2.3.3 Hak Pasien dalam Tindakan Medis
Berdasar Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran Pasal 52, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, pasien mempunyai
hak yaitu Permenkes No. 512 MenkesPerX2005: a.
Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis b.
Meminta pendapat dokter. c.
Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis. d.
Menolak tindakan medis. e.
Mendapat isi rekam medik.
2.4 Kebijakan Pemerintah dan Penerapan UUPK Nomor 29 Tahun 2004
Undang-Undang Praktik Kedokteran UUPK Nomor 29 Tahun 2004 disahkan pada tanggal 6 Oktober 2004. Undang-Undang tersebut dinyatakan baru
akan berlaku setelah satu tahun sejak diundangkan yakni Tahun 2005. Undang- Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bertujuan untuk mengatur
praktik kedokteran agar dapat memberikan perlindungan kepada pasien rumah sakit, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis dan memberikan
kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 pada bagian awal mengatur tentang
persyaratan dokter untuk dapat berpraktik kedokteran, yang dimulai dengan keharusan memiliki sertifikat kompetensi kedokteran yang diperoleh dari kolegium
selain ijasah dokter yang telah dimilikinya, keharusan memperoleh Surat Tanda
Universitas Sumatera Utara
Registrasi dari Konsil Kedokteran Indonesia dan kemudian memperoleh Surat Ijin Praktik dari Dinas Kesehatan KotaKabupaten. Dokter tersebut juga harus telah
mengucapkan sumpah dokter, sehat fisik dan mental serta menyatakan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
Selain mengatur persyaratan praktik kedokteran di atas, Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 juga mengatur tentang organisasi Konsil Kedokteran, Standar
Pendidikan Profesi Kedokteran serta Pendidikan dan Pelatihannya dan proses registrasi tenaga dokter. Selanjutnya Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 mengatur
tentang penyelengaraan praktik kedokteran. Pada bagian ini diatur tentang perijinan Praktik, batas maksimal 3 tempat praktik, dan keharusan memasang papan praktik
atau mencantumkan nama di daftar dokter bila di rumah sakit. Dalam aturan tentang pelaksanaan praktik diatur agar dokter memberitahu apabila berhalangan atau
memperoleh pengganti yang memiliki Surat ijin Praktik, keharusan memenuhi standar pelayanan, memenuhi aturan tentang persetujuan tindakan medis, memenuhi
ketentuan tentang pembuatan rekam medis, menjaga rahasia kedokteran, serta mengandalikan mutu dan biaya.
Undang-Undang juga mengatur hak dan kewajiban dokter dan pasien. Salah satu hak dokter yang penting adalah memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional, sedangkan hak pasien yang terpenting adalah hak memperoleh penjelasan tentang
penyakit, tindakan medis, manfaat, risiko, komplikasi dan prognosisnya dan serta hak untuk menyutujui atau menolak tindakan medis.
Universitas Sumatera Utara
Pada bagian akhirnya Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 mengancam pidana bagi mereka yang berparktik tanpa Surat Tanda Registrasi atau Surat Ijin
Praktik, mereka yang bukan dokter tetapi bersikap atau bertindak seolah-olah dokter, dokter yang berpraktik tanpa membuat rekam medis, tidak memasang papan praktik
atau tidak memenuhi kewajiban dokter. Pidana lebih berat diancamkan kepada mereka yang memperkerjakan dokter yang tidak memiliki Surat Tanda Registrasi dan
atau Surat Ijin Praktik
Tabel 2.1. Tabulasi Anatomi Undang-Undang Praktik Kedokteran Nomor 29 Tahun 2004
Bab Jumlah
Pasal Pokok Bahasan
I 1
Ketentuan Umum II
2 Azas dan Tujuan
III 22
Konsil Kedokteran Indonesia IV
1 Standar Pendidikan Profesi Kedokteran dan Kedokteran Gigi
V 2
Pendidikan dan Pelatihan Kedokteran dan Kedokteran Gigi VI
7 Registrasi Kedokteran dan Kedokteran Gigi
VII 19
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran SIP, Pelaksanaan Praktik Persetujuan Tindakan Medis, Rekam Medis, Rahasia Kedokteran
Kendali Mutu dan Kendali Biaya, Hak dan Kewajiban dokter dan pasien serta pembinaan dokter
VIII 15
Disiplin Dokter dan Dokter Gigi Displin Kedokteran IndonesiaMKDKI, pengaduan, pemeriksaan dan lainnya.
IX 4
Pembinaan dan Pengawasan X
6 Ketentuan Pidana
XI 4
Ketentuan Peralihan XII
5 Ketentuan Penutup
Sumber: Warta IDI Bestari Edisi 4 2005, Medan Pada Bab VII dicantumkan masalah apa yang harus dilaksanakan dokter
dalam melakukan pelayanan medis, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Persetujuan Tindakan Medik Informed Consent; Pelaksanaan Persetujuan
Tindakan Medik PTM di rumah sakit terutama penting di unit rawat inap. Ketika pasien dirujuk untuk mendapat pelayanan unit rawat inap, pada pasien
diberikan suatu informasi mengenai rencana perawatan tersebut sesuai dengan anjuran dokter. Bila disetujui, pasien atau pihak keluarga mendandatangani PTM
yang dikenal sebagai Informed Consent Non Invasive. Jadi dapat dipastikan bahwa setiap kali pasien dirujuk ke bagian rawat inap, penandatanganan Informed
Consent harus dilakukan. Bila Informed Consent tidak ada, artinya pasien tidak pernah mendapatkan haknya terhadap informasi mengapa ia dirawat di unit rawat
inap. 2.
Atribut Rekam Medis di Bab VII adalah memastikan bahwa sebenarnya pasien telah mendapat hak mendapat pelayanan medis di unit rawat inap. Pihak
keperawatan akan memperoleh pedoman pelayanan yang akurat bila saja ada kejelasan diagnosa awal tertera di lembaran berkas RM yang ditulis oleh dokter.
3. Perihal hak pasien terhadap diagnosa akhir adalah sama halnya dengan butir 2 di
atas. Dengan adanya penulisan yang akurat tentang diagnosa akhir, pasien akan lebih mudah mendapat pengarahan dari tim keperawatan tentang hal-hal apa saja
yang perlu dilanjutkan oleh pasien kelak setelah pulang ke rumah. 4.
Kelengkapan dokumen Resume Pasien pulang juga adalah hak pasien yang sewaktu-waktu memerlukan surat keterangan tentang kondisi kesehatan terkahir
yang ia miliki sebelum pulang ke rumah. Pada lain kesempatan pasien boleh saja memerlukan bukti tentag apa yang ia derita visum et repertum. Visum et
Universitas Sumatera Utara
repertum bukti tentang apa yang ia derita visum et repertum. Visum et repertum dapat dimodifikasi segera dari berkas resume pasien pulang.
5. Tanda tangan dokter tentang kunjungan visite setiap hari serta keterangan apa
saja yang diobservasidilakukandiperiksa dokter adalah hak pasien supaya ada pertanggungjawaban yang jelas termasuk tentang biaya setiap visite yang wajib
dibayar. Semua hal-hal yang diuraikan di atas sudah menjadi ketentuan pada peraturan
pelaksanaan rekam medis oleh dokter yaitu : 1 Membubuhkan diagnosa awal ketika pasien rawat inap masuk; 2 membubuhkan diagnosa akhir ketika pasien dinyatakan
mengakhiri masa pelayanannya di rumah sakit; 3 Dokter membuat resume tertulis tentang kondisi pasien yang dinyatakan boleh keluar rumah sakit; 4 Membubuhkan
tanda kehadiran pada lembaran visite dokter setiap hari ketika dokter mengunjungi pasien; dan 5 melengkapi pelaksanaan Informed Consent bersama pasien ketika
pasien mulai dirawat di unit rawat inap. Kebijakan atau Undang-Undang yang ditetapkan pemerintah ditindak lanjuti
oleh Depertemen Kesehatan RI dan jajaran yang terkait dengan menerbitkan peraturan-peraturan pelayanan kesehatan. Terkait langsung dengan penelitian ini
adalah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512MenkesPerX2005, yang mengatur tentang sistem pelaksanaan dokumentasi transaksi pelayanan kesehatan di Indonesia
harus dibuat berbasis sistem informasi yang autentik. Pada intinya bahwa Permenkes ini mengandung butir-butir penting apa kewajiban petugas pelayanan terutama dokter
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kewajiban membuat catatan di berkas rekam medis tentang 5 aspek yang disebut menjadi variabel dependen dalam penelitian ini.
Kehadiran Undang-Undang Praktik Kedokteran No. 29 tahun 2004 dianggap sangat memperkuat adanya atensi pemerintah seperti yang sesungguhnya telah
berlangsung pada masa sebelumnya yaitu, kewajiban para petugas pelayanan kesehatan dokter pada khususnya melaksanakan kewajiban pencatatan dokumen
tentang pelaksanaan dokter memenuhi hak-hak dasar pasien terhadap pelayanan kesehatan. Pada kenyataannya sebelum ada kebijakan menetapkan Undang-Undang
Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004, rumah sakit sudah menuruti peraturan baku yang diberlakukan untuk semua administrasi rekam medis yang diatur oleh
Permenkes. Kebijakan ditetapkan Undang-Undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun
2004 seterusnya berproses menjadi tantangan pada pihak rumah sakit untuk meneruskannya ke dalam bentuk Perumusan Kebijakan di rumah sakit. Pada
pelaksanaan implementasi pihak manajemen rumah sakit perlu melakukan evaluasi efektifitas kebijakan. Di dalam evaluasi dilakukan identifikasi permasalahan yang
mungkin timbul untuk selanjutnya ditanggulangi bila implementasinya benar-benar terkendala Suharto, 2005.
2.5 Landasan Teori