B. Formulasi Lipstik
Penelitian yang dilakukan adalah formulasi lipstik. Lipstik merupakan kosmetik yang penting untuk perlindungan bibir sehingga bibir tidak mudah
kering dan pecah Tranggano dan Latifah, 2007. Lipstik yang dibuat dalam penelitian ini adalah lipstik matte, yaitu lipstik yang pekat, tidak mengkilap, dan
mengandung sedikit pelembab Adnan, 2009 Optimasi formula lipstik dibutuhkan untuk mendapatkan lipstik yang
memenuhi kualitas tertentu agar dapat diterima oleh konsumen. Bahan utama yang dioptimasi dalam formula yang dibuat dalam penelitian ini adalah basis
dimana pada penelitian ini digunakan dua basis yaitu, beeswax dan paraffin wax. Kedua bahan ini dioptimasi karena memiliki peran penting terhadap kekerasan
lipstik. Basis lilin sangat berperan penting terhadap kekerasan lipstik. Beeswax
sangat sering digunakan dalam penelitian pembutan lipstik untuk meningkatkan kekerasan. Menurut Mercado 1991, batas maksimum penggunaan beeswax
dalam suatu formula adalah 5-20 sedangkan dalam penelitian ini digunakan 9- 11 sehingga penggunaan basis ini masih dalam batas aman. Paraffin wax dipilih
karena dapat meningkatkan kekerasan lipstik tetapi dalam dunia kosmetik masih sangat jarang digunakan. Pada penelitian ini digunakan paraffin wax sebesar 9-
11 sedangkan batas aman penggunaan paraffin wax menurut Mozes 1983 adalah 15 sehingga penggunaan pada penelitian ini masih dalam batas aman.
Lipstik dibuat dengan berbagai komponen bahan yang memiliki masing- masing tujuan. Bahan lain yang digunakan adalah lanolin sebagai emollient atau
pelunak tekstur lipstik dan pemberi kelembutan. Gliserol ditambahkan untuk memberikan efek ketahanan pada lipstik. Tween 80 ditambahkan pada pembuatan
lipstik sebagai pelembab. Lipstik yang dibuat merupakan tipe matte sehingga perlu agen pemekat pada lipstik, yaitu zinc oxide. ZnO ini juga berfungsi sebagai
pemberi tekstur. TiO
2
diberikan untuk efek mengkilap lipstik. Metil paraben ditambahkan sebagai pengawet Barel dkk., 2001.
Bahan-bahan tersebut memiliki batas maksimal masing-masing sehingga dapat aman untuk digunakan. Menurut Mercado 1991, lanolin yang
diperbolehkan dalam penggunaan lipstik adalah 3-30. Dalam penelitian ini lanolin yang digunakan adalah 24 sehingga masih dalam batas aman. Pewangi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pewangi sintetik yang memiliki batas 0,1-0,8. Pada penelitian ini pewangi yang digunakan adalah 0,1 sehingga
masih aman untuk digunakan. Satu jenis paraben yang digunakan memiliki batas penggunaan, yaitu 0,4 sehingga metil paraben yang digunakan pada penelitian
ini sesuai. Zinc oxide aman jika digunakan 40 dan pada penelitian ini sudah memenuhi batas aman tersebut.
Tahap awal pembuatan lipstik adalah melelehkan beeswax dan paraffin wax pada cawan porselen di atas penangas air dengan suhu 80
o
C . Beeswax
memiliki titik lebur 63
o
C dan ketika dipanaskan di atas suhu 150
o
C akan terjadi esterifikasi karena terjadi pengurangan jumlah asam sehingga pemanasan pada
suhu 80
o
C ini dapat dilakukan. Pemanasan yang dilakukan pada paraffin wax yang memiliki titik lebur antara 45-65
o
C pada 80
o
C dapat dilakukan karena sejauh penelusuran peneliti tidak dicantumkan adanya kerusakan basis jika pemanasan
dilakukan di atas suhu tersebut. Pelelehan seluruh basis ini dilakukan selama 20 menit.
