kemudian pelat dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah jenuh oleh fase gerak. Pengembangan dilakukan setinggi 5 cm. Pelat dikeluarkan dan
dikeringkan selama ± 5 menit dan scanning menggunakan densitometer pada panjang gelombang pengamatan. Nilai AUC yang didapat dimasukkan ke dalam
persamaan kurva baku yang telah dibuat sebelumnya, sehingga didapatkan jumlah deksametason dan deksklorfeniramin maleat yang ditambahkan, sehingga dapat
digunakan untuk menghitung recovery dan KV.
G. Analisis Hasil
1. Selektivitas
Kriteria selektivitas yang baik ditunjukkan dengan nilai resolusi 1,5. Resolusi dapat dihitung dengan cara berikut:
Watson, 2009
Keterangan : R
f
1 dan R
f
2 = nilai R
f
dari peak 1 dan 2 w1 dan w2
= lebar peak 1 dan 2
2. Linearitas
Jumlah baku deksametason dan deksklorfeniramin maleat mgmL masing-masing diplotkan dengan AUC yang diperoleh, sehingga didapatkan
persamaan kurva baku y = bx + a dan nilai koefisien korelasi r. Suatu metode dapat dikatakan memiliki linearitas yang baik jika r
2
0,997 Chan, Lam, Lee dan Zhang, 2004.
3. Akurasi
Akurasi metode analisis dinyatakan dengan recovery yang dapat dihitung dengan cara berikut:
Harmita, 2004. Metode dapat dikatakan memenuhi parameter akurasi jika memiliki persen
perolehan kembali 80-110 untuk konsentrasi 10 ppm dan 90-107 untuk konsentrasi 100 ppm.
Horwitz cit.,Gonzales and Herador, 2007.
4. Akurasi adisi baku dalam matriks sampel
Nilai recovery adisi baku dalam matriks sampel dapat dihitung dengan cara berikut:
Harmita, 2004.
5. Presisi
Presisi metode analisis dinyatakan dengan KV koefisien variasi yang dapat dihitung dengan cara berikut:
Harmita, 2004. Kriteria penerimaan untuk parameter presisi yaitu jika metode memiliki
KV tidak lebih dari 11,3 untuk konsentrasi 10 ppm dan 8 untuk konsentrasi 100 ppm Horwitz cit.,Gonzales and Herador, 2007.
6. Range
Range merupakan interval jumlah analit yang memenuhi persyaratan
linearitas, akurasi, dan presisi The British Pharmacopoeia Commission, 2011.
25
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembuatan Fase Gerak
Komposisi fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu etil asetat : metanol : amonia 25 25 : 4 : 1. Fase gerak ini didapat dari hasil optimasi dari
penelitian sebelumnya Ratnaningtyas, 2013, dimana pada penelitian sebelumnya fase gerak dengan komposisi etil asetat, metanol, dan amonia mampu memisahkan
senyawa deksametason dan deksklorfeniramin secara optimal. Pembuatan fase gerak dilakukan dengan mencampur etil asetat, metanol
dan amonia dengan komposisi 25:4:1. Penggunaan etil asetat pada komposisi fase gerak yaitu untuk menurunkan kepolaran komposisi fase gerak. Amonia
digunakan untuk melindungi senyawa deksklorfeniramin maleat yang merupakan garam basa dari sifat asam lemah gugus silanol dalam silika gel, amonia bersifat
basa, memiliki pka 9,25. Amonia dapat berikatan dengan fase diam masking, sehingga deksklorfeniramin maleat tidak berikatan kuat dengan fase diam dan
mampu terelusi. Metanol digunakan agar etil asetat dan amonia yang memiliki perbedaan kepolaran dapat bercampur, selain itu metanol juga menyumbang
kepolaran fase gerak sehingga didapat fase gerak yang optimal.