10
c. Penerimaan dan perlakuan lingkungan Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan yang paling
berpengaruh dalam pembentukan kepercayaan diri seseorang, karena pada masa kanak-kanak kepercayaan diri terbentuk dengan adanya sikap
penerimaan, penghargaan dan kasih sayang dari keluarga. Interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas juga turut membentuk kepercayan diri
yaitu bagaimana lingkungan memperlakukannya dan bagaimana cara individu mengatasi masalah, menjadi suatu acuan dalam menilai diri
sendiri sebagai orang yang mampu atau tidak.
3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri mempunyai peranan dalam mendorong individu meraih kesuksesan. Menurut Waterman Kumara, 1988:248 orang yang
mempunyai kepercayaan diri adalah orang yang mampu bekerja secara efektif, mampu melaksankan tugas-tugas dengan baik, bertanggung jawab serta
mampu merencanakan masa depan. Menurut Luster 1978:284 menyatakan bahwa orang yang memiliki kepercayan diri memiliki aspek-aspek diantaranya
tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, ambisius, tidak perlu dukungan orang lain, tidak berlebihan, selalu optimis dan gembira.
Miksell 1939:357 menunjukan bahwa seseorang yang memiliki rasa percaya diri tinggi akan berani bertindak dan mengambil setiap kesempatan
yang ada. Sebaliknya orang yang kurang percaya diri akan bersikap malu-
11
malu, cenderung tidak berani mengemukakan ide-idenya serta hanya melihat dan menunggu kesempatan yang dihadapinya.
Menurut Guilford Andayani dan Afiatin, 1996:99 aspek-aspek kepercayaan diri adalah merasa dapat diterima oleh kelompoknya, percaya
sekali pada dirinya sediri serta memiliki ketenangan sikap, merasa kuat terhadap apa yang dilakukan, optimis, merasa aman, mandiri dan yakin akan
kemampuan diri sendiri. Kepercayaan diri bukan sesuatu yang bersifat bawaan melainkan
terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang lebih luas Martani dan Andayani,
1991:98. Menurut Musen Andayani dan Afiatin, 1996:58 melihat pengalaman sebagai sarana untuk mencapai kematangan dan perkembangan
kepribadian. Selanjutnya Saroson dan Saroson 1993:56 menyatakan ciri kepercayaan diri terbentuk dan berkembang melalui proses beiajar individual
maupun sosial. Aziz 1974:91 mengemukakan ciri-ciri orang yang kurang percaya
diri adalah ragu-ragu, tidak bebas, membuang-buang waktu dalam mengambil keputusan, merasa rendah diri, kurang cerdas dan cenderung menyalahkan
lingkungan sebagai sebab bila menghadapi masalah. Kinney 1967:246 orang yang percaya diri dikatakan sebagai orang
yang mudah dan senang menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, mempunyai pegangan hidup yang kuat dan mampu mengembangkan
motivasinya. Orang yang percaya diri sanggup belajar dan bekerja keras guna