129
KPK. Serangan terhadap KPK adalah serangan terhadap kita semua dan kehancuran KPK adalah kehancuran kita semua.Karena itu, pada hari ini Minggu
12 Juli 2009. Kami, Gerakan Cinta Indonesia Cinta KPK: Bertekad mendukung serta mempertahankan KPK demi kelanjutan perang terhadap korupsi. Mengecam
semua pihak yang ingin melemahkan dan mematikan KPK Jakarta, 12 Juli 2009 CICAK Cinta Indonesia Cinta KPK
http:cicak.or.idbaca20091104teks-deklarasi-gerakan-cicak.html
4.5 Interpretasi Tanda Di Dalam Objek Karikatur Editorial Clekit Edisi 3
November 2009 Berdasarkan Teori Segitiga Makna.
Tanda yang menjadi pusat analisis penelitian terdapat di dalam objek. Objek tersebut terdiri dari ikon, indeks, dan simbol.
Ikon adalah huburgan antara penanda dan petanda yang bersifat kebersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek
atau acuan kemiripan misal potret dengan peta yang mirip dengan objek aslinya Sobur,2004:42.43 . Ikon dalam Karikatur Editorial edisi 3 November 2009 ini
terdiri dari yang pertama cicak. Dalam karikatur, cicak memiliki kemiripan dengan cicak yang ada dalam realita,
misalkan cicak yang ada di rumah - rumah. Selain itu, cicak besar alias kadal large lizard, komodo atau yang selengkapnya disebut
biawak komodo Varanus komodoensis, adalahspesies
kadal terbesar di dunia yang
hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, danGili Dasami di Nusa
130
Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan
nama setempat ora.
Termasuk anggota famili biawak
Varanidae, dan klad
Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya
yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait
dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju
metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini
menduduki posisi predator
puncak yang mendominasi ekosistem
tempatnya hidup. Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar
dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan
karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah
Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan
untuk melindungi mereka. Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki
massa sekitar 70 kilogram, namun komodo yang dipelihara di penangkaran sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar. Spesimen liar terbesar yang pernah ada
memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar 166 kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya. Meski komodo tercatat
sebagai kadal terbesar yang masih hidup, namun bukan yang terpanjang. Reputasi ini dipegang oleh biawak Papua Varanus salvadorii. Komodo memiliki ekor
yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi
131
tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti. Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan
gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan.
Kondisi ini menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut
mereka. Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan
bercabang. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina lebih
berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan
putih pada latar belakang hitam. Yang tampak seperti cicak – cicak rumah. Ditemukanya cicak besar alias kadal large lizard menjadikan sosok cicak dalam
karikatur menjadi ikon. Hal yang mendasarinya adalah ciri - cirinya yaitu bentuk kepala dan mulutnya yang panjang. Ciri tersebut berbanding lurus dengan sosok
cicak dalam karikatur yang bentuk kepala dengan mulut yang panjang. Kenyataan lain yang mendasari sosok cicak merupakan ikon adalah ukuran cicak dalam
karikatur yang sangat besar hingga berbanding terbalik dengan buaya berukuran kecil sesuai dengan 116 kilogram berat cicak atau kadal besar.
Ikonik kedua adalah buaya, dalam karikatur memiliki kesamaan dengan bentuk asli dalam realita yaitu Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup
di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruhspesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya ikan Tomistoma schlegelii. Meski demikian nama ini dapat
pula dikenakan secara longgar untuk menyebut ‘buaya’ aligator, yang bentuknya kecil.
132
Di luar bentuknya yang purba, buaya sesungguhnya merupakan hewan melata yang kompleks. Tak seperti lazimnya reptil, buaya
memiliki jantung beruang empat, sekat rongga badandiafragma dan cerebral cortex
. Pada sisi lain, morfologi luarnya memperlihatkan dengan jelas cara hidup pemangsa
akuatik. Tubuhnya yang streamline memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat kakinya ke belakang melekat pada tubuhnya,
untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya mempertinggi kecepatan pada saat berenang. Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek,
bahkan juga di luar air. Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat, yang dapat menggigit dengan kekuatan luar biasa, menjadikannya sebagai hewan dengan
kekuatan gigitan yang paling besar. Kesamaan ini membentuk makna ikonik bahwa buaya pada karikatur
memiliki wujud yang sama dengan realitas nyata. Indeks adalah tanda yang merujuk pada hubungan alamiah antara tanda
dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat Sobur,2004:42- 443.
