Hasil Uji Hipotesis Hasil Analisis Data Penelitian 1.
64
. Berdasarkan hasil analisis data deskriptif skala kestabilan emosi
ditemukan bahwa mean empiris variabel kestabilan emosi M=72.40 lebih besar daripada mean teoretis kestabilan emosi M=62.5. Oleh karena hasil
analisa menunjukkan mean empiris lebih besar dari mean teoretis maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan subjek memiliki kestabilan emosi
yang tinggi. Berdasarkan hasil analisa data empiris durasi pengunaan media sosial,
diketahui bahwa sebagian besar subjek memiliki durasi penggunaan media sosial yang tergolong rendah. Hasil ini dapat dilihat pada histogram data
durasi penggunaan media sosial gambar 2. Kedua hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kestabilan emosi yang
tinggi didapatkan oleh subjek yang menggunakan media sosial dengan durasi yang rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori tentang mood yang
diungkapkan oleh Locke 2001 bahwa mood seseorang terpicu karena objek emosi yang memicu terdapat di mana-mana atau terus-menerus muncul.
Media sosial yang mengandung konten emosional, terutama konten emosional yang bersumber dari significant others subjek, berperan sebagai
stimulus yang memicu perubahan suasana hati mood. Ketika stimulus yang berupa stimulus emosional ini didapatkan oleh subjek dengan intensitas yang
tinggi, maka subjek akan lebih terlibat secara emosional sehingga terjadi perubahan suasana hati yang berdampak pada perubahan kestabilan emosi
subjek. Dalam penelitian ini, mayoritas subjek diketahui menggunakan media sosial dengan durasi yang rendah, maka stimulus emosional yang didapatkan
65
oleh subjek menjadi sedikit. Oleh karena itu, subjek tidak terlalu terlibat secara emosional sehingga kondisi suasana hati subjek tidak terpengaruhi.
Hal inilah yang menjelaskan hasil kestabilan emosi mayoritas subjek penelitian yang tergolong tinggi.
Hasil penelitian ini membuktikan teori yang diajukan oleh Morgan King dalam Walgito, 1970 yang menjelaskan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kestabilan emosi adalah faktor stemming atau suasana hati. Ketika suasana hati terpengaruh stimulus emosional dan menjadi buruk, maka
kestabilan emosi akan berubah pula. Selain itu, hasil yang didapatkan dari penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya Turkle, 2011; Kross
dkk, 2013; dan Kramer dkk, 2014 mengenai penggunaan media sosial yang dapat mempengaruhi tingkat depresi atau kesejahteraan penggunanya. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dengan lebih sedikit terpapar pada media sosial, dampak yang dihasilkan adalah individu dewasa awal tidak
mendapatkan gangguan emosional tambahan yang berasal dari konten emosional yang terdapat pada media sosial. Data penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas subjek penelitian menggunakan media sosial dengan durasi yang rendah, yang berarti keterpaparan subjek terhadap stimulus emosional
rendah. Oleh karena itu, kestabilan emosi mayoritas subjek dalam penelitian ini berada pada golongan yang tergolong tinggi.
Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan argumen Bar-Tal dkk 2007 yang menyatakan bahwa emosi kolektif dapat pula menjadi lokus
kendali emosi seseorang. Emosi kolektif, yang merupakan pengalaman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
emosional yang dikuatkan oleh masyarakat, dialami oleh subjek melalui media sosial. Dengan demikian, apabila subjek menggunakan media sosial
dengan durasi yang rendah maka subjek tidak akan terpengaruh oleh emosi kolektif. Subjek akan memiliki lokus kendali emosi internal yang lebih kuat
sehingga kestabilan emosi subjek menjadi tinggi. Hasil analisa dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian menggunakan
media sosial dengan durasi yang rendah sehingga subjek tidak dikendalikan oleh emosi kolektif dan oleh karenanya mayoritas subjek penelitian memiliki
kestabilan emosi yang tinggi. Koefisien determinasi R
2
dari hasil analisis sebesar 0.098
menunjukkan bahwa variabel durasi penggunaan media sosial memberikan sumbangan efektif sebesar 9.8 terhadap penurunan atau kenaikan
kestabilan emosi pengguna media sosial usia dewasa awal. Sebesar 90.2 merupakan faktor lain yang mempengaruhi variabel kestabilan emosi
pengguna media sosial dewasa awal yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kontribusi yang relatif kecil ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Turkle
2011 menjelaskan dalam bukunya, didukung oleh hasil penelitian Kross dkk 2013 dan Kramer dkk 2014, bahwa konten emosional dapat memberikan
efek terhadap emosi apabila konten tersebut diakses secara rutin atau dalam kata lain terprogram dalam jadwal harian individu tersebut. Apabila konten
emosional yang diakses oleh individu hanya diakses pada saat tertentu, secara acak, atau pada saat ingin, maka pengaruh yang terjadi terhadap emosi tidak
begitu kuat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI