34
bahwa kata misdinar berasal dari bahasa Jerman: messdiner artinya pelayan Misa Kudus, dalam bahasa Inggris altar servers berarti pelayan altar.
a. Sejarah Putra-putri Altar
Bila berbicara mengenai sejarah PA tidak terlepas dari santo Pelindung PA yakni santo Tarsisius. Dalam kisah hidupnya memperjuangkan hosti suci inilah
yang menjadikan Gereja memiliki komunitas PA dengan semangat pelayanan. Menurut sejarahnya dari buku seri Orang Kudus Setiawati 1989: 7-39
mengkisahkan bahwa pertengahan abad ke-3 di daerah Roma agama Kristiani dilarang di sana, bahkan kaisar Valerianus memerintah polisi Roma untuk
mencari orang-orang yang percaya kepada Kristus untuk ditangkap, disiksa dan dibunuh. Meski banyak orang kristiani yang terbunuh, tetapi banyak murid-murid
Kristus yang tetap setia tidak mau mempersembahkan korban kepada para berhala Romawi. Dalam situasi semacam itu, orang-orang kristiani hanya berani
berkumpul pada malam hari di “katakomba”teras kuburan bawah tanah bentuknya gang yang panjang dari beberapa kuburan dalam satu gua. Di sanalah
orang-orang kristiani biasa melakukan Ekaristi atau Misa. Pada waktu itu, ada seorang pemuda kristiani yang setiap pagi, sebelum
fajar menyingsing dengan riang gembira menuju ke tempat tersebut dengan berjalan kaki melintasi lorong-lorang kota Roma untuk melayani imam
merayakan Ekaristi. Tarsisius adalah seorang muda yang penuh semangat untuk melayani Tuhan, memang Tarsisius juga memiliki banyak teman termasuk teman-
teman yang bukan Kristiani, Suatu pagi Tarsisius mengikuti perayaan Ekaristi
35
yang dipimpin sendiri oleh imam sayangnya umat yang hadir hanya sedikit karena sudah ditangkap dan sisanya melarikan diri ke luar kota. Selesai perayaan imam
berkeluh kesah tenang orang-orang tawanan roma yang kristiani, mereka ingin menerima Hosti sebelum mereka meninggal, santo Tarsisius dengan senang hati
menawarkan dirinya, meskipun ibunya yang adalah seorang janda dan hanya memiliki Tarsisius sebagai satu-satunya teman hidup beliau kurang menyetujui
keputusan anaknya, namun Ibu juga seorang katolik yang tidak hanya ingin mementingkan dirinya sendiri maka dengan berat hati ibu Tarsisius mengijinkan
anaknya untuk menghantarkan Hosti tersebut dan karena wajah imam tidak asing lagi bagi polisi Romawi, awalnya imam menolak karena terlalu rawan bagi
Tarsisius untuk menghantarnya tetapi Tarsisius memiliki alasan dan semangat yang kuat, selain itu karena hari masih pagi dan belum ramai orang maka
Tarsisius berani. Dalam perjalanannya, Ibu Tarsisius memandangi anaknya hingga
Tarsisius berjalan jauh dan kemudian Ibu berdoa di taman Zaitun doa yang sama diucapkan Yesus saat menjelang penderitaan-
Nya yakni “bukan kehendakku yang terjadi melainkan kehendak-
Mu”. Dalam perjalanannya Tarsisius bertemu dengan teman-temannya yang belum mengenal Allah, karena kegigihannya untuk segera
samapai di penjara bertemu dengan seorang prajurit katolik yang hendak membagikan komuni kepada tawanan maka Tarsisius tidak mengindahkan teman-
temannya dan segera bergegas lari, tiba-tiba batu besar dilemparkan oleh Petilius seorang teman Tarsisius yang belum beriman kepada Kristus mengenai bahu
Tarsisius. Tarsisius tidak mungkin berjalan lagi karena batu besar tersebut
36
membuat tubuhnya sempoyongan, akhirnya Tarsisius mengingat pesan imam bahwa “jangan sampai Tubuh Tuhan kita dihinakan oleh mereka yang tidak
percaya. Kalau terjadi apa- apa sambutlah sendiri” kemudian anak itu
menyambutnya sendiri. Melihat hal tersebut salah satu teman Tarsisius mencari bantuan dan bertemu dengan Pak Kuadratus Prajurit yang menunggu Tarsisius
akhirnya karena tidak kuat Tarsisius meninggal sebagai martir yang memperjuangkan Ekaristi Kudus yang diperingati setiap tahun pada tanggal 15
Agustus. Sejarah putra-putri altar tidak lepas dari semangat santo Tarsisius yang
dengan setia melayani Tuhan dan sesama bahkan melayani Tuhan dengan senang hati hingga Tarsisius menghembuskan nafas terakhirnya, semangat inilah yang
menjadi semangat pelayanan bagi putra-putri altar. Setelah mengetahui sejarah santo Tarsisius baik untuk kita mengetahui perkembangan putra-putri altar, pada
zaman dahulu sebelum Konsili Vatikan II nama misdinar adalah akolit dan tugas akolit dalam Martasudjita 2008: 13-14 termasuk dalam tugas pelayanan yang
diterimakan dengan tahbisan, tetapi namanya tahbisan rendah. Paus Paulus VI meniadakan tahbisan rendah bagi para calon imam, namun diganti dengan
pelantikan. Frater-frater yang dilantik menjadi akolit itulah para misdinar atau putra altar yang boleh melayani Paus dalam Ekaristi, tetapi karena jumlah frater-
frater akolit itu tidak banyak sementara kebutuhan pelayanan tersebar di berbagai tempat, maka anak dan remaja diperkenankan menjadi putra-putri altar hingga
saat ini.
37
b. Tugas Putra-Putri Altar
Putra-putri Altar termasuk dalam anggota umat beriman pilihan Allah. Dalam PUMR
2002: 63 art.95 “tugas umat beriman yang merayakan Misa merupakan umat kudus, yang dipilih Allah dan dianugerahi martabat imam, nabi
dan raja. Mereka berkumpul untuk mengucap syukur dan mempersembahkan kurban murni kepada Allah tidak hanya melalui perantaraan tangan imam,
melainkan bersama dengan imam mereka belajar mempersembahkan diri”. Maka hendaknya, mereka menjauhkan segala sikap mementingkan diri sendiri dan
menghindarkan perpecahan.
Dalam liturgi Gereja yang didapatkan dari pendampingan iman anak, kita mengenal macam-macam pelayan khusus. Ada pelayan yang menjalankan
tugasnya berdasarkan tahbisan seperti diakon, imam, uskup, paus. Tetapi ada juga pelayan tak tertahbis. Pelayan tak tertahbis mengemban tugas khusus berdasarkan
imamat rajawi yang mereka terima pada saat pembaptisan. Pelayan tak tertahbis itu antara lain pemimpin koor, pembawa bahan persembahan, PA dan lektor.
Dalam PUMR 2002: 63 art. 98 menyebutkan PA dilantik untuk melayani altar dan membantu imam serta diakon. Tugas utama ialah menyiapkan
altar dan bejana-bejana kudus. Kalau diperlukan, komuni kepada umat sebagai pelayanan tak lazim. Dalam PUMR 2002: 87-88 artikel 187-193 dijelaskan
beragam tugas PA yang dapat terjadi dilaksanakan dalam waktu yang sama maka
38
dibutuhkan pembagian tugas antar anggota PA. Tugas putra-putri altar dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 1: Tugas Putra-putri Altar
Urutan Ekaristi Makna
Tugas Putra-putri Altar Ritus pembuka
Tuhan hadir di tengah-tengah umat
bdk. Mat. 18:20 Tugas PA di sini adalah berjalan
bersama imam dan petugas lain dalam perarakan, membawa serta peralatan
liturgis. Sesampainya di depan mezbah PA juga berlutut atau hormat
di hadapan Tuhan, sebagai tanda penghormatan kepada Tuhan.
Liturgi Sabda Tuhan hadir
melalui sabda-Nya Pada saat petugas Mazmur
menyanyikan mazmur, putra altar petugas pembawa wiruk dan lilin
menuju ke sangkristi untuk mengambil wiruk yang berfungsi
untuk pendupaan mimbar dan Injil sedang petugas pembawa lilin
bertugas mengiringi imam membaca bacaan injil di mimbar sabda.
PA memiliki tugas aktif yakni mendengarkan sabda Tuhan dan ikut
mendaraskan mazmur, karena PA menjadi teladan bagi umat.
Liturgi Ekaristi Tuhan hadir secara
sakramental melalui roti dan
anggur PA bertugas menjemput persembahan,
sedang pada saat perayaan Ekaristi khusus atau hari raya tertentu petugas
wiruk tidak ikut menjemput persembahan, kemudian
39
menghantarkan persembahan kepada imam Setelah menghantar petugas
persembahan ke depan altar, PA meletakkan bahan-bahan persembahan
pada tempatnya dan petugas yang bertugas melayani imam untuk
mencuci tangan imam dan pendupaan siap di dekat altar untuk melayani
imam, dalam PUMR artikel 190 “menyatakan bahwa kalau diadakan
pendupaan, PA membuka pendupaan bagi imam dan mendampingi imam
ketika mendupai bahan persembahan, salib dan altar kemudian PA mendupai
imam dan umat”.
Dalam Doa Syukur Agung PA bertugas untuk mendupai bila
diadakan pendupaan dan bertugas membunyikan lonceng saat
konsekrasi, pada saat doa Bapa Kami, petugas pembawa wiruk
mengembalikan wiruk ke sangkristi kemudian kembali ke altar.
Pada saat komuni, biasanya PA mendampingi imam atau prodiakon
petugas pembagi komuni kepada umat dengan membawa membawa lilin
pada saat hari raya atau saat khusus. Ritus penutup
Tuhan mengutus Pada saat ritus penutup PA
40
umat-Nya dan menyertainya
hingga akhir zaman bdk.Mat. 28:20
memberikan penghormatan di altar bersama dengan petugas Ekaristi yang
lain dan imam kemudian berjalan beriringan mengantar imam kembali
ke sangkristi. PUMR artikel 193 menyebutkan bahwa “sesudah Misa
selesai, PA dan para pelayan lain kembali ke sangkristi dan berarak
seperti pada urutan saat masuk”.
2. Komunitas Putra-putri Altar
a. Pengertian Tentang Komunitas
Dalam konteksnya, komunitas di sini berarti komunitas gerejawi yang mempunyai peran dalam hidup menggereja, Bernard 2012: 4 memberikan
penjelasan bahwa komunitas dalam arti gerejawi adalah paguyuban, organisasi dan perkumpulan yang didasarkan dari communio. Communio sendiri dipandang
dari sudut gerejawi berarti ikatan dari persaudaraan manusia karena menjadi bagian dari keluarga Allah. Allah sendiri yang berinisiatif mempersatukan umat-
Nya dalam persekutuan dengan-Nya. Sebuah organisasi dinyatakan sebagai komunitas bila memiliki empat karakteristik communio yakni: bertekun dalam
pengajaran para rasul, hidup dalam persaudaraan, memecahkan Roti dan bertekun dalam doa Balun 2012: 44-47.
41
b. Kegiatan Putra-Putri Altar dalam komunitas
Dalam bentuk keterlibatannya sebagai anggota Gereja, PA sebagai bagian dalam umat Allah memiliki peranan yang khas dalam hidup menggereja
maka dibutuhkan komunitas PA sebagai organisasi berdasarkan ikatan persaudaraan di dalam Kristus. Adapun kegiatan-kegiatan dalam komunitas PA
antara lain: 1
Berkumpul bersama: Keteladanan yang diberikan oleh para rasul kepada umat Allah adalah
berkumpul bersama dan saling membantu, komunitas PA memiliki waktu untuk berkumpul bersama, “mereka disatukan oleh kemauan dan keterbukaan untuk
mendengarkan injil sebab injil kekuatan Allah bagi k eselamatan umat beriman”
Balun 2012: 45, sehingga injil menjadi dasar semangat pelayanan mereka. 2
Hidup bersaudara: Dalam komunitas dibutuhkan hidup bersaudara antara anggota yang satu
dengan anggota yang lain, sharing iman dalam pengalaman iman Kristiani didasarkan tentang hidup, misi, kematian dan kebangkitan Yesus yang
mempersatukan umat kristiani, intinya mereka saling berbagi Balun 2012: 45, dalam komunitas PA anggota PA saling berbagi dan saling menguatkan dalam
duka dan suka, jatuh - bangun mengikuti Yesus. Hidup bersama dinyatakan dalam cinta kasih, keadilan dan komitmen bersama Balun 2012: 46 dan hal inilah yang
menguatkan komunitas PA.
42
3 Mengikuti Ibadat atau perayaan Ekaristi bersama:
Sebagai pelayan Tuhan, PA memiliki tugas dan kegiatan bersama pada saat perayaan Ekaristi dan anggota saling membantu dalam suasana kekeluargaan
demi tercapainya perayaan yang hikmat dan kelancaran dalam bertugas, maka anggota komunitas PA saling mengisi dan melengkapi dalam tugas dan ibadat
mereka, baik tugas di Gereja maupun saat retret bersama anggota PA. Dalam kegiatan PA biasanya dibuka dengan ibadat bersama dan saat momen tertentu
mengadakan perayaan Ekaristi bersama. 4
Bertekun dalam doa : Dalam komunitas PA, semua kegiatan diawali dan diakhiri dengan doa,
dengan Tujuan supaya Tuhan selalu menyertai dan hadir dalam kegiatan komunitas PA, semangat berdoa inilah yang menjadikan masing-masing anggota
PA melaksanakan tugas mereka dengan percaya dan rendah hati. Dalam Kis. 2: 42 berbunyi: “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” maka hidup doa ini menjadi salah satu ciri komunitas jemaat perdana yang dilanjutkan dalam
komunitas PA.
c. Struktur kepengurusan dalam komunitas Putra-putri Altar
PA membutuhkan organisasi untuk para anggotanya berkumpul, belajar dan saling melengkapi satu sama lain. Sebagai mahluk sosial khususnya anak dan
remaja, mereka memerlukan wadah untuk berkumpul dengan teman-teman sesama PA sehingga terjalin kebersamaan dan kekompakan dalam komunitas
43
tersebut. Dalam organisasi tentu ada pengurusnya untuk mempermudah pembagian tugas dalam PA. Selain pengurus, PA juga membutuhkan pendamping
adapun peran mereka tampak sebagai berikut: 1
Koordinator atau Ketua: Prasetya 2008: 20 yang menyatakan bahwa dalam tim kerja misdinar
dibutuhkan koordiantor atau ketua maka Gabriel 1997: 20 melengkapi peran ketua atau koordinator tersebut yakni: bertanggungjawab atas nama organisasi
baik ke dalam maupun ke luar, mengkoordinasi kelancaran tugas, memimpin rapat dan mengusahakan keharmonisan dan kekompakan semua anggota PA. Maka
dapat diketahui tugas koordinator sangat penting peranannya sehingga sangat dibutuhkan bukan hanya yang pandai namun juga mampu bertanggungjawab
karena sadar dan aktif bahwa yang dilayani bukan hanya anggota PA melainkan Tuhan sendiri.
2 Wakil Koordinator atau Wakil Ketua:
Peran wakil di sini juga sangat penting untuk membantu peran koordinator, tentunya koordinator tidak dapat berjalan sendiri tanpa peran wakil
dan seksi-seksi yang lain. 3
Sekretaris: Menjadi sekretaris berarti harus sadar akan tugasnya yakni mencatat dan
melaporkan notulis, hasil pleno dan mengurusi administrasi misalnya undangan, absen anggota, jadwal tugas dengan sepengetahuan koordinator
maka dibutuhkan keaktifan sekretaris dalam organisasi dan pertemuan- pertemuan PA.
44
4 Bendahara:
Bendahara bertugas untuk mencatat uang masuk maupun keluar, bertanggungjawab dan mengusahakan sumber dana untuk organisasi PA dengan
kegiatan - kegiatan kebersamaan yang dilakukan dengan aktif dan sadar, misalnya dengan parkir, menjual koran bekas dan sebagainya.
5 Koordinator tugas:
Gabriel 1997: 21 menyebutnya dengan koordinator tugas di sini penulis lebih ingin menyebutnya dengan sie liturgi atau seksi liturgi yakni mereka yang
bertanggungjawab untuk melatih anggota PA, memperkenalkan anggota PA dengan liturgi dan bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan PA. Hal ini
sesuai dengan yang digagas oleh Prasetya 2009: 20 tim kerja yang membatu koordinator dalam meringankan tugasnya.
6 Pembantu Umum:
Pembantu umum di sini adalah mereka yang karena kecintaannya dengan PA biasanya kakak - kakak pengurus yang telah senior atau purna tugas mereka
mau membantu dan mau mendampingi pengurus yang baru untuk membantu semua pekerjaan PA sehingga baik pengurus baru maupun lama dapat sama-sama
belajar saling mengevaluasi dan bertanggungjawab atas tugas bersama. Hal ini juga didukung oleh Gabriel 1997: 21 yang menyebutnya sebagai pembantu
umum. 7
Anggota PA:
45
Anggota PA di sini harus mempunyai kesadaran, aktif dan penuh dalam kegiatan-kegiatan yang ditawarkan karena sadar bahwa Tuhan sendiri yang telah
memilih mereka sehingga mereka dengan keaktifan mereka melayani Tuham sebagai wujud ungkapan terimakasih kepada Tuhan.
Tim kerja PA sebaiknya ada dalam koordinasi tim Liturgi, dibawah sepengetahuan pastor paroki sehingga PA memiliki pendamping, baik dari tim
liturgi sendiri maupun dari para biarawanbiarawati yang mampu bertugas mendampingi mereka adapun peran mereka adalah mengarahkan dan
membimbing organisasi atau yang disebut oleh Gabriel 1997: 22 mereka adalah semacam wali kelas pengurus, yang menyertai dalam pertemuan-pertemuan,
membantu bila ada kesulitan dan sebagai pengarah dalam memutuskan pertimbangan-pertimbangan penting.
Setelah mengetahui susunan pengurus lalu bagaimana sebaiknya pengurus dibentuk, Prasetya 2009: 21 memberikan gagasan secara eksplisit
bahwa hendaknya pengurus itu dipilih oleh anggota PA atau pengurus PA lama, dan Pastor paroki atau Dewan Paroki yang tahu persis membutuhkan sosok seperti
apa? Hendaknya dipilih yang terbaik bagi paroki dan sesuai dengan kebutuhan PA.
3. Keterlibatan dalam Putra-Putri Altar
Putra-putri Altar dikatakan terlibat bila hadir dalam perayaan Ekaristi secara aktif, sadar dan penuh ikut serta dalam tiga tugas Kristus sebagai warga
Gereja imam, nabi dan raja, masing-masing umat diberi karunia yang khas untuk
46
melaksanakan tugas tersebut. Menjadi Putra-putri Altar berarti turut serta ambil bagian dalam tugas imamat Kristus yakni menjadi pelayan altar imamat atau
tugas mengkuduskan. Menjadi Putra-putri Altar berati menjadi anak dan remaja yang terlibat dalam hidup menggereja, selalu siap sedia dalam melayani Tuhan,
menjaga ketenangan saat bertugas, saling membantu dan membimbing antara anggota Putra-putri Altar dan pendamping.
Putra-putri Altar juga mempunyai komunitas maka Putra-putri Altar juga diharapkan terlibat dalam komunitasnya, yakni menjadi anggota komunitas yang
sadar, aktif dan penuh akan tugasnya. Martasujita 2008: 15 menyebutkan bahwa tugas pelayanan putra-putri altar adalah panggilan dan perutusan yang istimewa
dan mulia. Mendapat tugas misdinar adalah kesempatan menjalankan amanat Gereja yakni terlibat aktif dalam liturgi Gereja.
Dalam tugasnya sebagai putra-putri yang dipilih oleh Tuhan sendiri untuk melayani-Nya seperti yang terdapat dalam Yoh. 15: 16
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan
kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-
Nya kepadamu”. Allah sendiri yang telah memilih kita untuk menjadi PA maka hendaknya sebagai
anggota PA dibutuhkan kesadaran, keaktifan dan kehadiran secara penuh, untuk juga mempersiapkan diri dan mempersiapkan tugas dengan berlatih dan
berkoordinasi dalam komunitas sehingga dapat bertugas secara baik dan benar membantu umat untuk juga terlibat dalam perayaan dengan cara ikut menyanyi,
berdoa, dan mendengarkan sabda Tuhan, sebagai pelayan Tuhan hendaknya juga
47
mengetahui dan melaksanakan sikap liturgi untuk membantu umat, karena setiap sikap PA dilihat oleh umat. Sikap liturgi yang hendaknya disadari oleh PA yakni
Martasudjita 1998: 18-30: a.
Berjalan: Berjalan sebenarnya mau menggungkapkan hakikat umat Allah yang
sedang berziarah dan bergerak menuju tanah surgawi. PA berjalan misalnya pada saat perarakan, namun dalam berjalan kita tidak perlu tergesa-gesa karena kita
memiliki waktu untuk Tuhan, maka berjalan sebaiknya teratur, dengan badan dan kepala tegak, tenang dan agung.
b. Berlutut:
Berlutut adalah tanda penghormatan kita kepada Allah, berlutut memiliki makna bahwa kita memperkecil diri dihadapan Allah. Dalam berlutut dapat
dilakukan dengan satu kaki, atau dua kaki. PA berlutut satu kaki saat perarakan tiba dari sangkristi maupun akan kembali ke sangkristi di depan altar, mau
mengambil alat liturgi dan menggunakannya sesuai kebutuhan dalam perayaan, berlutut dua kaki misalnya saat doa syukur agung.
c. Menundukkan Kepala dan Membungkuk:
Menundukkan kepala dan membungkuk berarti kita memberikan penghormatan kepada yang dituakan atau yang lebih besar yaitu Allah, sebagai
tanda merendahkan diri di hadapan Allah. d.
Duduk: Duduk adalah sikap tenang, sikap orang yang sedang memikirkan atau
mendengarkan sesuatu dengan penuh perhatian.
48
e. Mengatupkan Tangan:
Mengatupkan tangan dalam budaya jawa mengatupkan tangan berarti memusatkan pikiran dari kesibukan, dalam liturgis mengatupkan tangan berarti
melambangkan perjumpaan antara Allah dan manusia, permohonan, sikap hormat dan penyerahan diri kepada Allah.
f. Membuat Tanda Salib dan Menerima Berkat:
Tanda Salib merupakan ungkapan iman dasar akan salib Kristus yang membawa penebusan dan keselamatan, tanda perlindungan terhadap setan.
