Metode Analisis Data HASIL

45

2. Penyakit virus

Data hasil penelitian intensitas serangan virus pada tanaman cabai merah adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Intensitas Penyakit Virus pada Tanaman Cabai Merah No Pengamatan ke Intensitas Penyakit Campuran Daun Pepaya Daun Mindi Kontrol 1 1 45 2 2 50 3 3 54 4 4 54 5 5 18.75 54 6 6 18.75 55 7 7 16.25 55 8 8 21.25 9 22.5 60 9 9 21.25 7 21.25 55 10 10 15 5 15 50 11 11 9 2.25 13 50 12 12 1.5 2.25 7.5 47.5 13 13 1.5 1.5 6 50 14 14 1 1.5 3.75 55 15 15 0.5 1.5 1.5 50 Total 71 83.75 90.5 784.5 Rata-rata 4.7 5.5 6.0 52.3 Berdasarkan data di atas hasil pengamatan yang diperoleh, intensitas serangan penyakit virus memiliki data yang tidak merata di setiap pestisida. Pada campuran dan daun mindi gejala virus terlihat pada akhir pengamatan ke-7 dan kerusakan akibat serangan di data pada pada pengamatan ke-8. Pada larutan daun pepaya gejala virus pada akhir pengamatan ke-4 dan kerusakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 akibat serangan pada pengamatan ke-5. Jumlah tanaman disetiap larutanberbeda- beda di setiap tanaman. Pada setiap rata-rata jumlah tanaman yang terserang mengalami penurunan Lampiran I B. Data diatas menunjukkan bahwa intensitas serangan virus pada setiap perlakuan juga mengalami penurunan. Dilihat berdasarkan rata-rata intensitas serangan virus paling rendah yaitu pada campuran 4.7, sedangkan intensitas paling tinggi terdapat dikontrol yaitu sebesar 52.3. Hasil pengamatan yang diperoleh dapat di kategorikan berdasarkan intensitas serangan menurut Leatimia dan Rumathe 2011 yang menggolongkan tingkat intensitas serangan menjadi 5 katagori. Tabel 4.4 Intesitas Serangan Penyakit Virus Perlakuan Rata- rata Kategori Campuran 4.7 Ringan Daun Pepaya 5.5 Ringan Daun Mindi 6.0 Ringan Kontrol 52.3 Berat Berdasarkan tabel diatas tingkat serangan virus pada campuran daun pepaya, dan daun mindi 25 sehingga bisa dikatakan bahwa intensitas serangan virus dikategori ringan, sedangkan kontrol ≥ 50 berada pada kategori berat. Berdasarkan uji Anova diperoleh hasil F hitung 137.46 F tabel 2.32, maka HO ditolak dan HI diterima sehingga bisa dikatakan siginifikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 berarti terdapat pengaruh variasi bahan terhadap intensitas serangan virus. Ho ditolak dan Hi diterima sehingga menunjukkan bahwa ketiga larutanbahan yang digunakan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap intensitas serangan virus. Untuk mengetahui larutandari bahan mana yang sungguh berbeda secara signifikan maka dilanjutkan menggunakan uji Post Hoc LSD tujuannya adalah untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang mempunyai rata- rata yang berbeda. Uji Post Hoc LSD Lampiran III C menujukkan bahwa kontrol berbeda signifikan dengan pestisida dari larutan campuran daun ,mindi dan daun pepaya, dengan daun mindi dan dengan daun pepaya. Pada campuran daun pepaya dan daun mindi ditemukan pengaruh berbeda signifikan dengan kontrol dan tidak berbeda signifikan dengan larutan daun mindi dan larutandaun pepaya. Pada larutandaun mindi berbeda signifikan dengan kontrol ,dan tidak ditemukan pengaruh berbeda signifikan dengan campuran larutan dan daun pepaya. Pada larutandaun pepaya berbeda signifikan dengan kontrol dan tidak ditemukan pengaruh berbeda signifikan dengan campuran larutandan daun mindi. 48

B. PEMBAHASAN

1. Hama Kutu Putih

Berdasarkan Tabel 4.1 penurunan intensitas serangan hama dipengaruhi oleh pemberian pestisida organik dengan tiga bahan yang berbeda, selain itu umur tanaman cabai juga ikut mempengaruhi penurunan intensitas serangan hama. Menurut Heinz et al.1982 dalam Nasution 2010 mengatakan bahwa semakin tua umur tanaman semakin kurang disukai kutu putih. Pada daun yang lebih muda kandungan air dan protein tanaman lebih tinggi sehingga kutu putih menyukainya, sedangkan pada daun tua kandungan air berkurang. Populasi kutu putih akan melimpah pada fase vegetatif dan menurun pada fase generatif. Jika dilihat dari hasil pengujian uji Anova diperoleh hasil tidak signifikan Hal itu menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh pemberian pestisida dengan bahan yang berbeda jenis tanaman terhadap hama kutu putih Lampiran II. Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan jenis bahan dari pestisida organik yang digunakan tidak memiliki perbedaan pengaruh nyata terhadap intensitas serangan hama kutu putih pada tanaman cabai merah. Adapun beberapa hal yang menyebabkan tidak adanya pengaruh pemberian pestisida yang diberikan terhadap intensitas serangan hama kutu putih sebagai berikut: Teknik penyemprotan tanaman, pada saat melakukan penyemprotan pestisida organik pada tanaman cabai tidak merata sehingga menyebabkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 cairan pestisida tidak mengenai bagian- bagian daun secara keseluruhan. Kutu putih sendiri biasanya sering hinggap di bagian bawah daun dan akan terbang bila ada getaran atau disentuh daunnya Lampiran V. Apabila pestisida disemprotkan dipermukaan atas, maka di permukaan bawah tidak terkena, dengan demikian efek pestisida yang disemprotkan kurang berpengaruh. Pengambilan bahan tanaman yang berbeda sebagai pestisida organik berpengaruh terhadap kandungan zat yang terdapat dalam bahan yang akan digunakan. Daun pepaya maupun daun mindi yang digunakan pada peneliti kali ini tidak diambil dari tanaman yang sama dan dari pohon yang sama. Hal itu tentu saja berpengaruh juga terhadap antara umur daun yang muda dan yang tua. Berdasarkan data menujukkan bahwa perbedaan bahan pestisida tidak memberikan pengaruh yang berbeda, namun jika dilihat dari intensitas serangan hama pada Tabel 4.2 intensitas serangan hama tiap bahan yang digunakan pestisida pada kategori sedang, sehingga hal itu menunjukkan bahwa dari ketiga bahan yang digunakan memberikan efek yang baik dikarenakan intensitas berada pada kategori sedang. Berbanding terbalik dengan kontrol, intensitas hama dalam kategori berat. Apabila dilihat dari intensitas serangan hama, campuran dari daun mindi dan daun pepaya menujukkan intensitas serangan hama kutu putih yang paling rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa campuran dari daun mindi dan daun pepaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 lebih efektif mengurangi intensitas serangan hama kutu putih, karena memberikan hasil yang paling baik dibandingkan larutanyang lain. Hal itu terjadi disebabkan oleh pengaruh senyawa aktif yang terkandung pada tumbuhan mindi yang berfungsi sebagai antifedant terhadap serangga dan menghambat perkembangan serangga dan mampu mengurangi daya makan pada pertumbuhan larva. Menurut Endah dan Heri dalam Sinaga 2009 bahwa fungsi dari senyawa alkaloid, triterpenoid,saponin,dan glikosida flavonoid yang ada didalam daun mindi dapat menghambat daya makan larva. Adapun cara kerja ialah senyawa-senyawa tersebut adalah bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Karena itu, apabila senyawa-senyawa masuk di dalam tubuh larva, maka menggangu saluran percernaan sedangkan daun pepaya sendiri mengandung senyawa toksik seperti papain, saponin, tannin, flavonoid dimana kandungan senyawa papain merupakan racun kontak yang akan masuk ke dalam tubuh serangga melalui lubang-lubang alami dari tubuh serangga Nechiyana,dkk 2013. Papain bekerja secara aktif sebagai racun perut yang masuk ke dalam tubuh atau memberikan respon terhadap kutu daun sehingga akan menurunkan aktifitas makan dari kutu putih. Sistem kerja dari papain sendiri sebagai racun perut di dalam tubuh kutu yaitu diserapnya oleh dinding-dinding yang ada pada organ pencernaan kutu kemudian akan dihantarkan ke pusat saraf kutu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 sehingga akan memberikan tekanan serta menurunkan proses metabolisme organ dalam dan menghambat aktivitas makan kutu. Selain itu juga di dalam daun Pepaya terdapat zat flaovonoid dimana bekerja sebagai racun saraf yang diduga bisa menyebabkan kutu daun mengalami penurunan aktivitas gerak. Rosidah dalam Setiawan 2015 menjelaskan bahwa senyawa flavonoid dapat menimbulkan kerusakan pada saraf serta kerusakan pada spirakel yang mengakibatkan serangga tidak bisa bernapas dan akhirnya mati. Dengan adanya pencampuran kedua bahan pestisida tersebut memperkaya kandungan zat racun yang ada di masing-masing bahan tersebut sehingga diduga lebih efektif mengurangi hama kutu putih, bisa terlihat dari Tabel 4.2 rata-rata intesitas serangan hama kutu putih terendah dan dengan katagori sedang, seperti yang dikemukakan di awal bahwa perlakuan pemberian pestisida menunjukkan intensitas serangan kutu putih paling rendah adalah perlakuan pemberian pestisida yang lebih efektif sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian pestisida dari larutan campuran daun mindi dan daun pepaya memberikan hasil yang baik.

2. Penyakit Virus

Tanaman cabai yang terserang kutu putih menyebabkan daun mengeriting Gambar 4.1 a. Daun tanaman cabai ini terlihat berwarna hijau muda yang mencolok, pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung, tanaman tumbuh tidak normal sehingga 52 tanaman akan menjadi lebih kerdil. Hal ini dikarenakan nutrisi yang terdapat pada tanaman cabai dihisap oleh kutu putih untuk kelangsungan hidupnya. Serangan kutu putih juga menyebabkan daun mengalami klorosis. Klorosis adalah bercak-bercak kuning kecil pada daun yang melebar. Pinggir bercak berwarna lebih tua dari bagian tengahnya serta daun mulai menggulung Gambar 4.1 b. Ekskresi kutu putih ini akan menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya embun yang berwarna hitam, hal ini menyebabkan proses fotosintesis tidak berlangsung normal. Kutu putih sangat berbahaya dikarenakan sebagai vektor virus. Penyakit pada tanaman cabai disebabkan oleh virus, salah satunya virus Gemini yang diperantai oleh hama kutu putih Rusli et al.1999. Menurut Sudiono dan Purnomo 2010 penyakit kuning berhubungan dengan kutu putih, apabila populasi dari kutu putih meningkat maka akan semakin tinggi juga terjadi penyakit kuning pada tanaman cabai merah Gambar 4.1 c. Faktor perkembangan kutu putih sendiri dipengaruhi oleh iklim, suhu, kelembaban udara dan curah hujan. 53 Gambar 4.1 Daun cabai merah yang tampak keriting a, daun mengalami klorosis b, daun menguning c. Menurut Ariyanti 2007 mekanisme infeksi virus dalam tubuh tanaman sehingga akan memunculkan daun berwarna kuning, kerdil serta menggulung ke atas. Gejala menguning daun pada bagian atas pada daun muda mirip dengan gejala akibat kekurangan unsur mikro Fe. Gejala yang muncul ini disebabkan akibat dari terhambatnya aliran nutrisi karena virus yang ada di dalam tanaman menguasai floem. Penyebaran penyakit kuning pada tanaman cabai merah tidak terlepas dari adanya virus Gemini. Penyebaran virus ini berkaitan dengan jumlah populasi kutu putih yang merupakan serangga vektor dari virus Gemini. Peningkatan jumlah populasi pada kutu putih ini meningkatkan penyebaran virus Gemini yang diikuti oleh meningkatnya terjadi penyakit kuning. Salah satu faktor yang sangat berperan sangat penting dalam penyakit kuning pada tanaman cabai adalah keberadaan serangga vektor yang menyebarkan virus tersebut yaitu kutu putih. Kutu putih termasuk kelompok serangga penusuk A C B