b. Christian
Tradisi kristiani mengungkapkan realitas iman jemaant kristiani yang hidup dan sungguh dihidupi. Inilah tanggapan manusia atas pewahyuan Allah
yang terlaksana di tengah kehidupan manusia melalui diri Yesus. Maka dari itu tradisi di sini tidak hanya berupa pengajaran Gereja tetapi meliputi Kitab Suci,
Spiritualitas, refleksi teologis, sakramen, liturgi, seni dan nyanyian rohani, kepemimpinan, kehidupan jemaat, dll.
Visi kristiani menggarisbawahi tuntutan dan janji yang terkandung di dalam tradisi, tanggungjawab, dan pengutusan kristiani sebagai jalan untuk
menghidupi semangat dan sikap kemuridan mereka. Visi kristiani yang paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia.
c. Praxis
Praksis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk tercapainya suatu transformasi kehidupan yang di dalamnya terkandung proses
kesatuan dialektis antara praktek dan teori yang kreativitas, antara kesadaran historis dan refleksi kritis yaitu keterlibatan baru. Sejajar dengan itu praksis
mempunyai tiga komponen yang saling kait-mengait: aktivitas, refleksi, dan kreativitas. Ketiga komponen itu berfungsi membangkitkan berkembangkan
imajinasi, meneguhkan kehendak, dan mendorong praksis baru yang secara etis dan moral dapat dipertanggungjawabkan.
3. Langkah-langkah Shared Christian Praxis
Model ini terdiri 5 langkah yang saling berurutan. Kelima langkah tersebut, adalah
a. Langkah 0 awal Menurut Diktat PPL PAK Paroki M. Sumarno 2013 : 18-19, langkah
SCP bisa diawali langkah 0. Tujuannya mendorong umat subyek utama menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret selanjut
kebnya menjadi tema pertemuan dasar. Tema dasar mencerminkan pokok-pokok kehidupan, keprihatinan, permasalahan, dan kebutuhan mereka. Akan tetapi,
langkah 0 ini bisa dilewati; artinya langkah 0 dan 1 bisa digabungkan.
b. Langkah Pertama: Pengungkapan Praxis Faktual
Groome seperti disadur oleh Heryatno 1997: 4 mengajak peserta mengungkapkan pengalaman hidup mereka melalui cerita, puisi, tarian, nyanyian,
lambang, dll. Dalam proses ini, peserta dapat menggunakan perasaan mereka, menjelaskan nilai, sikap, kepercayaan, dan keyakinan yang melatarbelakanginya.
Dengan demikian peserta dapat juga mengungkapkan pengalaman orang lain atau keadaan masyarakatnya. Komunikasi pengalaman konkret para peserta diharapkan
dapat melahirkan tema-tema dasar yang akan direfleksikan secara kritis pada berikutnya.
c. Langkah Kedua: Refleksi Kritis Pengalaman Faktual
Langkah ini mendorong peserta untuk lebih aktif, kritis, dan kreatif dalam memahami serta mengolah keterlibatan hidup mereka sesuai tema-tema
dasar maupun masyarakat. Dalam refleksi kritis ini, peserta diajak untuk menggunakan sarana baik analisa sosial maupun analisa kultural. Tujuan langkah
ini adalah memperdalam refleksi peserta pada kesadaran kritis akan keterlibatan mereka, akan asumsi, alasan, motivasi, sumber historis, kepentingan dan