Menerima berkat menunjuk pada menerima pelimpahan kuasa dan daya Allah yang menyelamatkan.
g. Menepuk Dada:
Menepuk dada adalah ungkapan penyesalan, atau sebagai ungkapan pengakuan akan ketidakpantasan dan kesalahan dosa-dosa kita. Menepuk dada
dengan tangan dilakukan saat pengakuan dosa. h.
Jabatan Tangan: Jabatan tangan mengungkapkan penghormatan dan persaudaraan.
Biasanya dilakukan saat salam damai untuk tanda bahwa kita mau berdamai dengan Tuhan dan sesama kita.
C. PENELITIAN YANG RELEVAN
Berdasarkan judul penulisan, penulis menemukan bahwa terdapat penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yakni mengenai,
49 “Pengaruh Model Pendampingan Kooperatif Tipe Student Teams Achivement
Division dalam Persiapan Komuni Pertama Terhadap Keterlibatan Anak dalam
Perayaan Ekaristi di Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta .”
Penulisan ini diajukan oleh Anastasia Purwanti, seorang mahasiswi Program Studi Ilmu Pendididkan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta IPPAK-USD. Latar belakang penulisan ini adalah suburnya praktik devosi umat di sekitar perayaan Ekaristi. Dalam
Perayaan Ekaristi umat justru sibuk dengan doa devosi, Perayan Ekaristi adalah perayaan bersama yang membutuhkan keterlibatan aktif umat sesuai dengan
bagian dan perannya masing-masing. Dalam penulisannya, Purwanti menggunakan jenis penelitan kuantitatif
berbentuk regresi dan metode penelitian ex post facto dengan populasi anak sejumlah 60 peserta yang merupakan 34 anak yang mengikuti persiapan komuni
pertama di stasi Pojok dan 26 anak Paroki Klepu dengan kriteria yang mendapat model kooperatif tipe student teams achivement divisions dalam persiapan komuni
pertama dari bulan Oktober 2011- Juni 2012 dengan bentuk instrumen skala sikap sebanyak 25 pertanyaan. Melalui skripsi ini penulis akhirnya tergerak untuk
memberikan usulan program pengembangan model pendampingan kooperatif tipe student teams achivement divisions
dalam persiapan komuni pertama.
50
D. KERANGKA PIKIR
Pada hakikatnya anak-anak dapat mengenal kegiatan hidup menggereja melalui PIA, dengan aktif dalam mengikuti kegiatan pendampingan iman anak,
anak secara perlahan akan berkembang bukan hanya dalam hal iman melainkan dalam sikap dan tindakan mereka dan mereka mempunyai harapan serta
keinginan untuk dapat mewujudkannya dalam terlibat aktif hidup menggereja salah satunya sebagai Putra-putri altar, yang sangat dekat dengan usianya
sebagai pelayan Tuhan. Putra-putri Altar adalah anak-remaja yang terpilih untuk melayani Tuhan
di altar. Dalam tugasnya sebagai putra altar, anak dan remaja perlu didampingi agar hidup dan tingkah laku mereka sesuai dengan harapan Tuhan, karena
tugasnya sebagai pelayan Tuhan, maka mereka membutuhkan pemahaman, pelatihan dan bimbingan untuk berkembang bersama dengan teman-teman
seusia mereka, komunitas PA sebagai salah satu tempat bagi mereka berkembang. Pendampingan bagi putra - putri altar sangat diperlukan agar anak
dapat mengenal liturgi Gereja sehingga dapat menjalankan tugas dengan aktif, sadar dan penuh dengan khidmat dan bertanggungjawab untuk membantu umat
dekat dengan Tuhan. Menjadi putra - putri altar memerlukan minat atau kemauan dan didorong
oleh semangat pelayanan serta kerendahan hati. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dan remaja untuk mau terlibat menjadi putra altar yaitu