Partisipasi dan peran masyarakat dalam pengelolaan hutan kota

pendidikan memiliki hubungan yang cukup erat dengan tingkat persepsi. Perbedaan hasil ini disebabkan oleh beberapa faktor dimana tidak hanya pendidikan yang berpengaruh terhadap persepsi. Pendidikan termasuk kedalam faktor internal yang mempengaruhi persepsi selain pendapatan, jenis kelamin kecerdasan dan emosi. Namun, ada faktor-faktor eksternal juga yang mempengaruhi persepsi yaitu pengaruh dari kelompok di sekelilingnya dan pengalaman masa lalu Kayam 1985 diacu dalam Purwanto 1998. Adanya media massa sebagai sumber informasi juga diindikasikan memiliki hubungan dengan tingkat persepsi. Zakih 1997 menyatakan bahwa media massa merupakan sumber yang efektif dalam menyebarkan informasi. Hal ini dikarenakan terdapat hubungan antara informasi dengan tingkat persepsi bahwa semakin banyak informasi yang diterima oleh masyarakat tingkat persepsi juga semakin tinggi. Adanya media massa baik cetak maupun elektronik masyarakat dapat mendapatkan berbagai informasi dan pengetahuan yang banyak selain dari bangku sekolah. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah SD mayoritas adalah penghuni lama Kota Bogor, mereka mengalami metamorphosis Kota Bogor dari yang dahulunya sangat sejuk dan rimbun hingga menjadi kota dengan hunian yang padat. Mereka benar-benar merasakan manfaat adanya vegetasi pepohonan bagi lingkungan mereka sehingga mereka memiliki persepsi yang positif terhadap hutan kota. Kedekatan tempat tinggal masyarakat dengan hutan kota juga mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap hutan kota. Kedekatan tempat tinggal dengan hutan kota memberikan manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh masyarakat, sehingga masyarakat memiliki persepsi yang baik terhadap hutan kota.

5.1.2 Partisipasi dan peran masyarakat dalam pengelolaan hutan kota

Partisipasi adalah hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan Suharto dan Iryanto 1989 diacu dalam Rahmawaty et al. 2006. Berdasarkan tangga partisipasi Arnstein, partisipasi masyarakat Kecamatan Bogor Tengah ini berada pada tingkatan terendah yaitu manipulasi dan terapi yang dideskripsikan tidak adanya partisipasi. Pada tingkatan ini tidak ada partisipasi dari masyarakat dalam merencanakan maupun melaksanakan program. Pemegang kekuasaan mendikte masyarakat dimana tidak ada dialog diantara mereka. Bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya pengelolaan hutan kota di Kota Bogor khususnya Kecamatan Bogor Tengah yang dikemukakan oleh seluruh responden penelitian adalah sama, yaitu pada umumnya masyarakat belum pernah berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya pengelolaan hutan kota di Kota Bogor. Hal ini sangat bertentangan dengan persepsi dan sikap masyarakat yang positif terhadap kawasan hutan kota. Masyarakat mengetahui arti pentingnya hutan kota yang ada bagi kehidupan mereka dan perlunya kegiatan pelestarian terhadap kawasan, tapi masyarakat belum pernah mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tidak adanya partisipasi terhadap pengelolaan hutan kota ini terjadi dikarenakan dari pemerintah sendiri memang belum pernah mengadakan kegatan-kegiatan yang menuntut keterlibatan masyarakat baik berupa penyuluhan maupun upaya-upaya pengelolaan lainnya. Berdasarkan karakteristik partisipasi Pretty 1995, partisipasi masyarakat ini digolongkan kedalam partisipasi pasif. Masyarakat berpartisipasi berdasarkan informasi yang mereka terima dari pihak luar tentang apa yang terjadi di lingkungan mereka. Masyarakat memang belum berpartisipasi secara langsung dalam pengelolaan hutan kota di Kota Bogor baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pemantauan, namun mereka merasa bertanggungjawab menjaga areal yang ada itu dengan tidak melakukan partisipasi yang negatif seperti mencoret-coret dan menebang pohon di wilayah hutan kota dan melakukan perburuan satwa. Bahkan mayoritas dari masyarakat turut berpartisipasi dalam upaya perbaikan kualitas lingkungan dengan melakukan penanaman di sekitar rumah atau halaman mereka. Beberapa responden dengan tingkat ekonomi atas bersedia berpartisipasi dalam upaya pembiayaan pengelolaan hutan kota, hanya saja tidak adanya pengelolaan dari pemerintahnya sendiri untuk hal tersebut. Terkait dengan permasalahan pengelolaan hutan kota, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi obyek melainkan dapat menjadi subyek dalam program- program pengelolaan lingkungan. Dengan demikian akan tumbuh perasaan memiliki dan dengan sukarela akan menjaga dan mengelola lingkungan dengan baik. Persepsi masyarakat yang cenderung baik merupakan modal pertama untuk menyertakan masyarakat dalam program pengelolaan hutan kota. Hal ini sejalan dengan pernyataan Surata 2003 persepsi sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap lingkungannya. Seseorang yang mempunyai persepsi benar mengenai lingkungan, kemungkinan besar orang tersebut berperilaku positif terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan. Masyarakat dapat bertindak sebagai pelaku utama, penerima manfaat dan sekaligus sebagai pengawas kegiatan dalam program pengelolaan hutan kota. Masyarakat merupakan penerima langsung manfaat dari adanya hutan kota karena faktor keberadaan mereka yang dekat dengan kawasan hutan kota. Sebagai pengawas, masyarakat dapat mengawasikontrol berbagai kegiatan di kawasan hutan kota kapan saja tanpa harus meninggalkan pekerjaan mereka. Dengan peran masyarakat sebagai pengawas, maka permasalahan-permasalahan yang terjadi di kawasan hutan kota dapat dideteksi sedini mungkin dan dapat segera dilaporkan ke pemerintah. Sehingga pemerintah dan masyarakat dapat bersama-sama menangani permasalahan yang timbul dengan cepat. Peran masyarakat sebagai pelaku utama memegang peran sentral dalam implementasi program pembangunan dan pengelolaan hutan kota, sehingga pengelolaan tidak lagi terpaku pada pemerintah. Bentuk partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan dapat dilakukan mulai dari proses perencanaan sampai operasional mengelola hutan kota. Sesuai dengan pernyataan Huda 2008 yang menyatakan bahwa pelibatan masyarakat dalam pengelolaan ekosistem dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pada tahapan perencanaan, pelaksanaan awal, adopsi programpersetujuan, implementasipelaksanaan serta tahapan pemantauan dan evaluasi. Partisipasi masyarakat tersebut dalam mengelola merupakan suatu aset sumber daya manusia yang harus dimanfaatkan secara maksimal guna memelihara hutan kota yang ada. Bentuk partisipasi masyarakat yang dapat dilakukan dalam berbagai tahap pengelolaan hutan kota tersaji dalam Tabel 7. Tabel 7 Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan kota Tahapan Partisipasi peran masyarakat dalam pengelolaan hutan kota Perencanaan Partisipasi dalam pengumpulan data dasar dan pelatihan pengumpulan data Menghadiri pertemuan dalam identifikasi dan analisis isu. Pemberi masukan terhadap permasalahan serta penentuan prioritas isu Berpartisipasi dalam penyusunan draft perencanaan Pelaksanaan awal Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pendidikan lingkungan hidup Berpartisipasi dalam pelatihan pengelolaan Berpartisipasi dalam pembuatan konsep rencana pengelolaan Pengambil keputusan dan pelaksanaan dalam kegiatan pelaksanaan awal Berpartisipasi dalam penentuan kelompok intikelompok perencanaan Pengambil keputusan dan pemberi masukan dalam rencana pengelolaan hutan kota Adopsi program Berpartisipasi dalam menentukan isu prioritas, tujuan pengelolaan, dan kegiatan yang akan dilakukan, serta waktu pelaksanaan. persetujuan Berpartisipasi dalam persetujuan rencana pengelolaan, dan pendanaan Memberi dukungan terhadap pendanaan dan bantuan teknis Mencari dukungan dana dan bantuan teknis melalui swadaya masyarakat, pengusaha, lembaga donor lain, LSM, perguruan tinggi, selain dukungan dana dari pemerintah. Bersama-sama dengan pemerintah menyetujui rencana pengelolaan, strategi, dan pendanaannya. Berpartisipasi dalam peluncuran dokumen rencana pengelolaan Implementasi Berpartisipasi dalam rapat untuk menentukan rencana tahunan pelaksanaan Berpartisipasi dalam rapat untuk menentukan anggota kelompok pengelola Pengambil keputusan bagi prioritas kegiatan dalam rencana tahunan Penyusunan rencana kerjakegiatan Pemberi kontribusi tenaga dan dana Berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan Berpartisipasi dalam pembuatan laporan dan pertanggungjawaban keuangan dan program Berpartisipasi dalam presentasi laporan dalam rapat umum Pemantauan dan Berpartisipasi dalam pelatihan pemantauan dan evaluasi evaluasi Bertindak sebagai pengawas kesepakatanaturan dan pelaporan pelaksanaan aturan dan rencana Bertindak sebagai pemantau dan pengevaluasi pelaksanaan rencana kerja tahunan dan dana.

5.2 Persepsi dan Peran Para Pihak Dalam Pengelolaan Hutan Kota