Indeks yang pertama dalam karikatur editorial edisi 3 November 2009 ini terdiri dari badan, mata, dan tangan cicak. Dalam karikatur ini badan cicak
digambarkan berukuran besar dan mengarah ke buaya. Badan, mata dan tangan cicak memiliki makna bahwa posisi tersebut menandakan bahwa seekor cicak
pada posisi siap akan menerkam mangsa yang pada realitanya adalah nyamuk. Tetapi dalam karikatur yang menjadi mangsa cicak adalah buaya. Hal ini
memperlihatkan sisi cicak sebagai hewan pemangsa, merupakan representasi dari
133
bentuk para pendukung dari Cinta Indonesia Cinta Antikorupsi CICAK. Selain itu, dapat diartikan sebagai ekspresi para pendukung CICAK terhadap Kepolisian
Republik Indonesia POLRI yang digambarkan sebagai buaya berukuran kecil, bisa pula diartikan sebagai kekuatan pendukung CICAK yang tidak disangka oleh
seluruh masyarakat terhadap POLRI digambarkan sebagai buaya yang seharusnya institusi besar di Negara Indonesia. Mata yang besar disertai kaki cicak
memperlihatkan kekuatan yang tidak terduga sebelumnya. Kekuatan para pendukung CICAK tersebut sejalan dengan bentuk gambar karikatur cicak yang
besar. Indexical yang muncul antara badan, mata dan tangan cicak adalah bentuk dukungan seluruh elemen masyarakat Indonesia kepada CICAK yang
berkonfrontasi dengan POLRI. Indeks yang kedua adalah badan dan pupil mata cicak yang besar berwarna
hitam, kaki cicak yang seperti ingin merengkuh buaya, dan tulisan “PENDUKUNG KPK” berwarna putih di badan cicak. Badan cicak yang besar
tersebut menyerupai bentuk hewan raksasa yang tidak takut akan apapun, dapat menyerang siapa saja yang ada di depannya atau apapun yang tidak dia sukai.
Bentuk badan yang beasar menyerupai bentuk hewan pada zaman dahulu kala, yaitu zaman prasejarah. Dimana adanya hewan – besar seperti dinosaurus. Zaman
dinosaurus adalah zaman dimana yang terbesar adalah pemenang, paling tidak lebih aman daripada hewan yang lebih kecil. Pada zaman itu hewan yang besar
memburu hewan yang lebih kecil darinya. Dengan dernikian cicak dapat saja menghancurkan buaya berukuran kecil POLRI, kapanpun dia mau dengan
sekejap saja. Pupil mata cicak yang besar dan berwarna hitam terdapat di sebelah
134
depan kepala cicak. Berbentuk lonjong dengan tatapan mata yang tajam dan tegas mengarah ke buaya. Matanya sangat terkonsentrasi kepada objeknya yaitu buaya,
seperti ingin memakan atau menghancurkan buaya tersebut. Mata yang berwarna hitam seperti batu sungai berwarna hitam yang sangat keras, jika dipukul akan
terasa sakit sekali. Batu merupakan salah satu alat perangkat ayng dimiliki cicak untuk menghancurkan buaya, dalam hal ini POLRI. Kaki cicak yang seperti akan
merengkuh buaya. Kaki tersebut sangat besar sehingga cukup untuk melumat badan buaya yang kecil. Jari – jari yang berjumlah empat buah sangat
mencengkram kuat pada dinding, apalagi kalau mencengkram buaya lebih kuat lagi. Karena disini musuh cicak adalah buaya. Apabila ditarik garis dari kedua
kaki maka akan membentuk sebuah gerakan yang mengandung arti kekuatan yang benar — benar dikuasai cicak. Kaki - kaki tersebut melambangkan kekuatan yang
dimiliki CICAK. Dengan kaki yang besar dan mencengkram kuat tersebut, maka cicak dapat meremas dan melumat tubuh buaya berukuran kecil. Tulisan
PENDUKUNG KPK berwarna putih di badan cicak terletak di gambar dengan warna dasar hitam, tulisan ini berada di tengah - tengah badan cicak. Tulisan ini
bermakna kesiapan, ketenangan antisipasi dan kekuatan sehingga tampak sikap profesional para pendukung KPK dalam mengantisipasi segala kemungkinan
sikap dan serangan POLRI kepadanya. Sedangkan warna hitam yang melatarinya berarti sikap atau tindakan yang dilakukan dengan dasar yang kuat mendukung
CICAK. Makna indexical yang muncul dari badan dan pupil mata cicak berwarna hitam, kaki cicak yang seperti ingin merengkuh buaya, dan tulisan
“PENDUKUNG KPK” berwarna putih di badan cicak adalah kekuatan para
135
pendukung CICAK telah dipersiapkan dengan matang dan dijalankan secara professional untuk melumpuhkan buaya dalam hal ini adalah POLRI.
Indeks yang ketiga adalah posisi cicak yang merayap. Posisi cicak ini sangat bagus untuk mengintai mangsa. Posisinya sangat sigap. Kemanapun
mangsanya akan melarikan diri, dia dengan sigap akan menghadang. Jika sudah pas waktunya cicak akan memakan dan menghancurkan buaya. Posisi seperti ini
merupakan bentuk yang dibuat karikaturis Wahyu Kokkang untuk rnemperlihatkan bentuk kekuatan pendukung KPK untuk mengalahkan POLRI.
Indeks keempat pada karikatur ini adalah badan dan mata buaya berukuran kecil, tiga benda lonjong di atas kepala buaya, tangan dan kuku buaya berukuran
kecil. Badan dan mata buaya berukuran kecil POLRI berbentuk seperti bergetar bermakna sikap ketakutan. Ketakutan tersebut karena POLRI terkejut dengan para
pendukung KPK yang tiba – tiba menjadi banyak dan besar. Tiga benda lonjong di atas kepala merupakan juga merupakan ekspresi ketakutan dari buaya kecil
POLRI, alasannya sama yaitu karena POLRI ketakutan dengan pendukung KPK yang dengan cepat menjadi banyak dan besar. Tangan, kuku buaya yang tajam
berukuran kecil merupakan tanda buaya takut dengan kekuatan CICAK yang tiba – tiba menjadi besar dan terus membesar. Tangan buaya yang seperti
menggenggam padahal dia ketakutan. Dengan demikian indexical badan dan mata buaya berukuran kecil, tiga benda lonjong diatas kepala buaya, tangan dan kuku
buaya yang tajam dan berukuran kecil mengandung makna sikap buaya dalam hal ini POLRI ketakutan dengan para pendukung CICAK yang naik drastis menjadi
136
banyak dan besar dalam waktu relatif singkat, sehingga POLRI pun mengambil sikap damai kepada KPK.
Indeks kelima pada karikatur ini adalah ekspresi alis, mata, mulut, tangan buaya,dan tulisan “WADUH, KOK JADI GEDE?”. Pada ekspresi buaya yang
terlihat muali dari alis, mata, mulut, dan tangan sangat terlihat jelas kalau sang buaya yang pada dasarnya besar dan berkuasa sebagai reptile air yang ditakuti
menjadi menciut setelah melihat cicak yang berubah menjadi besar dan tak terkendali. Gigi buaya yang tajampun seakan layu dengan besarnya tubuh cicak.
Matanya menciut menjadi kecil, tangannya bergetar seiring dengan tubuhnya pula. Kuku yang tajampun seakan menjadi lemas. Dari gerakan non verbal buaya sudah
sangat jelas terlihat kalau sang buaya ketakutan dengan cicak yang tubuhnya lebih besar darinya. Hal ini digambarkan oleh kartunis dengan melihat keadaan yang
ada pada saat itu. Polisi seakan takut dan menciut dengan dukungan seluruh elemen masyarakat yang mendukung KPK atas sepak terjangnya. Awalnya
POLRI sangat percaya diri bawasanya mereka akan menang. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Tulisan di dalam lingkaran bundar “WADUH, KOK JADI
GEDE?” yang tergambar di karikatur merupakan gumaman buaya yang terlihat kaget dan takut dengan pendukung KPK yang suaranya lebih besar darinya.
Dengan demikian indexical ekspresi alis, mata, mulut, tangan buaya, dan tulisan “WAH, KOK JADI GEDE?” tersebut mengandung makna bentuk ketakutan
polisi dalam hal ini POLRI melihat kekuatan pendukung KPK yang menjadi sedemikian besarnya dan dapat menghancurkan reputasi polisi. Pada akhirnya
POLRI bersikap untuk berdamai dengan KPK.
137
Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan yang terjadi berdasarkan kesepakatan masyarakat dan bersifat semena Sobur,2004:42-43. Simbol pertama
dalam karikatur editorial edisi 3 November 2009 ini adalah cicak sebagai hewan reptile merayap. Cecak atau cicak adalah hewan reptil yang biasa merayap di
dinding atau pohon. Cecak berwarna abu-abu, tetapi ada pula yang berwarna coklat kehitam-hitaman. Cecak biasanya berukuran sekitar 10 centimeter. Cecak
bersama dengan tokek dan sebangsanya tergolong ke dalam suku Gekkonidae. Cicak memiliki kemiripan dengan cicak yang ada dalam realita, misalkan cicak
yang ada di rumah - rumah. Selain itu, cicak besar alias kadal large lizard, komodo atau yang selengkapnya disebut
biawak komodo Varanus
komodoensis , adalahspesies
kadal terbesar di dunia yang hidup di
pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang,
danGili Dasami di Nusa
Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan
nama setempat ora. Cicak disini juga dimaksud adalah Cinta Indonesia Cinta
Antikorupsi CICAK. Yaitu suatu kelompok yang mendukung program kerja Komisi Pemberantasan Korupsi KPK yang pada saat itu sedang bersitegang
dengan buaya, yaitu POLRI. Awal mula konfrontasi Cicak dan Buaya merupakan timbunan rasa ketidak kepuasan serta rasa ketidak percayaan terhadap
bagian administrasi publik lembaga
penegakan hukum
di Indonesia yakni Kejaksaan dan Kepolisian yang
dipersonifikasi sebagai buaya sedangkan pihak yang berlawanan menyebut dirinya sebagai cicak,
kedua personifikasi ini diciptakan oleh Susno Duadji ketika diwawancarai oleh majalah Tempo tercetak pada edisi 20XXXVIII 06 Juli 2009 dengan
138
mengatakan cicak kok mau melawan buaya… sebagai personifikasiKPK sebagai cicak
sementara Kepolisian sebagai buaya dan dalam perkembangan selanjutnya buayaberubah menjadi penganti
tikus yang dahulu diidentikkan
dengan para pelaku korupsi. Pernyataan Susno Duadji, Komjen Pol, Kabareskrim Mabes Polri bahwa ...cicak kok mau melawan buaya.... merupakan pemantik
konfrontasi setelah Komisi Pemberantasan Korupsi KPK dituduh melakukan
penyadapan terhadap telepon seluler Susno Duadji yang terindikasi dengan isu uang Rp 10.000.000.000 dan terdapat kaitan atas penanganan kasus Bank
Century, sedangkan dari pihak Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menjawab bahwa
sistem penyadapan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi KPK adalah lawful interception. Itu digunakan untuk penegakan hukum
dan kalau merasa ada yang tersadap dan punya masalah dengan itu, datang saja keKomisi Pemberantasan Korupsi KPK.... dan berkaitan dengan kasus Bank
Century, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK baru akan melakukan proses
penyelidikan setelah adanya hasil audit Badan
Pemeriksa Keuangan BPK sedangkan
usulan Hak
Angket Dewan Perwakilan
Rakyat DPR yang berkaitan dengan Bank Century yang diajukan oleh sejumlah anggota secara resmi akan dibahas di Rapat Paripurna
Dewan Perwakilan Rakyat DPR tanggal 1 Desember 2009.
Simbol kedua pada karikatur ini adalah badan cicak yang besar, dengan tulisan di badannya “PENDUKUNG KPK” dimaksudkan pendukung KPK yang
menjadi banyak dan besar sehingga KPK mempunyai “pejuang” di luar institusi yang mendukung sepak terjang KPK. Dan pendukung tersebut terdiri dari
139
berbagai elemen masyarakat yang ada di seluruh Indonesia yang ingin bangsa ini menjadi bangsa yang bersih dari korupsi, kolusi, nepotisme.
Simbol ketiga dalam karikatur adalah buaya berukuran kecil. Dengan badan buaya yang kecil dan bergerak seperti ketakutan seolah menciut dengan
kedatangan pendukung KPK yang siap menghadang gerak buaya. Tiga beda lonjong di atas kepalanya merupakan bentuk dari ketakutan buaya yang disini
digambarkan sebagai POLRI ketakutan dengan para pendukung KPK. Maka buaya pada karikatur ini dapat disimbolkan ketakutan pihak POLRI terhadap para
pendukung KPK dan penggambaran sosok POLRI yang menciut. Simbol keempat adalah tanda tanya dan seru. Dua tanda tersebut
melambangkan suatu nilai kebingungan disertai kekagetan serta perintah yang sangat penting dan tegas dari kepolisian. Dikatakan ketakutan dan kebingungan
karena dengan banyaknya pendukung KPK yang sangat banyak sehingga pihak kepolisian yang awalnya sangat absolute menjadi kacau.
Simbol kelima adalah menampilkan warna hitam atau gelap sebagai representasi dari para pendukung KPK yang sangat solid memberantas korupsi
yang ada di Indonesia serta yang ada pula di dalam tubuh POLRI dalam hal ini. Simbol keenam adalah Mata sipit dan badan buaya yang bergetar.
Penggambaran mata dan alis buaya yang demikian melambangkan sikap dan tindakan ketakutan, kekagetan kepada para pendukung KPK. Buaya dengan sikap
yang sangat kaget dengan berkembangnya kasus Bibit – Chandra yang menang di persidangan membuat pihak kepolisian menjadi ketakutan dengan para pendukung
KPK.
140
4.6 Interpretasi Terhadap Objek Kairikatur Editorial Clekit Edisi 3