26
Menurut Winkel 1997:519 tujuan bimbingan klasikal tidak berbeda dengan tujuan bimbingan pada umumnya yaitu untuk membantu orang yang
dibimbing agar mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangan sendiri dan tidak sekedar membebek pendapat orang lain, mengambil sikap
sendiri, dan berani menanggung sendiri konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Tujuan ini ingin dicapai melalui pelayanan secara
klasikal. Walaupun yang dihadapi adalah kelompok siswa yang semuanya membutuhkan pelayanan bimbingan yang lebih kurang sama isi dan arahnya,
namun yang terutama dituju bukanlah perkembangan kelompok sebagai kelompok, melainkan perkembangan optimal dari masing-masing individu
yang tergabung dalam suatu kelas. Dengan demikian, tekanannya tetap terletak pada pengembangan masing-masing pribadi, meskipun individu
berada dalam kegiatan kelas. Bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan
dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri. Dapat dikatakan bahwa bimbingan klasikal dapat bersifat komplementer
terhadap bimbingan perseorangan. Berdasarkan uraian tentang bimbingan klasikal di atas, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan klasikal dilaksanakan di dalam kelas. Hal ini juga didukung oleh SK Mendikbud Nomor 2501995 butir II.B.3.C.
yang menetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan di dalam atau di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan bimbingan
dan konseling di luar jam pelajaran sekolah sebanyak-banyaknya 50 dari
27
keseluruhan kegiatan bimbingan untuk siswa di sekolah atas persetujuan Kepala Sekolah Najib, 1997:6.
D. Bimbingan dan Konseling 1. Tugas Bimbingan dan Konseling
Tugas layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas SMA harus memperhatikan kebutuhan siswa dari masing-masing
tingkatan kelas. Di samping itu hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan sasaran layanan bimbingan konseling, serta karakteristik tujuan dan
perkembangan siswa dalam aspek pendidikan. Tugas bimbingan dan konseling menurut Najib 1997:12
keterpaduan penyelenggaraan bimbingan dan konseling beserta kegiatan- kegiatan pendukungnya, yaitu :
a. Orientasi dalam kegiatan bimbingan. b. Informasi dalam bimbingan belajar.
c. Penempatan dan penyaluran dalam kegiatan belajar. d. Bimbingan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan
belajar. e. Pemberian bantuan secara perorangan dalam masalah belajar.
f. Bimbingan belajar kelompok dalam masalah belajar. g. Konseling kelompok dalam masalah belajar.
h. Aplikasi instrumentasi untuk penghimpunan data yang berkaitan dengan kegiatan belajar.
i. Penghimpunan data yang berkaitan dengan kegiatan belajar.
28
j. Konfirmasi kasus dalam masalah belajar. Berdasarkan dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
tugas bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya di SMA meliputi bimbingan dalam hal :
a. Pengembangan kebiasaan belajar yang efektif. b. Memahami kekurangan diri dalam belajar.
c. Mengatur dan menggunakan waktu luang. d. Menilai kesenjangan antara standar ketutasan dengan hasil
ulangan. e. Mengetahui sebab-sebab kegagalan dalam mengikuti tes.
f. Mempelajari informasi pemilihan jurusan. g. Mulai menghubungi lembaga pendidikan di atas SMU.
h. Memahami bahwa belajar berlangsung sepanjang hayat. i. Memahami tujuan pendidikan di masa yang akan datang.
j. Merencanakan kelanjutan studi atau kursus-kursus. k. Mempersiapkan menghadapi tes masuk perguruan tinggi.
2. Layanan Bimbingan dan Konseling
Tujuan layanan bimbingan konseling secara umum adalah untuk membantu siswa agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi
belajar, agar setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuannya, sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimal.
Menurut pendapat Sukardi dan Sumiati 1999 tujuan bimbingan konseling di sekolah bagi siswa adalah :
29
Membantu siswa untuk mengembangkan motif-motif intern dalam belajar sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti serta
pemberian dorongan dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam proses
pendidikan.
