2.1.6 Ratu Aji Ayah Kenanga
Ayah Kenanga adalah orang yang suka mengalah dengan istrinya. Ia melakukan hal itu untuk menghindari pertengkaran dengan istrinya. Ratu Aji
seringkali berusa membela Kenaga setiap Kenaga berselisih dengan ibunya.
68 “ kenanga pasti berkata kasar pada Kencana.”
“ Percayalah, Yu, dia bukan anak kecil lagi”. “ Aji selalu membelanya.” hlm. 19
Ratu Aji memiliki hobi mengadu ayam seperti kebiasaan lelaki Bali pada umumnya.
69 Ayah Kenanga muncul dengan mengendong seekor ayam jago putih
hlm. 153
Menurut Kenaga ayahnya tersebut lelaki yang tidak bisa menyelesaikan masalah.
70 Dia tahu betul, tak sepotong persoalan pun mampu dipecahkan hlm. 99.
Sebagai orang tua, Ratu Ibu mengajarkan kebudayan Bali pada generasi muda Intan. Seperti dapat dilihat dalam kutipan berikut.
71 Dengan telaten mereka ayah dan ibu Kenanga ajarkan tata karma
berbahasa Bali hlm. 6.
2.1.7 Ratu Ibu Ibu Kenaga
Ibu Kenaga adalah orang yang begitu mengagung-agungkan kebagsawanan.
72 :”Dia minta
dibuatkan otonam
untik Luh Intan Apa tidak gila itu namanya? Dia pikir Intan ini siapa? Anak siapa? Kita ini bangsawan.
Bisa jatuh harga diri kita di depan orang-orang hlm. 99
Ia sangat mencintai Kencana. Tidak begitu suka terhadap Intan kecil. Akan tetapi , sikapnya terhadap Intan berubah ketika Intan menjelang masuk
perguruan tinggi.
73 sejak dulu ibu selalu memihak Kencana. Kenanga selalu merasa kasih
sayang ibu hanya untuk Kencana seorang. Seolah adiknya itu hanya semaata wayang. Di kepala ibunya seperti Cuma ada Kencana hlm. 12
74 “ kenanga pasti berkata kasar pada Kencana.”
“ Percayalah, Yu, dia bukan anak kecil lagi”. “ Aji selalu membelanya.”
“ Bukan begitu. Tiang hanya merasa ada sesuatu yang tidak beres.” “ Apa?”
“ Entalahl.” “…Kalau saja Kenanga tahu betapa mahalnya nyawa Kencana. Ketika
dulu kita nunas oka, mohon anak kepada balian, itu bilang kalau bayi yang lahir nanti selamat agar dijaga baik-baik. Dan semua orang harus
mencintai dan mengasihinya.” hlm. 19
Sebagai orang tua, Ratu Ibu mengajarkan kebudayan bali pada generasi muda Intan. Seperti dapat dilihat dalam kutipan berikut.
75 Dengan telaten mereka ayah dan ibu Kenanga ajarkan tata karma
berbahasa Bali hlm. 6.
2.1.8 Mahendra
Mahedra adalah seorang dosen elektro di Udayana. Dapat dilihat dalam kutipan berikut.
76 “ Oh ya, mulai bulan depan aku jadi dosen elektro di Udayana. Senang juga bisa sering ketemu denganmu lagi. Kapan-kapan kenalkan aku
dengan anakmu itulah. Eh, siapa tadi namanya?” hlm. 110
Ia adalah seorang lulusan ITB. Dapat dilihat dalam kutipan berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Itulah sebabnya, ketika baru pulang ke Bali setamat kuliah di ITB dulu…hlm. 109
Ia berkasta Brahmana. Sebagi seorang Brahmana, Mahendra menjunjung tata karma. Mahendra meyakini tata karma sebagi kunci pokok dari semua
perkara. Mahendra memaknai kebangsawanan sebagai pelayan dan pengayom
78 Dalam dunia Mahendra, ada satu pokok yang harus dijuinjungnya, lebih
daripada apa pun : tata karma. Kunci dari semua perkara terletak pada tata karma hlm. 167
79 Ingat, jadi bangsawan sejati itu bukan hanya cukup mengaung-agungkan
kulit luar, bahwa dia Ida Bagus atau Ida ayu. Tapi dia juga harus menguasai ilmu sastra dan agama. Dan yang paling penting harus
sanggup melayani umat. Mengayomi para sisia itu” hlm. 170
. Ida Bagus Mahendra Rajasa nama lenkap pria itu. Waktu kecil sering dipangil Gus Bancih karena dia lebih suka bermain dengan anak perempuan
bermain pasar-pasaran., rujak-rujakan, mengiris-iris daun .
80 Ida Bagus Mahendra Rajasa, nama lelaki itu. Anak yang tidak banyak
tahu tentang pola hidup di Bali… Pada saat Mahendra masih anak-anak, orang-orang di griya selalu memangilnya dengan julukan yang tak kan
pernah terlupakan sepanjang hidupnya : “Gus Mahendra” Gus Bancih” hlm. 172
Mahendra sangat mecintai Intan. Banyak wanita muda Brahmana mengejarnya. Mahendra usianya sepuluh tahun di bawah Kenanga. Mahendra
belum menikah.
81 Mahendra begitu muda, mandiri, sompatik,. Siapa yang tak terpikat?
Pantas saja para ibu begitu sibuk menawrkan anak gadinya dengan
keramahan yang dibuat sedemikian rupa, agar mendapat prioritas perhatian tersendiri dari laki-laki itu hlm. 202
82 Mahendra sepuluh tahun lebih muda daripada Kenanga hlm. 109
83 Orang tuanya berkali-kali mencarikanya jodoh, namu selau ditolaknya
dengan alasan bermacam-macam. Tidak jarang bahkan dia mengumbar sumbar: “Ingat Usia lelaki lebih panjang daripada perempuan. Jam
biologis lelaki tak pernah mati” hlm109.
2.1.9 Jero Kemuning