BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan sangat berperan dalam perkembangan perekonomian di suatu negara. Salah
satunya dengan melakukan
laporan keuangan sebagai sarana pengkomunikasian informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak
manajemen terhadap memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Semakin besar suatu usaha bisnis, semakin dirasakan perlunya informasi
akuntansi, baik untuk pertanggungjawaban maupun untuk dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu profesi akuntan perlu mengatur cara-cara pengujian
informasi keuangan yang disusun oleh manajemen. Menurut Bambang, 2006:19, agar laporan keuangan yang sudah diperiksa oleh
akuntan publik dapat menjadi dasar pengambilan keputusan, dengan cara membuat kritaria pertlunya disclosure tertentu yang dapat mencakup semua perusahaan publik..
Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun disisi
lain pengguna dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan standar
akuntansi keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba
atau earnings management.
Universitas Sumatera Utara
Wild, et al 2007 : 86 mengatakan earnings management sebagai “a purposeful intervention by management in the earnings determination process, usually to satisfy
selfish objectives.” Apabila diterjemahkan adalah sebagai berikut:
“Manajemen laba merupakan suatu cara bagi manajemen untuk melakukan intervensi dalam penentuan laba perusahaan. Manajemen laba biasa dilakukan untuk
tujuan pribadi manajemen”. Manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila
digunakan untuk pengambilan keputusan karena manajemen laba merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sarana komunikasi antara
manajer dengan pihak eksternal perusahaan. Manajemen laba yang sering dilakukan oleh manajemen perusahaan sangat
mempengaruhi kualitas laba. Laba yang dihasilkan manajemen erat hubungannya dengan decisiom usefullness bagi pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Laba yang dilaporkan akan lebih baik jika diakui dan diukur dengan prinsip akuntansi berterima umum dan digabungkan dengan implementasi keputusan.
Dalam kaitannya dengan ukuran perusahaan, semakin besarnya perusahaan dan luasan usahanya, maka pemilik tidak bisa mengelola sendiri perusahaannya secara
langsung sehingga inilah yang memicu munculnya masalah keagenan. Perusahaan yang besar kecenderungan melakukan tindakan manajemen labanya lebih kecil
dibanding perusahaan yang ukurannya lebih kecil karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar.
Universitas Sumatera Utara
Besaran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Hal itu terjadi karena perusahaan besar cenderung menggunakan prosedur akuntansi menurunkan
laba income-decreasing untuk tujuan mengurangi pembebanan pajak yang tinggi. Dalam hubungannya dengan leverage, kebijakan hutang merupakan salah satu
alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Manajer termotivasi melakukan manajemen laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian
utang. Perusahaan yang memenuhi perjanjian utangnya akan mendapatkan penilaian kerja yang baik dari kreditur.
Perusahaan dengan rasio hutang tinggi cenderung menggunakan prosedur akuntansi yang bersifat meningkatkan laba income-increasing. Manajemen diduga
akan memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan aktiva, mengurangi utang dan meningkatkan pendapatan dengan tujuan untuk menghindari pelanggaran debt-
covenant. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah