dan masuk SMP. Sebaiknya keluarga mengarahkan anak agar memiliki watak yang merakyat, egaliter, dan penuh empati pada sesama.
g. Tahap keenam umur 15-18 tahun Tahap ini “penentuan hidup” secara psikis anak sudah memiliki
kepribadian, citra diri, dan martabat. Tahap ini anak anak tidak suka didikte, tidak suka didoktrin, dicekoki
keharusan larangan. Sebaiknya orang tua “sejajar”, menjadi teman, sahabat, dan mitra bagi anak.
4. Pengertian Pendidikan Iman Anak
Pendidikan iman anak adalah suatu usaha untuk membantu anak agar sampai pada kedewasaan iman dengan selalu tetap memperhatikan kodrat dan
kemampuan dalam diri anak di mana usaha itu adalah sebuah proses yang terus- menerus. Pendidikan iman diberikan secara khusus kepada anak yang telah
dipermandikan dengan sebuah tujuan agar anak semakin memperdalam imannya dan membantu menjawab kebutuhan hidup dan arti hidup bagi anak
Setyakarjana, 1976: 51. Pendidikan iman anak adalah tanggung jawab utama dari orang tua.
Orang tua dapat memulai dengan menanamkan pengertian bahwa hidup beriman merupakan kunci dasar hidup. Pendidikan iman mempunyai tujuan utama agar
sebagai orang yang sudah dibaptis mereka secara bertahap dibimbing ke dalam pemahaman tentang misteri keselamatan, agar mereka khususnya anak belajar
menyembah Allah dalam Roh dan dalam kebenaran terutama melalui ibadat
liturgis dan agar mereka terdidik untuk menghayati hidup pribadi yang benar dan kudus, menurut kodrat mereka yang baru FC, art. 39. Pendidikan iman yang
diberikan orang tua kepada anak-anak hendaknya memberikan semua topik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan pribadi anak-anak menuju pada kematangan
dan kedewasaan dari sudut pandang Kristus dan gerejani, dengan berusaha menunjukkan kepada anak-anak mereka betapa dalamnya makna yang diselami
berkat iman dan cinta akan Yesus Kristus. Pendidikan iman dalam keluarga tidak hanya mencakup mengajar anak
untuk berdoa, ke gereja, melainkan juga perlu memperkenalkan sikap-sikap dasar hidup kristiani, diantaranya kasih, jujur, adil terhadap orang tua dan sesama yang
dijumpainya setiap hari. Pengenalan pendidikan iman anak dalam keluarga bertujuan agar anak seusia dini mungkin dapat menyadari dan mengenali
imannnya yang sedang tumbuh. Sehingga anak semakin tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa.
Dalam ajaran Apostolic Familiaris Consortio, Paus Yohanes Paulus II menyatakan:
Tugas mendidik berkat dalam berakar dalam penggilan suami-istri untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah, karena orangtua telah
menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu orangtualah yang harus diakui
sebagai pendidik mereka yang pertama dan terutama. Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dilengkapi,
sebab merupakan kewajiban orangtua: menciptakan lingkup keluarga yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang tehadap sesama
sedemikian rupa sehingga menunjang kebutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkup pendidikan
pertama keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan masyarakat.
Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik anak bersifat hakiki karena berkaitan dengan penyaluran hidup. Selain itu bersifat asli dan utama
terhadap peran serta orang lain dalam pendidikan, karena keistimewaan cinta kasih antara orang tua dan anak-anak. Tidak dapat bergantian atau ambil alih dan
arena itu tidak dapat diserahkan kepada orang lain atau direbut oleh orang lain FC, art. 36.
5. Pentingnya Pendidikan Iman Anak
Gravissimum Educationis artikel 3 menjelaskan bahwa orang tua sebagai penyalur kehidupan dari Allah mempunyai kewajiban untuk mendidik
anak-anak. Orang tua Kristiani yang telah diperkaya dengan rahmat Sakramen Perkawinan mempunyai kewajiban untuk mendidik anaknya sejak dini secara
katolik. Mendidik
secara Katolik
berarti orangtua
harus berusaha
memperkenalkan Allah kepada anak-anak, baik tentang pribadi Allah maupun bagaimana seharusnya anak berbakti pada Allah seperti yang telah orang tua
terima dalam pembaptisan. Pendidikan iman kepada anak bukan untuk membentuk pribadi anak namun semata-mata merupakan usaha untuk membantu
anak menemukan kedewasanan imannya dengan menggunakan potensi dan benih iman yang ada dalam diri anak. Benih iman ini diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang dengan subur dan akhirnya berbuah. Dalam bagian sebelumnya telah disinggung bagaimana awal hubungan
antara anak dengan Allah, yaitu anak mempunyai anggapan bahwa Allah seperti orangtuanya. Di sinilah kiranya orang tua harus dapat memberikan pengertian