Zat pewarna yang digunakan pada formulasi lipstik ini adalah kulit manggis. Formula acuan yang digunakan adalah formula dengan zat pewarna
larut minyak sedangkan zat pewarna antosianin pada kulit manggis merupakan senyawa yang larut pada pelarut polar sehingga modifikasi formula dilakukan.
Modifikasi yang dilakukan adalah dengan melarutkan zat pewarna ke dalam aquadest dan melakukan penambahan gummi arabicum sehingga aquadest sebagai
fase air dan lanolin sebagai fase minyak dapat tercampur. Gummi arabicum berfungsi sebagai agen pengemulsi dan agen stabilisasi
antara fase air dan fase minyak yang digunakan. Gummi arabicum dipilih karena bahan ini dapat digunakan dalam formulasi kosmetik dan sifatnya tidak toksik.
Perbandingan gummi arabicum untuk larut di air adalah 1:2,7 Rowe dkk., 2009. Pada penelitian ini perbandingan yang digunakan untuk gummi arabicum : fase air
: fase minyak adalah 3:7:10 yang didapat dari hasil orientasi. Perbandingan ini selanjutnya dimasukan ke dalam persentase emollient dalam formula.
Gummi arabicum merupakan agen pengemulsi tipe natural. Gummi arabicum merupakan gum karbohidrat yang larut pada air dan akan membentuk
emulsi tipe OW. Emulsi yang dibuat dengan gummi arabicum ini stabil dalam area pH yang luas. Mekanisme gummi arabicum untuk membentuk emulsi yaitu
dengan membentuk lapisan multimolekuler di sekitar droplet dari minyak yang terdispersi Remington, 2000.
Tahap selanjutnya adalah melakukan pencampuran wax ke dalam emulsi zat warna. Penambahan ini dilakukan pada mortir panas. Hal ini dilakukan karena
beeswax dan paraffin wax mudah membeku. Setelah itu, dilakukan penambahan zinc oxide, titanium dioksida, gliserin, tween 80 dan metil paraben secara
bertahap. Penambahan ini dilakukan dengan urutan bahan dengan bobot paling banyak ke bobot paling sedikit dengan tujuan agar bahan lipstik tercampur secara
homogen. Setelah campuran homogen, campuran lipstik dilakukan pemanasan
kembali di atas cawan porselen pada suhu 80
o
C selama 7 menit sehingga campuran meleleh. Campuran dituang ke dalam cetakan lipstik yang sebelumnya
telah dipanaskan dan dioleskan parafin cair. Tujuan pemberian paraffin cair pada cetakan adalah agar lipstik mudah dilepaskan dari cetakan ketika lipstik sudah
membeku. Setelah itu, campuran didiamkan hingga suhu ruangan lalu dimasukkan ke dalam lemari pendingin selama 24 jam. Tujuan pendiaman hingga suhu
ruangan adalah agar lipstik yang dibuat tidak mengalami shock thermal. Lipstik dikeluarkan dari cetakan dan diletakkan dalam wadah dan disimpan pada suhu
ruangan selama 48 jam. Hasil lipstik pada penelitian ini memiliki beberapa kelemahan. Salah
satunya adalah lipstik tidak mudah dioleskan. Hal ini dikarenakan jumlah persen emollient yang digunakan pada formula berkurang karena adanya penambahan
aquadest dan gummi arabicum pada formula. Selain itu, pewarna ekstrak kulit manggis yang digunakan mengandung maltodextrin yang menyebabkan bahan
pengisi pada lipstik jumlah penggunaannya menjadi lebih tinggi. Kelemahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lainnya adalah warna lipstik tidak sesuai dengan warna nude yang diharapkan. Hal ini dikarenakan sifat maltodextrin yang larut air sehingga menyebabkan bahan ini
ikut terlarut pada pelarut ketika ekstrak kulit manggis dilarutkan. Partisi maltodextrin atau ekstraksi ulang pada ekstrak perlu dilakukan agar dapat
menghasilkan warna nude yang sesuai pada lipstik.
C. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Lipstik