Perkembangan Iman Anak Menurut James W. Fowler
seorang anak diwarnai oleh rasa takut dan hormat pada tokoh-tokoh kunci itu.Usaha-usaha untuk mengembangkan iman seseorang pada tahapan usia ini
seyogyanya dilaksanakan dengan cara sederhana, tidak perlu mengandalkan penalaran, dan menghindari ucapan-ucapan yang tidak sesuai dengan sikap-sikap
dan tindakan-tindakan nyata. Pendidikan iman pada tahapan ini hendaknya lebih mengandalkan keteladanan, melalui perilaku yang nyata dari para tokoh kunci.
3. Tahap usia 7 sampai 12 tahun Tahapan ini disebut “tahapan mitis literal”. Pada tahapan ini yang
paling berperan dalam perkembangan iman anak adalah keluarga atau intuisi kemasyarakatan yang paling dekat dengannya, misalnya kelompok bina iman,
sekolah, atau kelompok sekolah minggu berfungsi sebagai sumber pengajaran iman. Pengajaran lewat kisah rekaan cenderung diterima olehnya secara harafiah.
usaha-usaha pengembangan iman anak pada tahapan ini seyogyanya telah dilaksanakan dengan cara sederhana, tidak terlalu mengandalkan penalaran.
Pendidikan iman menurut Fowler ini bisa diterapkan dalam pendidikan iman anak kristiani usia 0-12 tahun karena sikap, perilaku, suasana, pengajaran,
dan komunikasianak tersebut masihberlangsung dalam keluarga. Hal ini juga ditegaskan dalam Catechesi Tradendae artikel 68 bahwa sejak usia dini para
anggota keluarga perlu saling membantu agar bertumbuh dalam iman.
BAB III
PERANAN DOA BERSAMA DALAM KELUARGA KATOLIK DI WILAYAH JUWONO, PAROKI SANTA MARIA LOURDES SUMBER
TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK
Dalam bab ini akan dibahas empat hal, yaitu situasi Wilayah Juwono, Paroki Santa Maria Lourdes Sumber, Jawa Tengah, penelitiaan peranan
doa bersama dalam keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak, hasil penelitian, dan pembahasannya. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data
tentang doa bersama dalam keluarga Katolik bagi pendidikan iman anak di Wilayah Juwono, Paroki Santa Maria Lourdes Sumber sehingga akan menemukan
permasalahan yang akan dikaji lebih mendalam.