini diharapkan mampu meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan suatu perusahaan.

Tinggi rendahnya harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja keuangan), maupun faktor seperti : tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar, dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial, keamanan dan politik. Return saham merupakan pendapatan yang berhak diterima oleh investor karena


(7)

menginvestasikan dana dalam bentuk saham. Investor mengharapkan bahwa investasinya aman dan dalam melakukan investasi di pasar saham tentu mengharapkan deviden dan return yang tinggi, oleh karena itu investor perlu melakukan analisis terhadap faktor kinerja keuangan sebelum membeli saham untuk melihat prospek dari perusahaan tersebut.

Yang sangat penting untuk diperhatikan adalah tentang kenaikan return saham dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Saham suatu perusahaan dapat dinilai dari pengembalian (return) yang diterima oleh para pemgang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Return bagi pemegang saham bisa berupa deviden tunai atau adanya perubahan harga saham pada suatu periode. Return suatu saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dibagi dengan periode sebelumnya. Membeli saham bukanlah merupakan investasi yang sifatnya pasti. Karena perubahan tinggi rendahnya return saham menjadi hal penting untuk diperhatikan oleh para pelaku dalam pasar saham baik para pemodal, anggota bursa dan emiten. Untuk itu diperlukan suatu analisis tentang return saham dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Para pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja manajemen akan menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain yang memberikan keuntungan dan melepaskan atau menjual saham-saham yang sudah tidak menguntungkan lagi. Tujuan membeli, melepas dan menjual saham adalah untuk mendapatkan keuntungan yang


(8)

maksimal dan mengurangi resiko investasi dalam saham. Tindakan-tindakan tersebut jika dilakukan oleh pemegang saham akan mengekibatkan berfluktuasinya harga saham di Bursa Efek, begitu pula yang terjadi pada harga saham pada industri otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia. Jika laporan keuangan yang dihasikan bisa menunjukkan perusahaan selalu untung tentunya akan memperlihatkan kinerja perusahaan yang bagus sehingga akan mempengaruhi harga saham. Karena dengan naiknya harga saham tentu akan menaikkan return saham. Karena return saham merupakan selisih dari harga saham sekarang dengan harga saham berikutnya.

Ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang go public di Indonesia. Karena disaat mulai maraknya para pengguna kendaraan bermotor, yang seharusnya berdampak positif pada perusahan-perusahaan otomotif dalam meningkatkan pendapatannya, mengapa justru return saham yang diterima investor dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 berfluktuasi ( tidak stabil ).

Tabel 1 : Hasil perhitungan Return Saham Perusahaan Otomotif yang go public di BEI

No Nama

Perusahaan

Return Saham

2004 2005 2006 2007 2008

1 PT. Astra International Tbk 0,920  0,063  0,539  0,739  ‐0,614  2 PT. Astra Otoparts Tbk 0,242  0,455  0,045  0,137  0,053  3 PT. Goodyear Indonesia Tbk 1,293  ‐0,070  ‐0,175  0,970  ‐0,615  4 PT. Gajah Tunggal Tbk 0,182  ‐0,138  10,786  0,970  ‐0,615  5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 2,324  ‐0,688  ‐0,063  ‐0,178  ‐0,068  6 PT. Intraco Penta Tbk 0,694  0,105  ‐0,172  0,146  ‐0,575  7 PT. Tunas Ridean Tbk 1,250  0,022  0,029  0,746  ‐0,395  8 PT. United Tractors 0,820  0,615  0,782  0,664  ‐0,596 


(9)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa return saham pada perusahaan-perusahaan otomotif memang mengalami fluktuasi (tidak stabil) karena pada tahun penelitian perusahaan-perusahaan otomotif terkena imbas dari krisis ekonomi yang melanda dunia bisnis pada umumnya sehingga menyebabkan hasil yang di capai oleh perusahaan-perusahaan otomotif menurun dan berakibat pada tidak stabilnya harga saham perusahaan. Ini tentunya akan membuat investor tidak mendapatkan apa yang diinginkannya yaitu tingkat keuntungan atau tingkat return yang tinggi dari dana yang dikeluarkan oleh para investor. Padahal seorang investor yang berinvestasi selalu menginginkan keuntungan yang optimal dari investasi yang ditanamkan. Dalam beberapa tahun terakhir ini perusahaan otomotif seharusnya dapat memaksimalkan keuntungannya karena adanya tingkat perekonomian di Indonesia mulai membaik dan daya beli masyarakat juga naik, ini bisa dilihat dari semakin banyaknya penggunaan kendaran bermotor di Indonesia. Dengan memaksimalkan tingkat keuntungan maka perusahaan akan dapat memberikan return yang tinggi kepada para pemegang saham atau investor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham adalah sebagai berikut: semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia menuju ke arah yang efisien dimana yang relevan bisa dipakai untuk menilai harga saham (Husnan, 1996: 246 ).

Investor yang menginginkan pendapatan besar, akan berhadapan dengan resiko yang besar pula. Investor dalam upaya untuk meningkatkan tingkat pengembalian investasi melakukan tindakan berupa memaksimumkan expected


(10)

return pada berbagai tingkat resiko atau memindahkan resiko pada berbagai

tingkat resiko atau meminimumkan resiko pada berbagai tingkat expected

return ( Tandelilin, 2001: 5)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengangkat topik tersebut ke dalam penelitian dengan judul “ PENGARUH DIVIDEND YIELD DAN

PRICE EARNING RATIO TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET SEBAGAI VARIABEL

MODERATING PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO

PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA “.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dijadikan batasan dalam penelitian ini. Rumusan masalah tersebut adalah :

1. Apakah dividend yield berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah dividend yield berpengaruh terhadap return saham dengan

investment opportunity set sebagai variabel moderating pada perusahaan

otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah price earning ratio berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah price earning ratio berpengaruh terhadap return saham dengan

investment opportunity set sebagai variabel moderating pada perusahaan


(11)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang diharapkan dari penyusun untuk maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh dividend yield terhadap return saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh dividend yield terhadap return saham dengan

investment opportunity set sebagai variabel moderating perusahaan

Otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh price earning ratio terhadap return saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.

4. Untuk mengetahui price earning ratio pengaruh terhadap return saham dengan investment opportunity set sebagai variabel moderating perusahaan Otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi : a. Ilmu Pengetahuan

Menambah pengetahuan di bidang Manajemen Keuangan Khususnya mengenai return saham.

b. Pengambil Keputusan

Memberikan sumbangan pemikiran pada analisis, investor dan para pemegang saham serta manajemen investasi dalam menentukan keputusan serta strategi keuangan.


(12)

c. Peneliti

Peneliti dapat mengerti dan memahami teori-teori yang pernah didapatkan di perkuliahan, selanjutnya membandingkan dengan permasalahan serta mencari alternatif yang terbaik.


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pernah dilakukan mengenai Return Saham ini antara lain : 1. Martusa (2007 ), penelitian dengan judul “Pengaruh Dividend Yield dan

Price Earning Ratio terhadap Return Saham dengan Investment Opportunity Set sebagai variabel moderating”, Permasalahan yang dikemukakan adalah : Apakah Dividend Yield dan Price Earning Ratio berpengaruh terhadap Return Saham dengan Investment Opportunity Set sebagai variabel moderating. Sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan pengujian dilakukan dengan menggunakan moderated regression analysis. Pada jurnal penelitian tersebut diperoleh dari hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa Investment Opportunity Set secara statistik tidak mempengaruhi hubungan antara Dividend Yield dan Price Earning Ratio terhadap Return Saham.

2. Susilowati (2003), penelitian dngan judul “ Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Faktor Fundamental Perusahaan ( dividend Payout Ratio, Earning Per Share dan Resiko)”. Permasalahan yang dikemukakan adalah Apakah Price Earning Ratio (PER) terhadap Faktor Fundamental Perusahaan ( dividend Payout Ratio, Earning Per Share dan Resiko). Sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan pengujian dilakukan dengan menggunakan analysis regresi berganda.


(14)

Pada jurnal penelitian tersebut diperoleh dari hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa portofolio yang dibentuk oleh Price earning ratio (PER), price to bool value (PBV) dan price to sales ratio (PSR) yang rendah. Memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan portofolio yang dibentuk oleh PER, PBV, dan PSR yang tinggi.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Manajemen Keuangan

Menurut Husnan (2004:4), manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer keuangan. Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur Keuangan, Manajer Keuangan, Kepala Bagian Keuangan dan sebagainya, mungkin sekali melakukan kegiatan keuangan. Sebagai misal, keputusan untuk memperluas kapasitas pabrik, menghasilkan produk baru jelas akan dibicarakan dan diputuskan oleh berbagai Direktur, tidak terbatas hanya oleh Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Meskipun demikian kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana atau

allocation of funds dan mencari pendanaan atau raising of funds. Dua


(15)

Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusaha-usahaan dengan biaya yang murah serta usaha-usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien (Sutrisno, 2001:3).

2.2.2 Laporan Keuangan

2.2.2.1 Arti Pentingnya Laporan Keuangan

Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk laporan keuangan tidak hanya sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan (Munawir, 2002:1).

2.2.2.2 Pihak yang Berkepentingan Terhadap Posisi Keuangan

Pihak-pihak tersebut adalah para pemilik perusahaan, manager perusahaan yang bersangkutan, kreditur, bankers, para investor dan pemerintah (Munawir, 2002:2) .

2.2.2.3 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Menurut


(16)

Myer dalam bukunya Financial Statement Analisys mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca dan daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu laba ditahan (Munawir, 2002:5).

2.2.2.4 Sifat Laporan Keuangan

(Munawir, 2002:6)

 Fakta yang telah dicatat

 Prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi

 Pendapat pribadi

2.2.2.5 Bentuk Laporan Keuangan A. Neraca

Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet (Munawir, 2002:13).


(17)

Bentuk Neraca :

 Skontro

Dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri/debet dan hutang sebelah kanan/kredit.

 Vertical

Dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, modal.

 Bentuk neraca yang yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan perusahaan.

(Munawir, 2002:20)

B. Laporan Rugi Laba

Merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Munawir, 2002:26).

Bentuk Laporan Rugi Laba

 Bentuk Single Step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung rugi laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.

 Bentuk Multiple Step yaitu bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.


(18)

2.2.3. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau Long Term Financial Assets. Pasar modal memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka panjang untuk investasi jangka panjang dalam bentuk bangunan,peralatan dan sarana produksi lainnya (Sartono,2001:21). Bentuk umum surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi,saham preferen dan saham biasa.

Menurut Sunariyah (2004 :5), Pasar Modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga . Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten.

Menurut Darmadji (2001 :1) pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang biasa diperjualbelikan baik dalam bentuk uang ataupun modal sendiri. Kalau pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka pendek. Baik pasar modal maupun pasar uang merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market).

Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan serta


(19)

keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa efek.(Sutrisno,2001 :341)

Pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dengan perdagangan efek,perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya sebagai lembaga profesi yang berkaitan dengan efek (Fakhrudin,2001:2)

2.2.3.1 Fungsi Pasar Modal

Fungsi dari pasar modal / bursa efek (Sartono,2001: 23) adalah :

A. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang ditawarkan kepada masyarakat.

B. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme pasar.

C. Membantu pembelajaran (pemenuhan dana) dunia usaha melalui penghimpunan dana masyarakat.

D. Menghimpun proses perluasan partisipasi masyarakat dalam

kepemilikan saham-saham perusahaan.

2.2.3.2 Manfaat Pasar Modal

Menurut Anoraga dan Pakarti (2001: 12) manfaat pasar modal adalah : a). Manfaat Pasar Modal bagi emiten/perusahaan adalah :


(20)

2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.

3. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.

4. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.

5. Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan.

6. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi.

7. Tidak ada beban finansial.

8. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. 9. Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu. 10.Profesionalisme dalam manajemen meningkat. b). Manfaat Pasar modal bagi Investor / Pemodal adalah :

1. Nilai investasi berkembang mengikuti harga saham yang mencapai capital gain.

2. Memperoleh deviden bagi mereka yang memilikimatau memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.

3. Mempunyai hak suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang

Saham) bagi pemegang saham,mempunyai hak suara dalam RUPO (Rapat Umum Pemegang Obligasi) bila diadakan bagi pemegang obligasi.


(21)

4. Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi,misal dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatka keuntungan atau mengurangi resiko.

c). Manfaat Pasar Modal bagi Lembaga Penunjang adalah :

1. Menuju ke arah professional didalam memberikan pelayanannya sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.

3. Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang. 4. Likuiditas efek semakin tinggi.

d). Manfaat Pasar Modal bagi Pemerintah adalah : 1. Mendorong laju pembangunan.

2. Mendorong investasi. 3. Pencipta lapangan kerja.

4. Mengurangi anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

2.2.4. Investasi di Pasar Modal

Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana (Sunariyah,2003 : 4)

Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk dapat menghasilkan arus dana masa dating dengan


(22)

jumlah yang lebih besar dari dana di lepaskan pada saat investasi awal(Moeljadi, 2006 : 121)

Investasi menurut jogianto (2000 : 5), merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk di gunakan di dalam produksi yang efisien selama periode tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian investasi dapat di definisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk di gunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu.

Di dalam investasi ada dua potensi keuntungan dari investasi bursa efek, yaitu berupa keuntungan yang di peroleh perusahaan yang di bagikan kepada pemegang saham (deviden) dan jika investor menjual sahamnya di

atas harga belinya.deviden perusahaan sangat berkaitan dengan performance

perusahaan, sedangkan capital gain tidak begitu di pengaruhi oleh

perusahaan. Unsur spekulasi sangat berperan dalam jual beli saham, jika harga jual saham di bawah harga beli (capital lost), sedangkan deviden tidak

bisa negatif (anoraga dan pakarti, 2003 : 81).

Menurut Usman dkk (1990 : 144), setiap pemodal memiliki tujuan tertentu yang ingin di capainya melalui keputusan investasi yang di ambil. Secara umum tertentu saja motif investasi adalah : memperoleh keuntungan, namun di kaitkan dengan karakteristik instrument di pasar modal pada dasarnya ada 5 sasaran yang ingin di capai oleh pemodal, antara lain :


(23)

1. keamanan. 2. pendapatan. 3. pertumbuhan. 4. fasilitas pajak. 5. spekulasi.

2.2.5. Return Saham

Return saham atau pengembalian saham merupakan pendapatan yang berhak diperoleh investor karena menginvestasikan dananya dalam bentuk saham. Bagi investor yang rasional, tentunya hasil pengembalian saham sangat diperlukan, sehingga keuntungan/kerugian akan dapat selalu dipantau guna memperoleh kepastian bisnis. Menurut (Jogiyanto:1998) hasil pengembalian saham dapat dihitung dengan :

Rt = Notasi :

Rt = Return saham pada periode ke-t Pt = Harga saham periode pengamatan

Pt-1 = Harga saham periode sebelum pengamatan

Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain/loss. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah obligasi misalnya, maka besarnya yield ditunjukkan dengan bunga obligasi yang dibayarkan.


(24)

Demikian pula jika kita membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya deviden yang kita peroleh. Sedangkan capital gain/loss sebagai komponen kedua dari return yang merupakan kenaikan (penurunan) harga surat berharga (bisa saham maupun surat utang jangka panjang), yang biasa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dalam kata lain, capital gain/loss bisa diartikan sebagai perubahan harga sekuritas (Tandelilin,2001:48)

Capital gain /loss diperoleh dari keuntungan atau kerugian dari selisih harga saham karena menjual sahamnya kepada pihak lain. Jadi artinya keuntungan atau kerugian dari penjualan inilah yang langsung dapat dirasakan oleh pemegang saham. Capital gain / loss bisa berupa angka minus return total suatu investasi bisa dituliskan sebagai berikut :

Return total = yield + capital gain/loss

Sedang untuk mengetahui secara pasti return yang akan diperoleh dari suatu investasi adalah pekerjaan yang sulit. Return investasi yang dimasa akan datang adalah return yang diharapkan dan sangat mungkin berlainan dengan return actual yang diterimanya nanti.

Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke- t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus (Pit - Pit-1/ Pit-1). Sedangkan


(25)

2.2.6. Dividend yield

Dividen dapat dinyatakan sebagai suatu persentase terhadap harga pasar yang disebut dengan dividend yield. Untuk menentukan dividend yield, maka dividen pada periode berjalan dibagi dengan harga saham periode sebelumnya. Dividen yield merupakan rasio dividen per lembar saham terhadap saham. Dividen yield (DY) diperoleh dengan formula :

Keterangan :

DY = Dividen Yield

dt = Dividen per lembar saham pada t Pt-1 = Harga saham pada t-1

2.2.7. Price Earning Ratio

2.2.7.1 Pengertian Price Earning Ratio

Price Earning Ratio merupakan cerminan rupiah yang berani dibayar investor untuk setiap rupiah laba,PER rata-rata dari perusahaan yang ada dalam satu industri dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menilai harga sebuah perusahaan (Arifin, 2005:152). Pendekatan PER lebih baik karena model yang terakhir ini sudah mempertimbangkan ekspetasi laba di masa yang akan datang.

Price Earning Ratio (PER) mempunyai arti yang cukup penting dalam menilai suatu saham dan rasio ini merupkan indikasi tentang harapan masa depan perusahaan. Saham yang memilki PER yang tinggi


(26)

mencerminkan kinerja dan prospek badan usaha tersebut bagus, sehingga investor tertarik untuk membeli saham badan usaha tersebut.

Menurut Sawir (2005:21), PER adalah apa yang investor bayar untuk aliran earnings. Atau dilihat dari kebalikannya adalah apa yang investor dapatkan (peroleh) dari investasi tersebut. Investor dalam pasar modal yang sudah maju menggunakan PER untuk mengukur apakah suatu saham underpriced atau overpriced. Menurut Halim (2003:23), Price Earning Ratio sering digunakan analis saham untuk menilai harga saham.

Menurut Tandelilin (2001:243), Price Earning Ratio(PER) adalah Rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Di samping itu, PER juga merupakan harga relatif dari sebuah saham perusahaan,berikut rumus PER:

2.2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER)

Menurut Whitbeck-kisor (1963) didalam Husnan (1994: 309) bahwa tiga variabel yang mempengaruhi PER, yaitu :

1. Tingkat Pertumbuhan Laba 2. Divident Payout Rate


(27)

2.2.8. Investment Opportunity Set

Menurut Myers (1997) dalam Martusa, 2007 set kesempatan investasi atau investment oppurtinity set membagi perusahaan menjadi dua komponen. Asset-in place yang dinilai secara independent dari kesempatan investasi perusahaan di masa mendatang dan pilihan pertumbuhan yang di nilai atas dasar keputusan investasi discretionary perusahaan di masa mendatang.

Gaver dan Gaver (1993) dalam Martusa, 2007 Investment opportunity set perusahaan menentukan kemampuannya memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Nilai opsi pertumbuhan tergantung pada pengeluaran-pengeluaran discretionary selanjutnya oleh manajer

sementara asset-in place tidak memerlukan investasi tersebut.

Nilai dari Investment opportunity set perusahaan tergantung pada faktor perusahaan dan industri. Cristie (1989) dalam kallapur dan trombley (2001) berpendapat bahwa factor utama yang menentukan Investment opportunity set adalah factor industri seperti rintangan untuk masuk dan daur hidup produk. Factor ini memungkinkan perusahaan untuk membuat investasi yang dapat meningkatkan rintangan untuk masuk ( subsitusi modal untuk tenagta kerja yang merupakan hasil dari skala ekonomi ). Daur hidup produk yang pendek berarti bahwa investasinya pada Research

and Development, hal ini kemungkinan membuat lebih produktif dan

memiliki keuntungan komparatif yang akan meningkatkan nilai perusahaan.


(28)

Investment opportunity set perusahaan merupakan karakteristik penting dan memiliki pengaruh yang besar pada manajer, investor dan kreditur.

2.2.9. Pengaruh Dividend Yield terhadap Return Saham

Deviden merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen dapat dinyatakan sebagai suatu persentase terhadap harga pasar yang disebut dengan dividend yield. Untuk menentukan dividend yield, maka dividen pada periode berjalan dibagi dengan harga saham periode sebelumnya. Dividen yield merupakan rasio dividen per lembar saham terhadap saham. Bagi investor jumlah rupiah yang diterima dari pembayaran deviden resikonya lebih kecil dari capital gain dan deviden dapat diperkirakan sebelumnya. Sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan sehingga pembayaran deviden tinggi dianggap perusahaan mempunyai prospek tinggi keuntungan yang baik. Sebaliknya penurunan deviden dianggap prospek keuntungan yang kurang baik. Akhirnya harga saham cenderung mengikuti naik turun besarnya deviden yang dibayarkan.

Pengaruh penurunan besarnya deviden yang dibayarkan dapat menjadi informasi yang kurang baik bagi perusahaan, karena deviden sebagai tanda tersedianya pendapatan perusahaan dan besarnya deviden yang dibayarkan sebagai informasi tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa mendatang. Dengan anggapan tersebut harga saham akan


(29)

menjadi turun karena banyak pemengang saham akan menjual sahamnya. (Halim, 2002:17)

2.2.10.Pengaruh Price Earning Ratio terhadap Return Saham

PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk mendapatkan satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Dalam melakukan analisis perusahaan, investor harus mendasarkan kerangka pikirnya pada salah satu komponen dalam analisis fundamental yaitu PER. ( Tandelilin, 2001:243)

PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi karena para investor telah mengeluarkan banyak dana untuk melakukan investasi di dalam perusahaan tersebut dan para investor mengharapkan tingkat return yang

tinggi pula. ( Harahap, 2002:311)

Penelitian Anugerah et al. (2001) dalam Susilowati (2003), menunjukkan bahwa PER memberikan petunjuk kepada investor atau calon investor mengenai kemungkinan return saham yang dihasilkan oleh suatu perusahaan sehingga para investor dapat mengetahui seberapa besar resiko dalam melakukan investasi dan mendapatkan keuntungan yang akan diperoleh.


(30)

2.2.11.Pengaruh Investment Opportunity Set pada Hubungan antara Dividend yield dan Return saham

Smith et al (1992) dalam Martusa, 2007 menggunakan kerangka pemikiran berdasarkan teori contracting. Teori contracting secara prinsip menggunakan asumsi bahwa penilaian kebijakan perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Perbedaan dalam kebijakan prosedur akuntansi bisa dilihat dari perspektif efficiency contracting. Dalam perspektif efficiency contracting secara khusus manajer akan memilih metode akuntansi yang akan meminimumkan kas agensi (agency cost). Dengan demikian, manajer akan memaksimalkan nilai perusahaan. Smith et al. (1992) mendukung hipotesis kontrak bahwa perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi cenderung membagikan deviden lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki level investment opportunity set rendah.

Belkaoui dan Picur (2001) dalam Martusa (2007) menemukan adanya perbedaan relevansi nilai deviden bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi dengan perusahaan yang memiliki level investment opportunity set rendah. Hal ini ditunjukkan oleh hubungan antara deviden dengan harga saham yang memiliki koefisien regresi bertanda positif dan signifikan bagi perusahaan yang memiliki level investment opportunity set rendah.

Sehingga perusahaan yang memiliki tingkat investment opportunity set tinggi akan cenderung tidak memberikan deviden kepada para


(31)

pemegang saham karena perusahaan lebih cenderung untuk menyimpan laba atau tidak membagikan deviden untuk melakukan pengembangan perusahaan.

2.2.12.Pengaruh Investment Opportunity Set pada Hubungan antara Price Earning Ratio dan Return saham

Whitbeck dan Manown (1963), Sartono dan Misbahul (1997), Warsini (1994) dan Singgih (1998) dalam Martusa, 2007 menemukan bahwa pertumbuhan laba berhubungan secara positif dengan price earning ratio. Makin tinggi tingkat pertumbuhan laba maka price earning ratio akan makin besar. Pertumbuhan laba yang tinggi bisa mencerminkan bahwa bagian laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk laba ditahan akan semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan perusahaan mampu untuk membiayai kegiatan operasionalnya dengan sumber pendanaan yang lebih mengandalkan pada sumber internal.

Smith et al. (1992) dalam Martusa, 2007 menemukan bukti bahwa perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi mempunyai ratio debt to equity yang lebih rendah dalam kebijakan struktur modalnya karena pendanaan modal sendiri cenderung mengurangi masalah-masalah agency yang potensial berasosiasi dengan eksistensi utang yang beresiko dalam struktur modalnya.

Untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi, maka perusahaan akan memiliki kesempatan pertumbuhan yang lebih besar dengan menggunakan sumber pendanaan


(32)

yang bersifat internal. Sumber dana internal yang bisa digunakannya adalah berasal dari laba ditahan. Apabila ditahan akan memiliki relevansi nilai yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi, karena perusahaan tidak terlalu mengandalkan sumber dana dari pihak eksternal untuk kegiatan operasionalnya. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan yang memiliki level investment opportunity set rendah, maka laba akan ditahan menjadi lebih kecil, karena sebagian besar laba dijadikan sebagai dividen. Keadaan ini berakibat perusahaan akan lebih tergantung dengan sumber dana dari pihak eksternal.


(33)

2.3 Kerangka Pikir

Fenomena :

Adanya Fluktuasi Return saham dari tahun ke tahun pada perusahaan Otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia

Teori yang mendukung:

 Halim (2002:17), deviden sebagai tanda tersedianya pendapatan perusahaan dan besarnya deviden yang dibayarkan sebagai informasi tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa mendatang.

 Harahap (2002:311), PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.

 Smith et al. (1992) dalam Martusa (2007), bahwa perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi cenderung membagikan deviden lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki level investment opportunity set rendah.

 Smith et al. (1992) dalam Martusa, 2007 bahwa perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi mempunyai ratio debt to equity yang lebih rendah dalam kebijakan struktur modalnya karena pendanaan modal sendiri cenderung mengurangi masalah-masalah agency yang potensial berasosiasi dengan eksistensi utang yang beresiko dalam struktur modalnya.

Dividend Yield Price EarningRatio

Investment Opportunity Set

Return saham

Analisa Regresi Linier Berganda


(34)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan,maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1.Diduga bahwa dividend yield berpengaruh positif terhadap return saham

pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI.

2.Diduga bahwa dividend yield berpengaruh positif terhadap return saham

dengan investment opportunity set sebagai variable moderating pada

perusahaan Otomotif yang go publik di BEI.

3.Diduga bahwa price earning ratio berpengaruh positif terhadap return

saham pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI.

4.Diduga bahwa price earning ratio berpengaruh positif terhadap return

saham dengan investment opportunity set sebagai variable moderating


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel terikat dan variabel bebas. Return saham sebagai variabel terikat (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah dividend yield (X1), Price

Earning Ratio (PER) (X2) dan Investment Opportunity Set (X3).

Definisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Return saham (Y) adalah selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya dibagi harga saham pada periode sebelumnya atau dapat juga dinyatakan sebagai berikut :

  Keterangan :

Rt = Return saham pada periode ke-t Pt = Harga saham periode pengamatan

Pt-1 = Harga saham periode sebelum pengamatan

Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan adalah kali (x).


(36)

2. Dividend yield (X1) adalah rasio dividen per lembar saham terhadap

harga saham. Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan adalah kali (x)

3. Price Earning ratio (X2) adalah Rasio atau perbandingan antara harga

saham terhadap earning perusahaan (Tandelilin,2001: 192)

Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan adalah kali (x)

Rumus :

PER =  

Keterangan :

PER = Price Earning Ratio

4. Investment Opportunity Set (X3) adalah variabel yang tidak dapat

diobservasi, sehingga diperlukan proksi untuk keperluan analisis empiris. Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan adalah kali (x).

Penelitian ini akan menggunakan proksi price-based, yaitu Market to Book Value of Equity (MVEBVE).

MVEBVE =

 

 


(37)

3.2.1. Populasi.

Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek adalah perusahaan Otomotif yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sebanyak 20 perusahaan.

3.2.2. Sampel.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai bahan penelitian. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Purposive Sampling yaitu bahwa pengambilan sampel dilakukan atas dasar tujuan tertentu,dengan kriteria sebagai berikut :

 Merupakan perusahaan otomotif yang go pubic di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2004-2008.

 Memiliki data laporan keuangan dalam kurun tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 di Bursa efek Indonesia.

 Perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangannya secara kontinyu selama 5 periode, tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 di Bursa efek Indonesia.

 Return saham perusahaan relative berfluktuasi.

Dengan menggunakan metode Purposive sampling, maka dari populasi perusahaan di sektor otomotif sebanyak 8 perusahaan.

Adapun kedelapan perusahaan otomotif yang ditentukan sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut :


(38)

2. PT. Astra Otoparts Tbk

3. PT. Goodyear Indonesia Tbk

4. PT. Gajah Tunggal Tbk

5. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk

6. PT. Intraco Penta Tbk

7. PT. Tunas Ridean Tbk

8. PT. United Tractors Tbk

3.3. Teknik Pengumpulan Data. 3.3.1. Jenis Data.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan,diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 sampai tahun 2008.

3.3.2. Sumber Data.

Dalam penelitian ini data bersumber dari PT. BURSA EFEK INDONESIA (BEI) berupa laporan keuangan yang terangkum dalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD) perusahaan otomotif yang telah dipilih sebagai sampel penelitian.

3.3.3. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan oleh peneliti, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yaiu pengumpulan data dengan cara menggunakan dan


(39)

mempelajari catatan perusahaan yang berkaitan. Pengumpulan data historis perusahaan yang telah didokumentasikan dan masih berlaku saat ini, kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.

Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis 3.4.1. Regresi Linier Berganda

Dalam analisis penelitian ini terdapat empat variabel yang terdiri dari satu variabel terikat dan tiga variabel bebas. Sehingga teknik analisisnya menggunakan aplikasi khusus regresi linier berganda di mana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi atau perkalian antara dua atau lebih variabel independen (Ghozali 2001).persamaan regresi untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan persamaan :

Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + β4 X1* X3+ ß5 X2* X3 + ei

Dimana :

Y = Return saham

X1 = Dividend yield

X2 = Price Earning Ratio

X3 = Investment Opportunity Set

ß0 = Intersep (konstanta), menunjukkan pengaruh (efek) rata-rata


(40)

ß1, ß2, ß3 = Koefisien regresi

e = residual atau kesalahan pengganggu

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE (Best,Linier,Unbiased,Estimator) artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Menurut Sumodiningrat (2002: 115) sifat blue dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan uji signifikan baku terhadap α dan ß.

2. Linier :Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran. 3. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter

diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya.

4. Estimate : e diharapkan sekecil mungkin.

Menurut Gujarati (1995: 13) untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi oleh regresi linier berganda, yaitu :

1. Nilai tengah (mean value) dan komponen penganggu e yang ditimbulkan dari variabel eksplanatory harus sama dengan nol. 2. Varian dari komponen penganggu & harus konstan dalam

memenuhi syarat heteroskedasitas.

3. Tidak terjadi autokorelasi antar komponen penganggu.

4. Variabel eksplanatory harus non stokastik atau kalaupun stokastik harus menyebar bebas dari komponen penganggunya.


(41)

Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas atau regresi bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimator) artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias atau tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan persamaan, seperti:

A. Multikolinearitas

Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti dan istilah kolinearitas berkenaan dengan terdapatnya satu hubungan linier (Gujarati,1995: 157)

Menurut Widarjono (2003:131), mengemukakan bahwa multikolinearitas berarti adanya hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi linier berganda dalam suatu persamaan. Multikolinearitas merupakan korelasi variabel independen dalam regresi berganda.

Deteksi adanya Multikolinearitas :

a. Besarnya VIF (Variance Inflation Factor)

Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinearitas.

b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 dan Condition Index melebihi angka 15 (Nachrowi dan Usman,2006: 100).

B. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke


(42)

pengamatan lain berbeda, maka disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi Heteroskedastisitas. Pengujian Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Uji yang digunakan dalam heteroskedastisitas yaitu dengan signifikan antara residual dengan variabel bebasnya dengan nilai signifikansi > 0,05. (Ghozali, 2001: 69).

C. Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1

(sebelumnya). Autokorelasi muncul pada data observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain, masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Uji untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji Durbin Watston (DW test) dibantu dengan membandingkan nilai pada table statistic d dari Durbin Watson yang menggunakan derajat kepercayaan 0,005. Gozali, Imam (2001:61).

3.4.3 Uji Hipotesis 3.4.3.1. Uji Parsial (Uji t)

Uji t adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat (Widarjono,2005:58). Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :


(43)

1. Ho = β1= 0, tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel Xi

terhadap variabel Y.

Hi = β1≠ 0, ada pengaruh yang signifikan β dari variabel Xi terhadap

variabel Y.

2. Menentukan Level of Significant = 10% dengan derajat bebas = ( n-k ), dimana n : jumlah data dan k : jumlah variable bebas.

3.

thitung

=

thitung = t hasil perhitungan

Dimana: βi = koefisien regresi Se(βi) = Standar error 4. Kriteria pengujian sebagai berikut:

1. Apabila tingkat signifikansi > 0,05maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. 2. Apabila tingkat signifikansi < 0,05maka Ho diterima dan Hi ditolak,

artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(44)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal

Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia pernah di bentuk suatu perserikatan perdagangan Uang dan Efek yaitu pada tanggal 11 Januari 1952 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian pada tahun 1927 dibentuk Bursa – bursa efek di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Semarang dan Surabaya.

Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan efek di bursa-bursa efek tersebut praktis berhenti karena situasi politik saat ini. Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia tepatnya tahun 1951 pemerintah memberlakukan Undang-Undang Darurat No. 15 tahun 1952 tentang Bursa Efek.

Pada tanggal 10 Agustus 1990 berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52 tahun 1976, Pasar Modal di Indonesia dari tahun 1977 sampai tahun 1987 relatif kurang memberikan hasil seperti yang di harapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersedat– sedatnya perkembangan pasar modal selama itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu


(45)

ketat, adanya batasan fliktuasi harga saham dan campur tangan pemerintah pasar perdana.

Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan pasar modal tersebut diatas, pemerintah mengluarkan serangkaian deregulasi yang berkaiatn dengan perkembangan pasar modal yaitu paket Kebijaksanaan Desember (Pakdes 1987), Paket Kebijaksanaan Oktober 1988(Pakto 1988), Paket Kebijaksanaan Desember 1988 ( Pakdes 1988).

4.1.2 Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia , sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke – 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan Batavia, pusat pemerintah colonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1952. Selain Bursa Batavia, pemerintah colonial juga mengkeuangkan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan Bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia

Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan , bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang Dunia. Kegiatan bursa


(46)

saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisme pada tahun 1956.

Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksanaan Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sector swasta.Puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal ( BAPEPAM).

Tahun 1955 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru. Pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan

Jakarta Automated Trading System(JATS), sebuah system perdagangan

otomotisasi yang menggantikan system perdagangan manual. System baru ini ndapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan

dibanding system perdagangan manual.

Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat ( Scripless Trading ) dengan tujuan untuk meningkatkan

likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.


(47)

Pada tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh ( Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) a. Visi

Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah Bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat Internasional , serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar , teratur dan efisiensi.

b. Misi

Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor local maupun asing. Menjadi Lembaga bursa yang berwibawa, trasparan , memiliki integritas yang tinggi serta sebagia institusi yan dinamais dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.

4.1.4 Stuktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )

Dalam menjalankan kegiatan usaha , Bursa Efek Indonesia tunduk pada peraturan perundang-undang yang berlaku dibidang pasar modal. Pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Efek Indonesia dilakukan


(48)

oleh Badan pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Kekuasaan tertinggi di PT.Bursa Efek Indonesia sesuai anggaran dasar perusahaan terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam struktur organisasi PT.Bursa Efek Indonesia juga terdapat Dewan Komisaris , yang bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap kelancaran jalannya perseroan.

PT. Bursa Efek Indonesia mempunyai direksi sebanyak 4 orang yaitu satu orang Direktur tang membawahi beberapa divisi operasional. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh tiga komite yang terdiri dari Komite Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi Efek, Komite Pencatatan dan Komite Disiplin Anggota Bursa.

4.1.5 Gambaran Umum Persuhaan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia yang telah memnuhi kriteria dalam pengambilan sampel. Berdasarkan data yang telah diperoleh terdapat 10 (sepuluh) perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Adapun gambaran umum mengenai ke-8 (delapan) perusahaan dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

1. PT. Astra International Tbk

PT Astra Internasional Tbk (Persero) didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT Astra Internasional Incorporated. Pada tahun 1990, perseroan itu mengubah namanya menjadi PT Astra Internasional Tbk. Dengan


(49)

berdomosili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat di Jl. Gaya Motor Raya No.8, Sunter II, Jakarta.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup kegiatan perseroan adalah perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama anak perusahaan meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat-alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan dan teknologi informasi.

2. PT. Astra Otoparts Tbk

PT Astra Otoparts Tbk (“Perusahaan”) didirikan dengan akta notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya, S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT Federal Adiwiraserasi. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2- 1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Februari 1992 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 39 Tambahan No. 2208 tanggal 15 Mei 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No. 68 tanggal 27 Mei 2008 dari Imas Fatimah, S.H., sehubungan dengan perubahan mengikuti Undang- Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007. Perubahan anggaran dasar ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. AHU- 46481.01.02. tanggal 31 Juli


(50)

2008. Sampai dengan tanggal laporan ini, Akta Notaris tersebut masih dalam proses pengumuman di Lembaran Berita Negara.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan bermotor baik lokal maupun ekspor dan menjalankan usaha dalam bidang industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industri plastik.

Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1991. Saat ini kegiatan pemasaran Perusahaan meliputi dalam dan luar negeri termasuk Asia, Timur Tengah dan Afrika, dan memiliki divisi perdagangan yang beroperasi di Singapura dan anak perusahaan di Australia.

Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha Astra Grup. Pabrik Perusahaan berlokasi di Jakarta dan Bogor dan kantor pusatnya beralamat di Jalan Raya Pegangsaan Dua Km. 2,2, Kelapa Gading, Jakarta.

Pada tanggal 29 Mei 1998, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam suratnya No. S-1110/PM/1998 untuk melakukan penawaran umum perdana atas 75 juta saham Perusahaan kepada masyarakat dengan nilai nominal Rp 500 per saham dan harga perdana sebesar Rp 575 per saham. Pada tanggal 15 Juni 1998, saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.

3. PT. Goodyear Indonesia Tbk

PT. Goodyear Indonesia Tbk ( Perusahaan) semula didirikan dengan nama “NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited” pada tanggal


(51)

26 Januari 1917 berdasarkan Akta Notaris Berjamin ter kuile No.199, yang kemudian berubah nama menjadi “PT. Goodyear Indonesia “ berdasarkan Akta Notaris Eliza Pondaggt No. 73 tanggal 31 Oktober 1977 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/250/7 tanggal 25 juli 1978.

Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan dan yang terakhir adalah pada tanggal 16 Juni 1997 berdasarkan Akta Notaris No.48 Mudofir Hadi,S.H, dalam rangka memenuhi ketentuan Undan-Undang Perseroan Terbatas No. 1/1995 (Perusahaan masih dalam proses untuk menyesuaikan Anggaran Dasar Perusahaan dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40/2007) dan peraturan pasar modal. Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-151.HT.01.04.Th.98 tanggal 1998.

Perusahaan bergerak dalam bidang industri ban untuk kendaraan bermotor dan pesawat terbang serta komponen lain yang terkait, penyaluran dan ekspor ban.

Perusahaan mulai beroperasi dalam bidang usaha perdagangan ban pada tahun 1917. Pabrik perusahaan dibangun pada tahun 1935 di Bogor sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Kantor pusat perusahaan berdomosili di Bogor.

Pada tanggal 10 Nopember 1980, perusahaan menawarkan 6.150.000 lembar sahamnya dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.000 (Rupiah penuh)


(52)

per lembar saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ), efektif mulai Desember 2007 menjadi Bursa efaek Indonesia.Pada tanggal 20 Desember 2000 perusahaan mendaftarkan 34.850.000 lembar sahamnya yang dimiliki oleh The Goodyear Tire & Rubber Company (GTRC) ke BEJ. Sejak tanggal 2 Januiari 2001, seluruh saham perusahaan telah tercatat secara resmi di BEJ.

4. PT. Gajah Tunggal Tbk

PT. Gajah Tunggal Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 54 tanggal 24 Agustus 1951 dari Raden Meester Soewandi, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. J.A.5/69/23 tanggal 29 Mei 1952 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 63 tanggal 5 Agustus 1952, Tambahan No. 884. Anggaran Dasar Perusahaan telah disesuaikan dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas, dengan akta No. 13 tanggal 22 Nopember 2007 dari Amrul Partomuan Pohan SH, Lex Legibus Magister, notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. C-06556.HT.01.04-TH.2007 tanggal 13 Desember 2007.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Tangerang dan Serang. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma Hayam Wuruk, Lantai 10 Jl. Hayam Wuruk 8, Jakarta. Sesuai dengan


(53)

pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang industri pembuatan barang-barang dari karet, termasuk ban dalam dan luar segala jenis kendaraan, barang atau alat. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1953. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, termasuk ke Amerika Serikat, Asia, Australia dan Eropa.

5. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk

Hexindo Adiperkasa Tbk (Perusahaan) didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Notaris Mohamad Ali, S.H No 37 tanggal 28 November 1988. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat eputusan No.C2-4389.HT.01.01.TH.89 tanggal 12 Mei 1989,serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.54 Tambahan No. 1251 tanggal 5 Juli 1989. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan terakhir antara lain mengenai modal saha dan tugas dan wewenang direksi, sebagaimana dinyatakan dalam Akta Notaris Robert Purba, S.H., No. 74 tanggal 27 Juni 2007. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah diterima dan dicatat di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat No. C-UM.HT.01.10-1530 tanggal 30 Oktober 2007.

Perusahaan memulai operasi komersional pada bulan Januari 1989. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, kegiatan usaha perusahaan adalahperdagangan dan persewaan alat berat serta pelayanan


(54)

purna jual. Saat ini, perusahan bertindak selaku distributor alat-alat berat jenis tertentu dan suku cadang dari merek Hitachi, John Deere dan Krupp. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan berlokasi di Kawasan industry Pulo Gadung Jalan Pulo Kambing II kav No. 33,Jakarta 1390. Pada tanggal 31 Desember 2007, perusahaan memiliki 10 cabang, 5 sub cabang kantor perwakilan dan 8 proyek yang tersebar di seluruh Indonesia.

6. PT. Intraco Penta Tbk

PT Intraco Penta Tbk (Perusahaan atau Induk Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta No. 13 tanggal 10 Mei 1975 dari Milly Karmila Sareal, S.H., notaris di Jakarta.Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/199/15 tanggal 10 Juni 1975 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 38 tanggal 11 Mei 1993, Tambahan No. 2084. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 7 tanggal 16 Desember 2005 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta mengenai perubahan nilai nominal saham. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah diterima dan dicatat oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan registrasi No. C-00101.HT.01.04.TH.2006, tanggal 3 Januari 2006. PT Intraco Penta Tbk (the Company or the Parent Company) was established based on Notarial Deed No. 13 dated May 10, 1975 of Milly Karmila Sareal, S.H., notary public in Jakarta


(55)

Sesuai dengan pasal 3 dari Anggaran Dasar, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang perdagangan dan penyewaan alat-alat berat dan suku cadang, serta memberikan jasa pelayanan yang berkenaan dengan perakitan dan perbengkelan. Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada tahun 1975. Kantor pusat Perusahaan terletak di Jl. Pangeran Jayakarta No. 115, Blok C1-2-3, Jakarta 10730, sedangkan cabang-cabang Perusahaan terletak di beberapa kota di Indonesia.

7. PT. Tunas Ridean Tbk

PT Tunas Ridean Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta Notaris Winanto Wiryomartani. S.H., No 102 tertanggal 24 Juli 1980. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. 935, Tambahan No 84 tertanggal 21 Oktober 1983.

Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali di ubah. Perubahan terakhir dengan Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H, No 41 tertanggal 11 Mei 2007 mengenai perubahan susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi. Perubahan tersebut dilaporkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

8. PT. United Tractors Tbk

PT United Tractors Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia pada tanggal 13 Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor Works, berdasarkan Akta Pendirian No. 69, oleh Notaris Djojo Muljadi, S.H. Akta


(56)

Pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/34/8 tanggal 6 Februari 1973 dan telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 31, Tambahan No. 281 tanggal 17 April 1973. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu termasuk Akta No. 25 tanggal 16 Agustus 2000 oleh Refizal, S.H., notaris di Jakarta, berkaitan dengan peningkatan modal dasar Perusahaan dari sejumlah Rp 500 miliar menjadi Rp 1.500 miliar. Perubahan tersebut telah mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan Perundangundangan Republik Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan No. C-16066.HT.01.04.TH.2000 tanggal 2 Agustus 2000 dan telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 51 tanggal 26 Juni 2001, Tambahan No. 249. Perubahan terakhir Anggaran Dasar Perseroan termuat dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 54, tanggal 13 Juni 2008, yang dibuat dihadapan Benny Kristianto, S.H., notaris di Jakarta untuk disesuaikan dengan Peraturan No. 40 tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas. Akta Perubahan tersebut telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-38120.AH.01.02 tanggal 3 Juli 2008. Selanjutnya, Anggaran Dasar Perseroan tersebut diubah seperti termuat dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 85, tanggal 18 September 2008, yang dibuat dihadapan Imas Fatimah, S.H., notaris di Jakarta berkaitan dengan peningkatan modal ditempatkan perusahaan dari Rp 712.902 juta menjadi Rp 831.720 juta.


(57)

Ruang lingkup kegiatan utama Perusahaan dan anak perusahaan (bersama-sama disebut “Grup”) meliputi penjualan dan penyewaan alat berat beserta pelayanan purna jual, penambangan dan kontraktor penambangan. Perusahaan memulai kegiatan operasinya pada tahun 1973.

Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan mempunyai 18 cabang, 15 kantor lokasi dan 12 kantor perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor pusat berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung, Jakarta. Pada tahun 1989, Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan menawarkan sejumlah 2,7 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000 (Rupiah penuh) per lembar saham, dengan harga penawaran sebesar Rp 7.250 (Rupiah penuh) per lembar saham.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah rata-rata harga saham dan laporan keuangan yang diterbitkan oleh beberapa perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2008, yaitu : PT. Astra International Tbk, PT. Astra Otoparts Tbk, PT. Goodyear Indonesia Tbk, PT. Hexindo Adiperkasa Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Tunas Ridean Tbk, PT. Nipress Tbk, PT. United Tractors Tbk, PT. Prima Alloy Steel Tbk.


(58)

4.2.1. Dividend Yield (X1) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008

Dividend yield (X1) adalah rasio dividen per lembar saham

terhadap harga saham. Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan adalah kali (x)

Tabel 2 : Dividend Yield (X1) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008

No Nama

Perusahaan

Dividend Yield

2004 2005 2006 2007 2008

1 PT. Astra International Tbk 3.85 4.31 1.85 0 0

2 PT. Astra Otoparts Tbk 0.03 0.04 2.05 0 0

3 PT. Goodyear Indonesia Tbk 2.72 2.78 12.97 0.68 0

4 PT. Gajah Tunggal Tbk 0 0.89 12.97 0.68 0

5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 0.07 0.05 1.89 2.84 0

6 PT. Intraco Penta Tbk 0.02 0.01 0 0 2.63

7 PT. Tunas Ridean Tbk 4.00 2.75 0.75 4.44 22.40

8 PT. United Tractors 0.03 0.08 5.28 7.46 6.58

Sumber: Lampiran 1

Dari tabel di atas diketahui bahwa mulai tahun 2004-2008 untuk Dividend Yield pada tahun 2004 PT. Tunas Ridean mencatat nilai paling tinggi sebesar 4.00, pada tahun 2005 PT. Astra Internasional Tbk mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 4.31, pada tahun 2006 adalah PT. Goodyear Indonesia Tbk sebesar 12.97, pada tahun 2007 adalah PT. United Tractors Tbk sebesar 7.46 sedangkan tahun 2008 adalah PT. Tunas Ridean Tbk sebesar 22.40.


(59)

4.2.2. Price Earning Ratio (X2) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008

Price Earning ratio (X2) adalah Rasio atau perbandingan antara

harga saham terhadap earning perusahaan (Tandelilin,2001: 192)

Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan adalah kali (x)

Rumus :

PER =

 

Tabel 3 : Price Earning Ratio (X2) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008

No Nama

Perusahaan

Price Earning Ratio

2004 2005 2006 2007 2008

1 PT. Astra International Tbk 7.19 7.57 17.12 16.95 4.65

2 PT. Astra Otoparts Tbk 6.62 7.74 8.00 5.64 4.77

3 PT. Goodyear Indonesia Tbk 14.11 (45.25) 10.65 12.57 252.45

4 PT. Gajah Tunggal Tbk 4.31 5.12 10.65 12.57 252.45

5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 0.07 8.25 11.17 10.98 2.27

6 PT. Intraco Penta Tbk 16.79 5.61 29.35 24.97 4.41

7 PT. Tunas Ridean Tbk 6.17 6.74 44.59 9.11 4.27

8 PT. United Tractors 5.89 9.96 20.08 20.82 5.50

Sumber: Lampiran 1

Dari tabel di atas diketahui bahwa mulai tahun 2004 sampai tahun 2008 untuk Price Earning Ratio pada tahun 2004 PT. Intraco Penta mencatat nilai yang paling tinggi sebesar 16.79, pada tahun 2005 PT. United Tractor Tbk mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 9.96, pada tahun 2006 adalah PT. Tunas Ridean Tbk sebesar 44.59, pada tahun 2007 PT. Intraco Penta Tbk adalah sebesar 20.82 sedangkan tahun 2008 adalah PT. Goodyear Indonesia Tbk sebesar 252.45.


(60)

4.2.3. Investment Opportunity Set (X3) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008

Investment Opportunity Set (X3) adalah variabel yang tidak dapat

diobservasi, sehingga diperlukan proksi untuk keperluan analisis empiris. Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan adalah kali (x).

Penelitian ini akan menggunakan proksi price-based, yaitu Market to Book Value of Equity (MVEBVE).

MVEBVE =

 

Tabel 4 : Investment Opportunity Set (X3) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008

No Nama Perusahaan Investment Opportunity Set

2004 2005 2006 2007 2008

1 PT. Astra International Tbk 2357549955  2021799070  2840633673  4098954125  1291116946 

2 PT. Astra Otoparts Tbk 1061467,932  1319515,338  1209805,431  1133847,211  1027830,29 

3 PT. Goodyear Indonesia Tbk 1232,284  1218,008  962,191  1779,489  690,868 

4 PT. Gajah Tunggal Tbk 1298843,832  873962,8932  88882087,38  18988236,3  10563681,28 

5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 0,230807088  0,326994431  0,311242543  0,202017361  0,177505284 

6 PT. Intraco Penta Tbk 0,670565005  5,875096506  0,667672305  0,777294625  0,307614565 

7 PT. Tunas Ridean Tbk 1587078,865  1419382,523  1469830,957  2020143,038  1021100,3 

8 PT. United Tractors 1138111,358  2552458,84  4065359,826  5421371,539  1315017,683 

Sumber : Lampiran 1

Dari tabel di atas diketahui bahwa mulai tahun 2004 sampai tahun 2008 untuk Investment Opportunity Set pada tahun 2004 PT. Tunas Ridean Tbk mencatat nilai yang paling tinggi sebesar 1587078,865, pada tahun 2005 PT. Astra International Tbk mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 2021799070,


(61)

pada tahun 2006 adalah PT. Astra International Tbk sebesar 2840633673, pada tahun 2007 PT. Astra International Tbk adalah sebesar 4098954125, sedangkan tahun 2008 adalah PT. Astra International Tbk sebesar 1291116946.

4.2.4. Return Saham (Y) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008

Return saham (Y) adalah selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya dibagi harga saham pada periode sebelumnya atau dapat juga dinyatakan sebagai berikut :

  Keterangan :

Rt = Return saham pada periode ke-t

Pt = Harga saham periode pengamatan


(62)

Tabel 5 : Return Saham (Y) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008

No Nama

Perusahaan

Return Saham

2004 2005 2006 2007 2008

1 PT. Astra International Tbk 0,920  0,063  0,539  0,739  ‐0,614 

2 PT. Astra Otoparts Tbk 0,242  0,455  0,045  0,137  0,053 

3 PT. Goodyear Indonesia Tbk 1,293  ‐0,070  ‐0,175  0,970  ‐0,615 

4 PT. Gajah Tunggal Tbk 0,182  ‐0,138  10,786  0,970  ‐0,615 

5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 2,324  ‐0,688  ‐0,063  ‐0,178  ‐0,068 

6 PT. Intraco Penta Tbk 0,694  0,105  ‐0,172  0,146  ‐0,575 

7 PT. Tunas Ridean Tbk 1,250  0,022  0,029  0,746  ‐0,395 

8 PT. United Tractors 0,820  0,615  0,782  0,664  ‐0,596 

Sumber: Lampiran 1

Dari tabel di atas diketahui bahwa mulai tahun 2004 sampai tahun 2008 untuk Return Saham pada tahun 2004 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk mencatat nilai paling tinggi yaitu sebesar 2,324, pada tahun 2005 PT. Unitede Tractor Tbk mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 0.615, pada tahun 2006 adalah PT. Gajah tunggal Tbk sebesar 10,786, pada tahun 2007 PT. Goodyear Indonesia Tbk adalah sebesar 0,970, sedangkan tahun 2008 adalah PT. Astra Otopart Tbk sebesar 0.053.

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.3.1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogrov Smirnov (Sumarsono, 2004;40). Dasar pengambilan keputusan : jika nlai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal (Sumarsono, 2004;43).


(63)

Tabel 6: Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

40 40 40 40 40 40

2,67750 21,57200 318960720 08219126 4,02E+009 ,51568

4,524991 54,988503 907551394 2,10E+009 1,35E+010 1,782897

,277 ,380 ,480 ,506 ,440 ,299

,236 ,380 ,480 ,506 ,440 ,299

-,277 -,323 -,363 -,386 -,383 -,250

1,752 2,406 3,033 3,203 2,782 1,894

,004 ,000 ,000 ,000 ,000 ,002

N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Dividend Yield Price Earning Ratio Investment Opportunity Set (Moderasi DY & IOS)

(Moderasi PER & IOS)

Return Saham

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data di atas tidak berdistibusi normal, karena nilai Kolmogorov-Smirnov yang dihasilkan diatas 0,05

(sig > 5%), yaitu memiliki distribusi normal karena tingat signifikansinya lebih besar dari 0,05.

Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis (misalnya signifikansi Kolmogorov Smirnov sebesar 0,049) maka dapat dicoba dengan metode lain yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi jika jauh dari nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan transformasi data.

Tabel 7 : Hasil Uji Normalitas setelah transformi data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

40 40 40 40 40 40

-,0403 2,1954 10,7181 8,0451 12,7357 -,6405

1,90724 1,28844 7,71771 8,68569 8,24440 1,26734

,228 ,207 ,274 ,248 ,247 ,249

,104 ,133 ,147 ,248 ,144 ,207

-,228 -,207 -,274 -,112 -,247 -,249

1,443 1,308 1,736 1,567 1,559 1,573

,031 ,065 ,005 ,015 ,015 ,014

N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

LogX1 LogX2 LogX3 LogX4 LogX5 LogY

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(64)

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan melakukan transformasi menunjukkan bahwa variabel Price Earning Ratio (X2) yang hanya berdistribusi

normal karena tingat signifikansi nya diatas 0,05 (5%), dan variabel Dividend Yield (X1), variabel Investment Opportunity Set (X3), variabel moderasi

(Dividend Yield dan Investment Opportunity Set) (X4), dan variabel moderasi

(Price Earning Ratio dan Investment Opportunity Set) (X5) menunjukkan tidak

berdistibusi normal, karena nilai Kolmogorov-Smirnov yang dihasilkan dibawah

0,05 (sig > 5%).

4.3.2. Uji Outlier

Evaluasi erhadap multivariate outliers perlu dilakukan sebab walaupun data

yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariate, tetapi

observasi itu dapat menjadi outlier bila sudah dikombinasikan. Multivariate

outliers diuji menggunakan uji Mahalanobis Distance pada tingkat p < 0,001.

Jarak Mahalanobis Distance itu dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah indicator yang digunakan dalm setiap variabel (Hair, 1995 dalm Ferdinand 2002 ; 102-103). Berikut ini hasil uji outlier multivariate :


(65)

Tabel 8 : Hasil Nilai Mahalanobis Distance

Residuals Statisticsa

3,56 29,27 20,50 5,830 40

-2,906 1,505 ,000 1,000 40

2,338 11,016 4,308 1,657 40

-39,71 30,06 19,24 11,191 40

-18,555 17,448 ,000 10,133 40

-1,684 1,584 ,000 ,920 40

-1,784 1,720 -,001 ,975 40

-20,818 51,713 1,264 14,029 40

-1,848 1,775 -,001 ,992 40

,782 38,025 5,850 6,524 40

,000 3,148 ,095 ,495 40

,020 ,975 ,150 ,167 40

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: no a.

Sumber : Lampiran 2

Penelitian ini terdapat 6 variabel, oleh karena itu nilai chi kuadrat χ2 (0,001;6) = 22,457. Berdasarkan hasil uji outlier multivariate tersebut diatas

menunjukkan bahwa nilai maksimum Mahalanobis yang di hasilkan adalah

38,025 > 22,457, berarti terdapat multivariate outlier karena nilai Mahalanobis

Distance yang lebih besar dari 22,457.

Berarti terdapat outlier pada data tersebut, oleh karena itu data yang

memiliki nilai mahalanobis distance yang tinggi yaitu data no 12 harus di eliminasi agar data dalam penelitian ini mempunyai kualitas yang baik dan dapat dilanjutkan untuk diolah lebih lanjut.

4.3.3. Uji Asumsi Klasik

Tujuan utama menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE : Best Linier Unbiased


(1)

d. Variabel Price Earning Ratio tidak berpengaruh terhadap return saham dengan investment opportunity set sebagai variable moderating pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI tahun 2004-2008. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin rendahnya Price Earning Ratio menunjukkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan semakin rendah dan dengan tingkat investment opportunity set rendah maka perusahaan akan memiliki kesempatan pertumbuhan yang lebih kecil dengan menggunakan sumber pendanaan yang bersifat internal. Hal ini menyebabkan tingkat return saham yang diterima oleh para pemegang saham akan semakin sedikit karena perusahaan akan lebih menyimpan laba untuk menjadi sumber dana internal daripada dibagikan kepada para pemegang saham untuk digunakan menutupi biaya-biaya kegiatan operasional perusahaan.

4.5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat diperbaiki pada penelitian berikutnya yaitu :

1. Sampel penelitian relative kecil hanya perusahaan otomotif yang go public di BEI.

2. Periode pengamatan relative singkat yaitu tahun 2004 sampai tahun 2008. 3. Devidend Yield (X1) , Price Earning ratio (X2) dan Investment

Opportunity Set (IOS) (X3) dan berpengaruh terhadap Retur Saham (Y) sebesar 5,7% sedangkan sisanya 94,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.


(2)

4. Laporan keuangan sebagai data mempunyai keterbatasan juga. Perusahaan mempunyai metode dan kebijakan yang berbeda yang sulit untuk diperbandingkan dalam laporan keuangan laporan keuangan yang dihasilkan.

5. Devidend Yield (X1) yang diukur melalui Dividen per Lembar Saham dibagi Harga saham, Price Earning Ratio (X2)yang diukur dengan Market price per equity share dibagi Earning per equity share dan Investment Opportunity Set (IOS) (X3) yang diukur melalui Rasio Market To Book Value Of Equity (MVEBVE)

BAB V


(3)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan di bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Hipotesis yang menyatakan bahwa dividend yield berpengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan Otomotif yang ada di BEI, tidak terbukti kebenarannya.

b. Hipotesis yang menyatakan bahwa dividend yield berpengaruh positif terhadap return saham dengan investment opportunity set sebagai variable moderating pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI, tidak terbukti kebenarannya.

c. Hipotesis yang menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI, , tidak terbukti kebenarannya.

d. Hipotesis yang menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh terhadap return saham dengan investment opportunity set sebagai variable moderating moderating pada perusahaan Otomotif yang ada di BEI, tidak terbukti kebenarannya.


(4)

Adapun saran yang ingin disampaikan peneliti berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut :

a. Dalam melakukan investasi (penanaman modal) pada suatu perusahaan, investor tidak boleh hanya memperhatikan besarnya devidend yield dan price earning ratio dalam suatu perusahaan. Tetapi juga harus melihat faktor-faktor fundamental lain yang mempengaruhi return saham agar dalam berinvestasi investor tidak spekulatif dan hanya ikut-ikutan tanpa mempertimbangkan faktor yang rasional.

b. Konsep return saham sebagai konsep yang fundamental bagi pengembangan teori pasar modal sebaiknya lebih banyak dikupas lagi oleh para ahli.

c. Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian hal yang sama dapat menggunakan variabel-variabel lain yang diperkirakan akan berpengaruh signifikan terhadap return saham.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta,Jakarta.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin, Pasar Modal Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Fakhruddin,M dan Hadianto M.Sopian, 2001, Perangkat dan Model Analisis Investasi Pasar Modal, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.

Gujarati, Damodar dan Zain Sumarno, 1995, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Husnan Suad, 2004, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, Penerbit AMP YKPN, Yogyakarta.

Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Moeljadi, 2006, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Bayumedia, Malang.

Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sawir Agnes, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Perusahaan, Penerbit Gramedia, Jakarta.

Sumodiningrat Gunawan, 2004, Ekonometrika Pengantar, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sunariyah, 2004, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Penerbit YKPN, Yogyakarta.


(6)

Sutrisno, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.

Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Usman, dkk, 1990, ABC Pasar Modal Indonesia, Penerbit LPPI, Jakarta.

Widarjono Agus, 2005, Ekonometrika, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.

JURNAL :

Anonim, 2009. “Industri Otomotif 2009 - Optimisme Ditengah Pesimisme”. (www.bisnisindonesia.com, diakses tanggal 8 Februari 2009).

Martusa Riki, 2007, Pengaruh Dividen Yield dan Price Earning Ratio Terhadap Return Saham dengan Investment Opportunity Set Sebagai Variabel Moderating, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 9, No 3

Susilowati Yeye, 2003, Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Faktor Fundamental Perusahaan ( Dividend Payout Ratio, Earning per Share, dan risiko ) pada Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 10, No 1.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Momentum dan Price Earning Ratio Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 37 85

Pengaruh Investment Opportunity Set, Return on Investment, dan Net Profit Margin Terhadap Devidend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

0 34 89

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Dengan Price Earning Ratio Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 40 121

Pengaruh Leverage, Return On Asset, Investment Opportunity Set, dan Dividend Payout Ratio terhadap Nilai Perusahaan. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat pada Tahun 2009-2013)

1 8 99

Pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR), Debt To Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Nilai Perusahaan

0 3 131

PENGARUH DIVIDEND YIELD, PRICE EARNINGS RATIO DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERBADAP RETURN SAHAM DENGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET SEBAGAI VARIABEL MODERATING

0 3 16

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN PRICE EARNING RATIO (PER) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 16 103

RELEVANSI NILAI DIVIDEND YIELD DAN PRICE EARNINGS RATIO DENGAN MODERASI INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) DALAM PENILAIAN HARGA SAHAM

0 0 1

ANALISIS PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI

0 0 13

PENGARUH DIVIDEND YIELD DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BEI USULAN PENELITIAN

0 0 12