5.2.1 Persepsi dan peran pemerintah
Pemerintah merupakan salah satu pihak yang memiliki peranan penting dalam program pembangunan hutan kota yaitu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
dalam pengelolaan hutan kota. Pemerintah Kota Bogor dalam kaitannya dengan ruang terbuka hijau memiliki misi untuk mewujudkan kota yang bersih dengan
sarana prasarana transportasi yang berkualitas. Peningkatan keindahan dan keasrian kota dilakukan melalui upaya memperluas ruang terbuka hijau,
diantaranya dengan cara pemeliharaan taman dan penghijauan kota, penataan taman-taman dan pembuatan sarana pendukung lainnya serta penambahan pohon-
pohon pelindung jalan dan bantaran sungai dengan tanaman penghijauan. Untuk mewujudkan misi ini pemerintah memiliki program pengelolaan ruang terbuka
hijau RTH yang meliputi: a.
Peningkatan kuantitas dan kualitas taman kota dan taman lingkungan, yang meliputi kegiatan Perencanaan RTH, Pembangunan RTH, Pemeliharaan RTH,
Penataan RTH, Penyediaan dan pemutakhiran data RTH dan Pengujian pohon peneduh rawan tumbang
b. Tertatanya lokasi eks PKL, dengan indikasi kegiatan penataan jalur hijau eks
PKL Secara khusus pemerintah daerah kota Bogor memberikan mandat kepada
Dinas Pertamanan untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau RTH. Selaku pengelola ruang terbuka hijau, Dinas Pertamanan Kota Bogor
memiliki persepsi yang cenderung baik terhadap hutan kota dengan nilai 6,25 dari skala 7. Dinas Pertamanan Kota Bogor dalam menjalankan mandatnya telah
membuat beberapa kegiatan untuk pengelolaan ruang terbuka hijau yang ada. Daftar kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Daftar kegiatan Dinas Pertamanan Kota Bogor tahun 2011
No. Kegiatan
Pekerjaan 1
Renovasi taman lingkungan Renovasi bangku taman, bloombak taman, dan penggantian
lantsai keramik dengan batu alam di Taman Kencana Pengadaan tanaman dan media tanam dalam rangka renovasi
Taman Kencana 2
Renovasi taman dan jalur hijau di 25 taman kota jalur hijau di
Kota Bogor Revitalisasi areal taman bermain anak di Taman Sudut Lap.
Sempur Renovasi taman sudut pertigaan Jl. Ir. H. Juanda - Jl. Kapten
Muslihat 3
Revitalisasi taman kota dan jalur hijau
Penataan Median Jalur Hijau Jalan Pajajaran dari Pertigaan Bangbarung s.d. Pertigaan Jambu Dua
Penataan Median Jalur Hijau Jalan Pajajaran dari Simpang lima Ekalokasari s.d. U-Turn Balebinarum
Pengadaan Tanaman dan Media Tanam dalam Rangka Revitalisasi Median Jalur Hijau U-Turn Jl. Tol Jagorawi
4 Penyulaman drum, pot, dan
bloombak tanaman Pengadaan media tanam, pot tanaman, dan tanaman untuk
penyulaman pot dan bloombak tanaman 5
Penanaman pohon penghijauan di jalur hijau jalan, sempadan
jalan, dan penghijauan di trotoar jalan
Pengadaan pohon pelindung dan media tanam dalam rangka penanaman pohon penghijauan di jalur hijau
6 Pembangunan taman dan jalur
hijau di pulau jalan dan eks U- Turn
Pembangunan Taman pulau Jalan Surya Kencana, Jl. Mawar, Jl. Otto Iskandar Dinata Pertigaan Tugu Kujang dan
Jl. Kapten Muslihat depan Toko Pria
7 Pemeliharaan pagar dan
ornamen taman Pengadaan peralatan dan bahan perbaikan pagar dan
ornamen taman Perbaikan pagar jalur hijau Jl.Ir. H. Juanda depan Hotel
Salak dan depan Kantor BNI 46 s.d. Kantor KPPN, Jl. Kapten Muslihat depan Kantor PLN, Jl. Pajajaran Sekitar
Kebun Raya Bogor, dan pagar taman Peranginan
8 Penataan jalur hijau sekitar
kebun raya Penataan Jalur Hijau Jl. Otto Iskandar Dinata dari Pertigaan
Jl. Surya Kencana s.d. Jembatan Pemasangan Pagar Pelindung Jalur Hijau Jl. Otto Iskandar
Dinata dari Pertigaan Jl. Surya Kencana s.d. Jembatan
Dinas Pertamanan Kota Bogor sendiri mengalami keterbatasan dalam bidang sumberdaya manusia dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di atas. Sumber daya
manusia yang dimiliki Dinas Pertamanan Kota Bogor hanya berjumlah 74 orang. Sumberdaya manusia yang berjumlah 74 orang tersebut dirasa tidak mencukupi
untuk melakukan pengelolaan ruang terbuka hijau Kota Bogor yang luasnya ± 40 hektar. Dinas Pertamanan juga memiliki keterbatasan dana sehingga mereka tidak
mempunyai kemampuan membebaskan lahan untuk menambah jumlah ruang terbuka hijau di Kota Bogor. Oleh karena itu, untuk meningkatkan penataan,
pemeliharaan dan penambahan ruang terbuka hijau
dinas pertamanan memiliki
rencana program mengajak pihak-pihak lain untuk bekerja sama dalam pengelolaan ruang terbuka hijau Kota Bogor. Kerjasama yang akan dijalin oleh
Dinas Pertamanan Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Kerjasama yang akan dijalin oleh Dinas Pertamanan Kota Bogor
No Pihak
Bentuk Kerjasama 1.
Perhimpunan Burung Indonesia
Merekomendasikan jenis tanaman yang ramah burung dan mempublikasikan bahwa Kota Bogor sebagai kota hijau yang
ramah burung.
2. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LIPI Memberikan tanaman koleksilangka untuk ditanam di seputar
Kebun Raya Bogor 3. Institut Pertanian Bogor
IPB Membantu desain taman dan tanaman yang ramah burung
sesuai dengan iklim Kota Bogor 4.
Pedagang tanaman Penyediaan tanaman
5. PT. Trans Pakuan
Menyumbang pot-pot tanaman hias untuk ditempatkan di setiap halte bus Trans Pakuan
6. Pengurus Masjid Raya
Bogor Pembuatan taman di jalur hijau depan Masjid Raya Bogor dan
memeliharanya 7. PDAM
Menata jalur penyebrangan di median Jalan Pajajaran dengan menggunakan batu alam, membangun taman pulau jalan dan
menempatkan pot-pot tanaman hias depan Ekalokasari serta membuat taman jalur hijau depan masjid PDAM
Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa salah satu tugas pemerintah yaitu
mengembangkan dan melaksanakan kerjasama dan kemitraan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Dukungan dari pihak pemerintah sebagai lembaga
formal dalam proses menuju kemitraan sangat diperlukan mengingat pemerintah sebagai lembaga yang mempunyai otoritas dalam menentukan kebijakan.
Walaupun dalam kemitraan kedudukan aktor pelakunya sejajar, namun dukungan dari pemerintah merupakan dorongan motivasi terbentuknya kemitraan.
Berdasarkan hal tersebut Dinas Pertamanan Kota Bogor perlu merubah strategi pengelolaan hutan kota tersebut dengan menerapkan pola pendekatan
kemitraan karena masyarakat juga menghendaki adanya pengelolaan hutan kota secara maksimal. Pola dari kemitraan juga melibatkan masyarakat dalam proses
penyusunan rencana tindak kerja, pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. Pengelolaan dengan kemitraan mensyaratkan adanya dua kelompok besar
pemangku kepentingan untuk bersama-sama berbagi peran dalam pengelolaan. Kedua kelompok pemangku kepentingan tersebut adalah kelompok masyarakat
dan kelompok instansi pemerintah. Masyarakat merupakan kelompok pemangku
kepentingan yang merasakan langsung dampak dari pengelolaan hutan kota. Kelompok instansi pemerintah merupakan pemegang mandat dari undang-undang
untuk melakukan pengelolaan terhadap sumber daya yang ada agar dapat bermanfaat secara lestari. Pada dasarnya kedua kelompok tersebut dapat bekerja
secara sinergi,
karena mempunyai
kepentingan yang
sama. Tetapi
kekurangpahaman dan kurang komunikasi antar keduanya bisa menimbulkan perbedaan peran yang saling bertentangan. Oleh karena itu, perlu diupayakan
turun rembug antar berbagai pihak pada saat sosialisasi kegiatan. Peran pemerintah dalam pengelolaan hutan kota disini jelas sangat
berpengaruh, yakni sebagai perencana dan pelaksana sekaligus pemegang kekuasaan dan kebijakan. Tidak hanya itu, pemerintah juga berperan sebagai
pemrakarsafasilitator dari keterlibatan berbagai pihak seperti masyarakat, swasta dan lembaga-lembaga lainnya. Iqbal 2007 menyatakan bahwa fungsi peran
pemerintah seyogianya lebih bersifat sebagai koordinator dan fasilitator, sehingga implementasi program pembangunan berjalan efisien dan efektif. Sejalan dengan
pelaksanaan otonomi daerah, peran pemerintah daerah sangat strategis dalam menjembatani para pemangku kepentingan guna memperlancar pembangunan
hutan kota. White et al. 1994 juga menyatakan bahwa dukungan instansi pemerintah
daerah yang sangat diperlukan untuk membangun pengelolaan kolaboratif dengan peran sebagai berikut:
a. Menciptakan ruang politik yang cukup untuk partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan. Pemerintah perlu menyediakan forum dialog yang setara antara wakil pemerintah dengan wakil masyarakat dalam mendiskusikan pengelolaan
kolaboratif. b.
Menentukan arah kebijakan pengelolaan sumberdaya yang bisa mengakomodasi aspirasi masyarakat.
c. Melakukan koordinasi dengan instansi lain yang terkait agar kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh semua pemangku kepentingan dari banyak instansi bisa berjalan dengan harmonis.
d. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kegiatan kelompok
masyarakat yang berhasil.
e. Menegakkan hukum dalam kaitannya dengan penegakan hukum terhadap
pelanggaran aturan lokal, maka pemerintah perlu mendelegasikan kepada kelompok masyarakat. Tetapi pemerintah harus siap memberikan bantuan
dalam penegakan hukum, jika masyarakat membutuhkannya. Hal ini berarti bahwa instansi pemerintah perlu selalu memantau efektifitas pengelolaan
partisipatif oleh masyarakat. f.
Menyelesaikan konflik dan masalah yang muncul antara pemangku kepentingan.
g. Memberikan bantuan kepada masyarakat berupa pelatihan, penyuluhan,
keuangan, sarana dan perlengkapan, serta peningkatan kesadaran masyarakat.
5.2.2 Persepsi dan peran lembaga swadaya masyarakat