Tujuan layanan bimbingan konseling secara terperinci menurut Abdul Kahar 1981:36 yaitu :
1 Untuk dapat menentukan program studinya. 2 Untuk mendapatkan cara belajar yang efisien.
3 Untuk memilih mata pelajaran yang sesuai dengan bakat, minat,
kecakapan, cita-cita serta kondisi yang ada pada dirinya. 4 Untuk menentukan pembagian waktu dan membuat rencana
belajar. 5 Untuk
mendapatkan cara-cara
membaca buku
dan menggunakannya bagi pelajaran.
6 Untuk menyelesaikan tujuan dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.
7 Memilih pelajaran-pelajaran
ekstra atau
tambahan bagi
pengembangan kejuruannya. Berdasarkan atas tujuan pelaksanaan bimbingan dan konseling
seperti yang telah dirinci di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan yang diberikan pada siswa-
siswi yang mengalami masalah belajar.
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-postfacto, karena untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan
. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
tingkat kepercayaan diri siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta sebagai dasar pemilihan topik-topik bimbingan klasikal.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 20112012. Dalam penelitian ini peneliti tidak
menggunakan sistem sampel karena seluruh anggota populasi dijadikan responden. Adapun jumlah siswa kelas yang diteliti sebanyak 163 siswa
yang terdiri dari 8 kelas, 34 siswa 11 tidak masuk dan tidak ikut uji coba. Ada 15 siswa yang tidak masuk sekolah dan tidak ikut dalam penelitian,
sehingga jumlah subyek penelitian yang terkumpul sebanyak 103 siswa. Perincian jumlah siswa per kelas disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1 Rincian Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2
Tahun Ajaran 20112012 Kelas
Jumlah Siswa
XI Bahasa 7
XI IPA 1 23
XI IPA 2 23
XI IPA 3 23
XI IPS 1 21
XI IPS 2 22
XI PS 3 22
XI IPS 4 22
Jumlah 163
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah statement Kepercayaan Diri. Kepercayaan diri diungkap dengan skala
kepercayaan diri yang disusun oleh Rye dan Spark dengan berdasarkan aspek-aspek yang terdapat dalam kepercayaan diri oleh Sholikhah 2003.
Statement ini telah dimodifikasi dengan menyesuaikan item-item pernyataan dan diambil favorable saja. Bentuk pernyataan bersifat tertutup,
menurut Furchan 1982: 249 statement tertutup adalah pernyataan- pernyataan yang jawabannya sudah disediakan oleh peneliti. Berikut ini
dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan statement.
1. Skala Pengukuran Kepercayaan Diri
Skoring dalam kepercayaan diri dilakukan dalam skala Likert. Skoring yang digunakan adalah sebagai berikut: skor 1 untuk jawaban
Sangat Tidak Sesuai STS, skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai TS,
skor 3 untuk jawaban Sesuai S dan skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai SS.
2. Indikator Kepercayaan Diri
Indikator yang digunakan untuk menyusun statement kepercayaan diri ini berdasarkan aspek-aspek kepercayaan diri menurut Luster
1978 yaitu: merasa aman pada lingkungan sekitar, merasa hidup menyenangkan dan tenang, mempunyai sifat yang gigih, senang
dengan tantangan, mempunyai kreatifitas dalam menyelesaikan tugas, merasa yakin akan kelebihan diri sendiri, merasa akan berprestasi,
mempunyai pendirian yang kuat, mampu menyelesaikan masalah sendiri, mempunyai sifat terbuka pada orang lain, mempunyai
pengertian pada orang lain, percaya akan kemampuannya sendiri, dan yakin akan mampu mengatasi kendala yang ada.
3. Susunan Statement
Item kepercayaan diri terdiri dari 34 item yang secara keseluruhan merupakan item favorable. Item favorable isinya mendukung,
memihak atau menunjukkan adanya variabel yang diukur.
4. Kisi-kisi
Adapun kisi-kisi pernyataan kepercayaan diri dapat di lihat pada Tabel 2: