Latar Belakang Strategi Meningkatkan Partisipasi Para Pihak dalam Pembangunan Hutan Kota di Kota Bogor (Studi Kasus di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas. Kota merupakan tempat kegiatan sosial dari banyak dimensi. Sebuah kota memililki fungsi majemuk, yaitu sebagai pusat populasi, perdagangan, pemerintahan, industri, maupun pusat budaya Irwan 2008. Perkembangan kota yang ditandai dengan pembangunan berbagai sarana dan prasarana fisik sebagai penunjang aktivitas penduduk kota merupakan simbol kemajuan peradaban manusia yang cenderung memenuhi tuntutan zaman. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan besarnya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota mengakibatkan semakin hilangnya ruang hijau di perkotaan. Penurunan jumlah ruang terbuka hijau menjadi lahan terbangun tersebut menimbulkan berbagai dampak negatif yang akhirnya dapat mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup. Hal ini ditandai dengan timbulnya beberapa permasalahan lingkungan seperti hilangnya pemandangan, suhu kota meningkat dan pencemaran udara yang akan mengancam kesehatan manusia dan dapat menurunkan produktivitas masyarakat kota. Dahlan 2004 menyatakan bahwa penurunan kualitas lingkungan kota akan menimbulkan berbagai ancaman seperti pencemaran lingkungan, meningkatnya suhu udara kota, kebisingan, sampah, banjir dan intrusi air laut. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki perkembangan cukup pesat. Kota Bogor juga menjadi kota yang menampung kegiatan yang sudah jenuh di Kota Jakarta, sehingga menjadi salah satu kota penyangga yang penting. Posisinya yang strategis sebagai salah satu penyangga ibukota serta kondisi alamnya yang masih relatif nyaman dibanding kota penyangga lainnya, menjadikan Kota Bogor pilihan bagi penduduk, baik yang datang dari sekitar Bogor maupun perantau dari daerah lainnya. Pesatnya pembangunan di Kota Bogor telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan seperti perubahan fungsi lahan terbuka menjadi lahan terbangun. Berdasarkan data tata guna lahan dari tahun 1983 – 2003 perubahan lahan pemukiman di Kota Bogor mengalami peningkatan sebesar 11,3 sedangkan untuk lahan bervegetasi tinggi hutan, tanaman semusim, perkebunan dan tubuh air justru jumlah lahannya semakin berkurang. Jumlah lahan bervegetasi di Kota Bogor mengalami penurunan luas sebesar 32,73 Tursilowati et al., 2004. Hal ini berdampak pada perubahan iklim mikro terutama peningkatan suhu udara dan penurunan kelembaban udara. Berdasarkan data iklim dari tahun 1970 – 2003, Tursilowati et al. 2004 menyatakan bahwa Kota Bogor mengalami kenaikan suhu udara 24 – 28 C sebesar 29,56 dengan suhu tertinggi yang mengalami kenaikan yaitu suhu 27 – 28 C. Penerapan konsep hutan kota di dalam perencanaan tata kota akan mengatasi masalah penurunan kualitas lingkungan kota. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dahlan 2004 bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi lingkungan kota yang terus menurun kualitasnya adalah dengan membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. Konsep dasarnya adalah memaksimalkan keberadaan dan fungsi hutan dan taman serta berbagai bentuk penghijauan kota lainnya untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang ada. Program pembangunan hutan kota harus direncanakan sebaik mungkin agar pada akhirnya hutan kota tersebut dapat memberikan manfaat yang nyata bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Namun, program pembangunan hutan kota tidak akan berhasil tanpa dukungan dari berbagai pihak khususnya masyarakat kota itu sendiri. Hal ini sejalan menurut pernyataan Dahlan 1992 yang juga menyatakan bahwa masalah hutan kota yang paling mendasar hingga saat ini adalah dukungan dari berbagai pihak, salah satunya masyarakat. Dukungan masyarakat kota akan sangat berarti bagi kelangsungan program hutan kota, salah satu caranya melalui ikut serta dalam menghijaukan lingkungan sekitar dan turut memeliharanya. Kusumaatmadja 1993 diacu dalam Surata 1993 menyatakan bahwa hal yang paling mendasar dalam menangani lingkungan adalah membangun persepsi lingkungan di kalangan masyarakat. Masyarakat perlu mengenal tentang hutan kota, memahami pentingnya hutan kota, sehingga mereka memiliki persepsi yang baik dan dapat berpartisipasi dalam membangun dan memelihara kawasan hutan kota. Mengingat bahwa peran serta masyarakat merupakan kunci pokok keberhasilan dalam pengembangan hutan kota. Lembaga swadaya masyarakat dan lembaga pendidikan juga memiliki peranan yang penting dalam terciptanya program pembangunan hutan kota. Partisipasi para pihak ini akan sangat membantu pemerintah dalam program pembangunan dan pengembangan hutan kota. Untuk itu diperlukan strategi untuk meningkatan partisipasi para pihak dalam pembangunan hutan kota sehingga pemerintah dapat mengoptimalkan partisipasi berbagai pihak dengan sebaik mungkin untuk membantu pengelolaan hutan kota yang ada.

1.2 Tujuan