Bentuk-Bentuk Media Sosial Tipe Penggunaan Media Sosial
36
dalamnya emosi positif atau negatif yang sangat mempengaruhi suasana hati individu tersebut. Kemunculan kondisi atau rangsangan dari luar inilah yang
memicu keadaan emosional atau perubahan suasana hati. Adanya perkembangan zaman membuat faktor yang mempengaruhi
kestabilan emosi semakin bervariasi. Salah satunya adalah gaya hidup yang tidak terlepas dari penggunaan media sosial yang dapat memicu munculnya
gejala depresif yang dikenal dengan sebutan ”Facebook depression” sains.kompas.com. solopos.com. Gejala ini muncul akibat terpaparnya
seseorang pada laman yang berisi kesenangan atau pengalaman bahagia yang membuat berkurangnya rasa percaya diri orang tersebut karena tidak bernasib
sama. Hal ini menjelaskan bahwa media sosial dapat mempengaruhi suasana hati seseorang yang kemudian berdampak pada kestabilan emosi.
Perubahan suasana hati terjadi karena orang melalui proses
pembandingan profil dirinya dengan profil milik orang lain. Terutama ketika seseorang dihadapkan pada kebahagiaan orang lain, maka akan menghasilkan
perasaan iri dan muram. Sebuah studi menemukan bahwa semakin sering seseorang membuka Facebook, semakin orang tersebut merasa tidak bahagia
Kross dkk, 2013; telegraph.co.uk. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial yang memaparkan kebahagiaan seseorang, dapat membuat pengguna media
sosial lain merasa kesepian dan muram. Penelitian lain Kramer dkk, 2014 membuktikan efek dari media sosial
terhadap emosi penggunanya. Kramer dkk 2014 menemukan bahwa ketika seseorang banyak terpapar konten media sosial yang bernada negatif,
37
kemungkinan ia akan memposting konten yang bernada negatif juga akan meningkat. Sebaliknya, jika seseorang lebih sering terpapar pada konten
positif, kemungkinan ia memposting konten yang bernada positif juga akan bertambah. Menurut penelitian Hartfield dkk 1994, beberapa orang akan
lebih mudah mengalami penularan emosi dari pada yang lain. Orang yang paling mudah tertular adalah orang yang cenderung bersifat perhatian dan
sensitif, menghargai kebersamaan daripada individualitas dan keunikan, serta mereka yang pengalaman emosionalnya sangat dipengaruhi oleh umpan balik
dari lingkungan sekitar. Chaturvedi Chander 2010 menemukan bahwa keterpaparan terhadap informasi yang pada umumnya lebih bersifat negatif
menghasilkan berkembangnya angka depresi dan tingkat agresi dalam masyarakat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media sosial dapat menjadi media penularan emosi yang menjadi stimulus pemicu terjadinya perubahan
suasana hati. Media sosial dapat menjadi sumber stressor tambahan bagi individu dewasa awal. Individu dapat ikut memposting status bernada negatif
apabila individu tersebut banyak terpapar pada postingan yang bernada negatif pula. Semakin sering individu terpapar konten yang bernada negatif,
semakin meningkat kemungkinan individu untuk menulis konten yang bernada negatif pula. Selain itu, individu dapat merasa muram apabila
mengetahui kebahagiaan orang lain. Maka dapat diduga apabila individu menghabiskan waktu semakin lama untuk menggunakan media sosial,
semakin rendah kestabilan emosi yang individu tersebut miliki. Sebaliknya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
semakin sedikit waktu yang individu habiskan untuk menggunakan media sosial, semakin tinggi kestabilan emosi yang dimiliki. Oleh karena itu, dapat
ditarik asumsi bahwa ada hubungan negatif antara durasi penggunaan media sosial dengan kestabilan emosi pengguna media sosial usia dewasa awal.