BAB II DOA BERSAMA DALAM KELUARGA KATOLIK DAN
PENDIDIKAN IMAN ANAK
Pada bab ini penulis memaparkan empat bagian. Bagian pertama tentang pengertian doa; bagian kedua penjelasan tentang keluarga; bagian ketiga
penjelasan tentang pendidikan iman anak, dan bagian keempat penjelasan tentang perkembangan iman anak menurut James W. Fowler.
A. Doa 1. Pengertian Doa
Doa tidak cukup diungkapkan secara spontan namun, dari dorongan batin. Doa pun tidak cukup untuk mengetahui hal yang diwahyukan Kitab Suci
tentang doa namun doa harus dilatih. Roh Kudus mengajar anak-anak Allah berdo
a dalam “Gereja yang beriman dan berdoa” DV 8. Berikut ini, beberapa pengertian doa:
Xavier Leon-Dufour 1990: 209-210 mengungkapkan bahwa doa dalam bahasa Yunani mempunyai beberapa pengertian, yaitu a. Aiteo artinya meminta.
b. Deomai artinya kebutuhan konkret. c. Erotao artinya menghimbau dengan menegaskan kebebasan si pemberi; kata-kata itu dipakai baik di bidang-bidang
profan maupun keagamaan, namun mengandung ide meminta dengan sangat, berdoa, dan mengemis.
Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau permohonan kepada Tuhan demi hal-hal baik agar layak menghadap sebagai tujuan hidup manusia.
Sikap rendah hati merupakan dasar manusia di depan-Nya KGK, 2559. Doa adalah kata cinta seorang anak kepada Bapanya. Maka, doa dapat
timbul dari kesusahan hati yang bingung, tetapi juga dari kegembiraan jiwa menuju ke masa depan yang bahagia. Doa tidak membutuhkan banyak kata lih.
Mat 6: 7, tidak terikat waktu dan tempat tertentu, tidak menuntut sikap badan atau gerak-gerik yang khusus, meski dapat didukung olehnya KWI, 1996: 194.
Darminta, SJ 1981: 12 mengungkapkan bahwa doa merupakan sarana bagi manusia untuk menemukan dan merasakan kehadiran Allah sebagai tujuan
hidupnya. Darminta, SJ menerangkan: “untuk memahami makna arti, asal, dan
tujuan hidup yang mengatasi hidup di dunia, orang merasakan perlunya berkonsultasi dengan Dia yang memberikan makna, arti, asal, dan tujuan hidup
manusia. Manusia memohon, mencoba, mendengarkan, dan menjawab. ”
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa doa adalah cara komunikasi manusia kepada Allah dengan merasakan, mendengarkan dan
menjawab kehadiran-Nya dalam kehidupan. Doa tidak membutuhkan banyak kata tidak terikat pada waktu dan tempat tertentu. Melalui doa manusia mampu
memahami makna, asal, dan tujuannya hidup di dunia ini.
2. Bentuk Doa
Umat manusia dibimbing oleh Allah pada jalan yang benar. Setiap warga beriman warga beriman menjawabnya dengan keputusan hatinya dengan
bentuk ungkapan doa pribadinya. Adapun tradisi Kristiani mempertahankan tiga bentuk ungkapan doa. Katekismus Gereja Katolik art. 7 mengajarkan 3 bentuk
doa, yaitu doa lisan, doa renung, dan doa batin. a. Doa Lisan
Doa ini merupakan unsur penting dalam kehidupan Kristen. Kristus mengajar murid-murid-Nya yang merasa tertarik pada doa Gurunya. Satu contoh
doa lisan adalah Bapa Kami. Yesus tidak hanya mendoakan doa-doa liturgi di sinagoga, namun mengucapkan doa-doa pribadi-Nya. Doa itu merupakan contoh
dari Yesus memuji Bapa dengan penuh gembira sampai kepada permohonan saat Dia mengalami sakratul maut di taman Getsemani.
Doa ini disebut doa rakyat karena diarahkan keluar dan sangat manusiawi sehingga mendapat tempat pertama. Doa ini menjadi batin, sejauh kita
sadar, “dengan siapa kita berbicara” Teresia dari Yesus, Cam 26. Dengan demikian, doa lisan menjadi cara pertama dari doa batin.
b. Doa Renung Doa yang juga disebut sebagai meditasi ini, roh mencari cara kehidupan
Kristiani agar mengerti dan menjawab yang dikehendaki Tuhan. Tradisi Kristiani memberikan pilihan melalui: Kitab Suci, terutama Injil, ikon, teks-teks liturgis
untuk hari bersangkutan, tulisan-tulisan dari bapa-bapa rohani, kepustakaan rohani, buku besar yakni ciptaan dan sejarah.
Kita merenungkan yang sudah kita baca, berarti bertemu dengan yang menjadikan milik kita. Doa Kristen terutama berusaha untuk bermeditasi tentang
“misteri Kristus”, sebagaimana terjadi waktu, “lectio divina” dan doa rosario.
c. Doa Batin Doa batin adalah berdiam diri. Berdiam ini bukanlah pasif, melainkan
suatu ketaatan iman dalam menerima syarat tugas. Doa batin adalah persatuan dengan doa Yesus, sejauh kita mengambil bagian dalam misteri Kristus. Doa batin
adalah puncak doa. Kontemplasi memandang misteri kehidupan Kristus di depan tabernakel adalah contoh doa bati.
3. Tempat yang Cocok untuk Berdoa
Tempat doa liturgi yang utama untuk menyembah Kristus adalah Gereja. Gereja merupakan tempat utama kehadiran Kristus yang hadir melalui
Sakramen mahakudus. Untuk doa pribadi satu keluarga Kristen dapat memilih suatu tempat yang cocok dalam ketulusan doanya KGK, art. 6.
Tempat ziarah juga merupakan tempat cocok untuk mencari sumber- sumber hidup, untuk menghidupkan bentuk-
bentuk doa Kristen “sebagai Gereja”.
4. Waktu Lamanya Berdoa
Waktu lamanya tergantung dari kehendak bebas kita mengungkapkan rahasia-rahasia hati. Bukan jumlah waktu dalam berkomunikasi dengan Tuhan,
namun tekad bulat dalam cobaan-cobaan dan kekekeringan kita KGK, art. 7.
Teladan Yesus berdoa dilaksanakan doa sebanyak tiga kali sehari yaitu waktu fajar, siang, dan malam Kallor, 1993: 13.
5. Cara Berdoa
Bakker 1988: 129 mengungkapkan ada beberapa cara berdoa, yaitu: