1.6.2 Latar
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan, yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.
Latar meliputi pengambaran lokasi geografis, topografi, sampai kepada rincian perlengkapan sebuah ruangan, waktu berlakunya kejadian, masa sejarah, musim
terjadinya, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh Kenney via Sudjiman, 1992 : 44.
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peritiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa yang diceritakn dalam karya fiksi. Latar sosial menyaran pada
hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat
mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir
dan bersikap. Latar sosial juga berhubungan dengan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas Nurgiyantoro, 1995 :
225-234.
1.6.3 Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari hubunganya dengan kenyataan sosial Hartoko Rahmanto, 1986 : 129.
Menurut Damono 1978 : 2 ada dua kecenderungan dalam telaah sosiologi terhadap sastra. Pertama, pendekatan yang brdasar pada angapan bahwa
sastra merupakan cermin proses sosial ekonomi belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra. Dalam pendekatan ini teks sastra tidak diangap
utama, ia hanya merupakan gejala kedua. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang digunakan dalam sosiologi
sastra ini adalah analisis teks untuk mengetahui strukturnya kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang ada di luar
karya satra. Hal penting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin miror. Dalam
kaitan ini sastra diangap sebagai mimesis tiruan masyarakat. Sastra tidak semata-mata menyodorkan fakta secara mentah, akan tetapi kenyataan yang telah
ditafsirkan dan bukan jiplakan melainkan sebuah refleksi halus dan estetis Endraswara, 2004:78.
1.6.4 Citra Wanita