12
5. Perlu dilakukan penyemprotan yang berulang- ulang. Hal ini dari
sisi ekonomi tentu saja tidak efektif dan efisien. C.
Prinsip Kerja Pestisida Organik ialah : 1.
Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa. 2.
Menghambat pergantian kulit. 3.
Menganggu komunikasi serangga. 4.
Menghambat reproduksi serangga betina. 5.
Mengurangi nafsu makan. 6.
Memblokir kemampuan makan serangga. 7.
Menghambat perkembangan patogen penyakit.
5. Tanaman Cabai Merah Capsicum annuum L.
a. Taksonomi
Gambar 2.1 Cabai Merah Capsicum annuum L.
13
Kerajaan : Plantae Divisi
: Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflora
Suku : Solanaceae
Marga : Capsicum
Jenis : Capsicum annuum L.
b. Morfologi
Menurut Pitojo 2003 ciri- ciri Capsicum annuum adalah sebagai berikut :
i. Akar
Akar terdiri dari akar tunggang, dengan akar cabang,dan akar serabut. Panjang akar dapat mencapai satu meter ke dalam tanah.
ii. Batang
Batang cabai besar, licin, berkayu pada bagian pangkal, tegak,dapat mencapai ketinggian 50 cm -150 cm, dan membentuk
banyak percabangan di permukaan tanah. Warna batang hijau hingga keunguan tergantung varietasnya.
iii. Daun
Tanaman cabai besar memiliki daun tunggal sederhana ,daun terletak bersilang dan tidak memiliki daun penumpu. Bentuk daun
14
bulat telur dengan ujung meruncing, berlekuk dangkal hingga dalam . Panjang daun berkisar antara 5 cm -12 cm, lebar 1,5 cm
– 4 cm , dan panjang tangkai daun berkisar antara 1 cm-1,25 cm.
Gambar 2.2 Daun Capsicum annuum L. iv.
Bunga Memiliki bunga sempurna, bunga muncul dari ketiak tangkai
daun, berkedudukan menggantung atau berdiri, dan merupakan bunga tunggal. Bunga memiliki lima kelopak yang saling
berdekatan, mahkota bunga berbentuk seperti bintang,corong, atau terompet, bersudut 5-6 buah, dengan kepala benang sari berwarna
kebiruan, dan berbentuk memanjang, kepala putik berwarna kuning kehijauan.
15
Gambar 2.3 Bunga Capsicum annuum L. v.
Buah Buah cabai mempunyai 2-3 ruang yang berbiji banyak. Buah
yang telah tua matang umumnya berwarna kuning sampai merah dengan aroma yang berbeda sesuai dengan varietasnya. Bijinya
kecil, bulat pipih seperti ginjal dan berwarna kuning kecoklatan Buah cabai biasanya muncul dari percabangan atau ketiak daun
dengan posisi buah menggantung. Berat cabai merah sangat bervariasi, yakni berkisar 5-25 gram. Buah cabai yang masih muda
berwarna hijau, berangsur-angsur berubah menjadi merah menyala Sunaryono, 2003.
16
Gambar 2.4 Buah Capsicum annuum L. vi.
Biji Biji cabai besar berukuran kecil, antara 3 mm
– 5 mm, berwarna kuning, serta berbentuk bulat, pipih, dan ada bagian yang
runcing. Masa produksi lebih pendek yaitu sekitar 10 minggu Wahyudi, 2011.
c. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Menurut Harpenas dan Dermawan 2010, beberapa kondisi ekologis
yang perlu dipenuhi untuk tanaman cabai adalah sebagai berikut : i.
Keadaan iklim Cabai dapat ditanam pada dataran rendah hingga daerah
ketinggian 1.300 m dpl. Cabai membutuhkan iklim yang tidak terlalu dingin dan tidak pula terlalu lembab. Cabai dapat
17
beradaptasi dengan baik pada temperatur 25-30
o
C dan untuk pembentukan buah pada kisaran 16-23
o
C. Lamanya penyinaran yang dibutuhkan tanaman cabai antara 10-12 jamhari, intensitas
cahaya dibutuhkan untuk proses fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah dan pemasakan buah. Suhu optimal untuk
pertumbuhan adalah 24-28
o
C. Suhu yang terlalu dingin menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan
bunga kurang sempurna, dan pemasakan buah lebih lama. Curah hujan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman hingga akhir
pertumbuhan berkisar antara 600 mm – 1.250 mm. Curah hujan
yang terlalu rendah dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Sebaliknya curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan
kelembaban udara meningkat dan cenderung mendorong pertumbuhan penyakit tanaman.
ii. Tanah
Pada umunya tanaman cabai cocok di tanam pada semua jenis tanah. Tanah yang ideal bagi pertumbuhan cabai ialah tanah yang
subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah becek menggenang, bebas cacing nematoda dan penyakit menular.
iii. Derajat Keasaman Tanah pH
Derajat keasaman tanah yang sesuai adalah berkisar antara pH 5,5-6,8 dengan pH optimum 6,0-6,5.
18
6. Hama dan Penyakit
a. Hama yang dapat menyerang tanaman cabai menurut Pracaya 2008
antara lain: 1
Kumbang Epilachna Epilachna varivestris Mulsant Bentuk kumbang ini adalah elip, bewarna kuning pucat, telur di
letakkan secara berkelompok 20-50 per kelompok di balik daun, jumlah telur sekitar 800 butir, setiap hari rata
– rata 30 butir. Telur akan menetas menjadi larva setelah 4-5 hari, larva berbentuk oval
bewarna kuning. Panjang larva mencapai 8mm, dan menjadi pupa di balik daun. Kumbang dewasa berbentuk oval dan panjang 6
mm- 8 mm berwarna kuning kemerahan,sampai coklat kekuning- kuningan dengan 8 bercak hitam. Kerusakan yang ditimbulkan
adalah keringnya bagian tanaman yang di serang seperti daun, dan batang.
2 Hama Aphis Aphis craccivora KochKutu Daun
Berbentuk seperti buah pir, panjang sekitar 4 mm,l unak, pengisap cairan berbagai macam tanaman. Memiliki mulut yang berfungsi
sebagai penusuk. Hidup bergerombolan pada daun, dan tunas muda. Berkembangbiak secara seksual, dan aseksual. Terbagi
menjadi 2, yaittu Aphis bersayap, dan tidak memiliki sayap. Kerugian yang ditimbulkan pada tanaman adalah dapat membuat
19
daun menjadi rusak, dapat mengeluarkan embun madu yang mengandung cendawan sehingga dapat mengganggu fotosintesis.
3 Ulat Grayak Spodoptera
Ciri- ciri ulat berwarna kelabu muda, coklat atau hitam. Bertelur di batang tanaman atau di tanamah dekat tanaman. Telur akan
menjadi larva dalam 10-14 hari, larva akan makan daun tanaman selama 1-2 minggu, setelah itu akan menetap di dalam tanah dekat
tanaman. Ulat ini memakan tanaman yang masih muda, menyerang akar, dan menyerang batang dengan menggerogotinya. Ulat
bersembunyi di lapisan tanah yang tidak begitu dalam, ulat biasanya pada muncul pada malam hari.
4 Tungau Tetranychus sp.
Tungau ada yang berwarna merah, hijau, dan orange, kaki,dan mulut berwarna putih. Tungau dewasa aktif pada siang hari. Jenis
hama ini mengisap cairan dari sel-sel diantaranya tulang daun. Sel- sel yang telah kosong di sisi dengan udara sehingga tampak seperti
bercak-bercak putih. Daun akan menjadi kering dan tertutup oleh lapisan perak. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun
menjadi keriput. Serangan tungau paling berat biasanya terjadi pada saat musim kemarau.
20
5 Thrips Heliothrips
Thrips dapat hidup di dataran rendah hingga keinggian 2000dpl. Thrips berbentuk kecil, panjang 1mm-2mm, warnanya kuning
sampai coklat tua atau hitam, memiliki mulut penusuk, dan sayap yang berumbai. Thrips menghisap cairan sel pada daun. Akibatnya
warna daun akan menjadi coklat, dan daun tidak dapat berfotosintesis sehingga menyebabkan daun mati.
6 Lalat buah Batrocera dorsalis
Warna thoraks dada lalat buah adalah abu – abu, kepala, dan
abdomennya bewarna coklat kemerah – merahan, terdapat pita
kuning melintang pada abdomen, memiliki sayap berbentuk datar dan transparan bila di betangkan 5-7mm dan panjang badannya 6-
8mm. Telur berwarna putih, berbentuk memanjang dan runcing pada kedua ujungnya. Lalat betina menggunakan ovipositornya
alat peletak telur untuk menusuk kulit buah, dan memasukkan telur 10-15 butir. Kulit buah yang berlubang tersebut akan
mengeluarkan getah yang mengundang lalat betina lain datang. Lalat buah berkembang biak dengan pesat saat musim kemarau.
7 Kutu putih Bemisia tabaci
Serangan kutu putih memnyebabakan timbulnya bercak klorosis pada daun tanaman yang terserang, dan daun akan mengecil dan
21
mengeriting. Jika tingkat serangan tinggi , daun akan menguning Pracaya, 2008.
b. Penyakit yang sering menyerang tanaman cabai Pitojo, 2003
1 Antraknosa
Disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeoporoides. Batang yang terserang akan terlihat diskolorisasi memanjang,
berwarna abu-abu keputihan dengan binti-bintik hitam. Gejala yang dapat terlihat pada buah adalah terdapat cekung berwarna
merah tua hingga coklat muda dan jaringan cendawan yang berwarna hitam. Serangan berat dapat menyebabakan buah cabai
kering, dan keriput. 2
Penyakit layu disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Pada pangkal batang yang menghambat membran plasma sel tanaman tidak
permaebel sehingga air tidak dapat naik ke bagian atas. 3
Bercak Daun Bercak daun disebabkan bakteri Xanthomonas campestris. Ciri-ciri
daun yang terserang penyakit ini antara lain adanya bercak pada daun seperti kudis, bercak yang ditimbulkan berbentuk bulat,
bagian tengah bercak berwarna kelabu muda, sedangkan bagian tepi berwarna coklat tua.
22
4 Busuk Buah
Busuk buah disebabakan cendawan Phytophthora capsici, menyerang akar tanaman, dan menyebakan tanaman layu.
Penyebaran serangan yang terjadi pada batang, dan cabang berwarna coklat tua. Serangan pada daun menyebakan timbulnya
bercak berbentuk bulat atau tidak teratur.Buah yang terserang dapat busuk, dan daun akan mengering.
7. Pepaya Carica papaya L.
a. Klasifikasi Pepaya Carica papaya L.
Gambar 2.5 Daun Pepaya Kerajaan
: Plantae Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae Kelas
: Dicotyledonae PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Bangsa : Cistales
Suku : Caricacea
Marga : Carica
Jenis : Carica Papaya L. Yuniarti, 2008
b. Morfologi Pepaya Carica papaya L.
Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan. Tanaman ini menyebar
ke Benua Afrika dan Asia serta India. Dari India, tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia di abad ke-17
Setiaji, 2009. Pepaya memiliki akar tunggang dan bercabang-cabang, akar
pada pepaya tumbuh mendatar ke semua arah pada kedalaman satu meter. Batang tanaman berbentuk bulat lurus, di bagian tengahnya
berongga, dan tidak berkayu. Ruas-ruas batang berbentuk bulat, dan berlubang, yang berfungsi untuk tempat melekatnya tangkai daun yang
panjang. Daun pepaya bertulang menjari dengan warna permukaan atas hijau-tua, sedangkan warna permukaan bagian bawah hijau-muda
Suprapti, 2005. Buah berbentuk bulat hingga memanjang tergantung jenisnya, buah muda berwarna hijau dan buah tua kekuningan jingga,
berongga besar di tengahnya; tangkai buah pendek. Biji berwarna hitam dan diselimuti lapisan tipis Muhlisah, 2007.
24
c. Kandungan Kimia Daun Pepaya Carica papaya L.
Dari beberapa kandungan yang ada pada daun pepaya tersebut yang diduga memiliki potensi sebagai larvasida adalah enzim papain,
saponin, flavonoid, dan tanin Priyono, 2007. i.
Papain Enzim Papain adalah enzim proteolitik yang berperan dalam
pemecahan jaringan ikat. Senyawa papain juga bekerja sebagai racun perut yang akan masuk melalui alat mulut pada serangga. Kemudian
cairan tersebut masuk lewat kerongkongan serangga dan selanjutnya masuk saluran pencernaan sehingga akan menyebabkan aktivitas
makan serangga terganggu. Walaupun dalam dosis yang rendah apabila enzim papain masuk ke dalam tubuh larva akan menimbulkan
reaksi kimia dalam proses metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan terhambatnya hormon pertumbuhan. Bahkan akibat dari
ketidakmampuan larva untuk tumbuh akibatnya dapat menyebabkan kematian pada larva Rabbani, 2015.
ii. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang bersifat racun yang terkandung di dalam daun pepaya. Beberapa sifat khas flavonoid
yaitu memiliki bau yang sangat tajam, rasanya yang pahit, dapat larut dalam air, dan juga mudah terurai pada temperatur tinggi. Dinata dalam
25
Rabbani,dkk 2015, mengatakan bahwa flavonoid merupakan senyawa yang dapat bersifat menghambat makan serangga. Flavonoid memiliki
peran sebagai pengatur kerja antimikroba dan antivirus. Flavonoid berfungsi sebagai inhibitor pernapasan sehingga menghambat sistem
pernapasan sehingga bisa mengakibatkan kematian. iii.
Saponin Senyawa lain pada daun pepaya yang memiliki peran sebagai
insektisida adalah saponin. Saponin merupakan senyawa terpenoid yang memiliki aktifitas mengikat sterol bebas dalam sistem pencernaan,
sehingga dengan menurunnya jumlah sterol bebas akan mempengaruhi proses pergantian kulit pada serangga. Saponin terdapat pada seluruh
bagian tanaman pepaya seperti akar, daun, batang, dan bunga. Senyawa aktif pada saponin mampu membentuk busa jika dikocok dengan air
dan menghasilkan rasa pahit yang dapat menurunkan tegangan 14 permukaan sehingga dapat merusak membran sel serangga Mulyana,
2002. iv.
Tanin Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam
golongan polifenol yang terdapat dalam tanaman pepaya. Mekanisme kerja senyawa tanin adalah dengan mengaktifkan sistem lisis sel
karena aktifnya enzim proteolitik pada sel tubuh serangga yang terpapar tannin. Menurut Harborne 1987, senyawa kompleks yang
26
dihasilkan dari interaksi tanin dengan protein tersebut bersifat racun atau toksik yang dapat berperan dalam menghambat pertumbuhan dan
mengurangi nafsu makan serangga melalui penghambatan aktivitas enzim pencernaan. Tanin mempunyai rasa yang pahit. Pada umumnya
tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang pahit. Salah satu fungsi tanin dalam
tumbuhan adalah sebagai penolak hewan herbivor dan sebagai pertahanan diri bagi tumbuhan itu sendiri.
d. Sasaran Hama dan Penyakit
Hama : ulat grayak Spodoptera litura, serangga, tungau, kutu,
rayap, hama penghisap aphid, hama kecil, dan ulat bulu. Jenis penyakit seperti bercak kekuningan, busuk pada daun Marianah, 2013.
27
8. Mindi Melia azedarach L.
a. Klasifikasi Mindi Mindi Melia azedarach L.
Gambar 2.6 Daun dan pohon Mindi Kerajaan
: Plantae Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida Bangsa
: Sapindales Suku
: Meliaceae Marga
: Melia Jenis
: Melia azedarach L.
b. Morfologi Mindi Melia azedarach L.
Mindi Melia azedarach L. Tanaman mindi termasuk dalam famili Meliaceae, daun mindi memiliki nama daerah di Jawa dengan
28
nama gringging, mementin berbentuk pohon yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Batang mindi berkayu dan berbentuk bulat. Daun
mindi tersusun sebagai daun majemuk, anak daun berbentuk elips, panjang 3-9 cm, lebar 15-30 mm, tepi daun bergerigi, ujung dan
pangkal daunnya runcing serta berwarna hijau. Bunga tanaman ini adalah bunga majemuk berbentuk bulat telur yang terdapat di ketiak
daun, benang sari bergigi sepuluh, kepala sari merunduk, mahkotanya berjumlah lima, panjang ± 1 cm dan berwarna coklat kekuningan. Biji
mindi berbentuk bulat telur dan berrwarna putih. Daun mindi mengandung senyawa glokosida flavonoid dengan aglikon quersetin
yang bersifat sebagai insektisida. Pada umumnya bahan aktif yang terkandung pada tumbuhan mindi berfungsi sebagai antifedant
terhadap serangga dan menghambat perkembangan serangga. Daun mindi telah diketahui dapat digunakan sebagai pestisida alami.
Ekstrak daun mindi dapat digunakan pula sebagai bahan untuk mengendalikan hama Kartasapoetra, 2000.
c. Sasaran Hama dan Penyakit
Tanaman ini dapat digunakan untuk mengendalikan menekan OPT seperti , Hidari irava, Spodoptera litura, Spodoptera abyssina,
Myzus persicae, Orsealia oryzae, Alternaria tenuis, Aphis citri, Bagrada crucifearum, Blatella germanica, Kecoa, Jangkrik, Kutu,
29
Belalang, Heliothis virescens, H. Zea; Helminthosporium sp., Holocrichia ovata, Locusta migratoria, Meloidogyne javanica,
Nephotettox virescens, Nilaparvata lugens, Ostrina furnacalis, Panochychus citri, Sagotella furcifera, Tribolium castaneum,
Tryporyza incertulas, Tylenchus filiformis. Jenis penyakit seperti bercak daun kelapa kelabu,busuk pangkal batamg kelapa dan virus
Pracaya, 2008.
B. Hasil Penelitian Relevan
Berikut adalah beberapa penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini:
Tabel 2.1 Penelitian Relevan
Judul Hasil
Referensi
Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Hama
Spodoptera litura Pada Tanaman Tembakau
Nicotiana tabaccum L. Larutan daun mindi 200gL air
berpengaruh nyata terhadap intesintas serangan dan
mortalitas Spodoptera litura pada tanaman tembakau.
Sinaga, 2016
Pengaruh Variasi Dosis Larutan Daun Pepaya
Carica papaya L. Terhadap Mortalitas
Hama Kutu Daun Aphis craccivora Pada
Tanaman Kacang Panjang Vigna siensis L.
Setiap dosis larutan pepaya berpengaruh terhadap mortalitas
kutu daun. Dosis 35 gL daun pepaya memiliki tingkat
mortalitas tertinggi mencapai 92 setelah 24 jam.
Setiawan, 2015
Rendaman Daun Pepaya Carica papaya L.
Sebagai Pestisida Nabati Untuk Pengendalian
Hama Ulat Grayak Spodptera litura Pada
Rendaman daun pepaya konsentrasi 10 dapat
membunuh ulat grayak di hari kedua secara cepat pada tanaman
cabai. Ningrum, 2010
30
Tanaman Cabai Kajian Daya Insektisida
Ekstrak Daun Mimba Azadirachta indica A.
Juss Dan Ekstrak Daun Mindi Melia azedarach
L. Terhadap Perkembangan Serangga
Hama Gudang Sitophilus zeamais
Pada konsentrasi 1.0 penambahan ekstrak daun mindi
secara nyata mampu menurunkan jumlah populasi
serangga, memperkecil nilai indeks perkembangan, laju
perkembangan intrinsik serta kapasitas mulitiplikasi
mingguan. Desy, 2016
C. Kerangka Berpikir
Hama yang sering menyerang tanaman khususnya tanaman cabai merah Capsicum annuum L. ialah jenis serangga, dimana jenis
serangga ini biasanya akan sensitif dengan aroma dan rasa.
Bahan yang digunakan daun mindi dan daun pepaya memiliki rasa pahit yang tidak
disukai serangga serta memiliki aroma yang sangat menyengat.
Dari jenis bahan tanaman tersebut kemungkinan bisa digunakan untuk mengendalikan hama jenis serangga dan penyakit pada tanaman cabai merah Capsicum annuum L..
Tanaman cabai merah Capsicum annuum L. merupakan salah satu tanaman yang banyak dikonsumsi. Tanaman cabai merah Capsicum annuum L. sering
dihadapkan pada berbagai masalah yaitu serangan hama dan penyakit.Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat kelancaran
dalam budidaya cabai merah Capsicum annuum L..
Pada daun mindi dan daun pepaya terdapat enzim papain, saponin, flavonoid, dan tannin yang bersifat racun sebagai penghambat
pertumbuhan dan perkembangan serangga bahkan membuat serangga mati serta sebagai anti virus bagi tanaman cabai merah Capsicum
annuum L. . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
C. Hipotesis
1. Pemberian pestisida dari larutan daun pepaya Carica papaya L. daun mindi
Melia azedarach L. dan campuran daun Pepaya Carica papaya L. daun mindi Melia azedarach L. dapat mengurangi intensitas serangan hama dan
penyakit pada tanaman cabai merah Capsicum annuum L.. 2.
Pestisida dari campuran daun pepaya Carica papaya L. daun mindi Melia azedarach L. paling baik dalam mengurangi intensitas serangan hama dan
penyakit pada tanaman cabai merah Capsicum annuum L.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Variabel
Penelitian ini termasuk jenis penelitian semi eksperimen eksperimen semu yaitu penelitian yang mendekati percobaan sungguhan di mana tidak
mungkin mengadakan control memanipulasikan semua variabel yang relevan. Penelitian dilakukan dengan menguji dua jenis bahan pembuatan pestisida
organik dari tanaman berbeda dengan konsentrasi yang sama yaitu 1:5. Penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif. Pengaruh pemberian pestisida
organik ini akan dilihat berdasarkan jumlah tanaman yang terserang serta intensitas serangan hama dan penyakit. Variabel penelitian ini terdiri dari
variabel terikat, variabel bebas, variabel kontrol. a.
Variabel terikat : Hama dan penyakit tanaman cabai b.
Variabel bebas : Pestisida larutandaun pepaya, daun mindi, dan
daun campuran daun pepaya dan daun mindi c.
Variabel kontrol : Tanaman cabai, media tanam, dan volume penyemprotan.
33
B. Batasan Penelitian
1. Subjek dalam penelitian ini adalah tanaman cabai merah Capsicum
annuum L..
2. Jumlah tanaman yang digunakan sebanyak 40 tanaman yang ditanam pada
polybag berukuran 25 cm x 25 cm. 3.
Penelitian ini menggunakan pestisida dari tiga bahan tanaman antara lain daun pepaya Carica papaya L., daun mindi Melia azedarach L. serta
campuran antara daun pepaya Carica papaya L. dan daun mindi Melia azedarach L..
4. Penelitian ini menggunakan larutan dari daun pepaya, daun mindi dan
campuran daun mindi dan daun pepaya. Larutan yang dimaksud adalah dari ketiga bahan tersebut di haluskan dan saring lalu ditambahkan air,
sehingga jadilah larutan. 5.
Bagian tanaman yang digunakan adalah bagian daun.
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag yang berukuran 25 cm x 25 cm, cangkul, sprayer, blender, timbangan, saringan,
ember, baskom, dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan dalam peneltian ini adalah daun mindi,
daun pepaya, benih cabai merah varietas pilar F1, tanah, pupuk kandang, dan detergen berfungsi sebagai pelekat.
34
D. Cara Kerja
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan 17 Febuari- 30 April bertempat
di Kebun Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang terletak di Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Pada bulan
Febuari-April terjadi
musim hujan
yang ditandai
dengan meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman sayuran
termasuk cabai merah Pra penelitian
Sebelum melakukan penelitian yang sesungguhnya peneliti melakukan pra penelitian dikarenakan masih terdapat variabel luar
yang ikut berpengaruh terbentuknya variebel dependen, jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-
mata dipengaruhi oleh variabel independen Sugiono, 1992. Dalam desain penelitian ini terdapat satu kelompok yang tidak diberi
treatment perlakuan dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Menurut
Rosleny 2013
pra penelitian menggambarkan desain penelitian pendahuluan atau bukan sebenarnya, desain ini belum bisa dianggap
sebagai penelitian karena adanya hambatan berupa hasil yang tidak memadai. Peneliti menanam cabai merah di polybag 25 cm x 25 cm,
lalu tanaman cabai merah tersebut tidak diberi perlakuan pestisida PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI