meninggalkan Laki-laki autis. Adegan yang kedua, menceritakan tentang suasana kesedihan Bunda saat menyaksikan anaknya yang autis ditinggalkan oleh
Perempuan itu, demi melanjutkan hubungannya dengan anaknya yang normal, yaitu Laki-laki tampan itu.
Peristiwa keempat ini merupakan peristiwa pada tahap perumitan. Suasana di dalam cerita semakin memanas, karena konflik mulai mendekati puncaknya.
Konflik di dalam peristiwa keempat ini, adalah terbongkarnya hubungan antara Laki-laki tampan dengan Perempuan itu. Ternyata mereka menjalin hubungan
yang lebih yaitu sebagai sepasang kekasih. Hubungan mereka sudah diketahui oleh Bunda dan Laki-laki yang autis itu. Sementara itu, kedua anak Bunda sangat
membutuhkan kehadiran Perempuan itu. Pada akhirnya, Perempuan itu memilih untuk pergi bersama Laki-laki tampan itu, dan meninggalkan Laki-laki yang autis
itu. Saat-saat kepergian perempuan yang meninggalkan si autis inilah, konflik mulai mencapai puncaknya.
5. Peristiwa kelima
Peristiwa kelima menceritakan tentang keadaan setelah Bunda dan Laki- laki autis itu mengetahui hubungan Perempuan itu dengan Laki-laki tampan itu.
Setelah mereka mengetahui hubungan itu, kmudian Perempuan itu memutuskan untuk pergi meninggalkan Laki-laki autis. Perempuan itu memilih melanjutkan
hubungannya dengan saudara Laki-laki autis itu. Padahal, kedua Laki-laki anak Bunda itu sama-sama membutuhkan kehadiran Perempuan itu.
Pada peristiwa lima ini, setelah perempuan itu pergi meninggalkan Laki- laki autis tersebut, keadaan di rumah Bunda tidak ada suasana kebahagiaan. Laki-
laki autis itu setiap malam mengamuk, karena Perempuan itu tidak datang menemaninya menikmati malam sambil berbaring di atas rumput. Bunda sangat
sedih melihat keadaan anaknya yang autis itu berubah menjadi seperti orang gila karena ditinggalkan oleh perempuan itu.
Gambar 54
Gambar 55
Gambar 56 Pada gambar 54-56 di atas menunjukkan adegan saat Perempuan itu
meninggalkan Laki-laki autis itu.
Gambar 57
Gambar 58
Gambar 57 dan 58 menunjukkan bahwa Laki-laki autis itu sedang kebingungan saat ditinggalkan Perempuan itu.
Gambar 59
Gambar 60
Gambar 61
Gambar 62
Gambar 63
Gambar 64 Gambar 59-64, menunjukkan ekspresi marah dan mengamuk saat Laki-laki autis
itu sadar bahwa Perempuan itu telah pergi meninggalkan dirinya.
Gambar 65
Gambar 66 Sementara itu, pada gambar 65 dan 66 di atas, Bunda hanya bisa melihat kejadian
itu dari dalam rumah, sambil memegang dadanya yang menahan kesedihan. Peristiwa kelima ini merupakan tahap puncak. Pada tahap ini, merupakan
tahapan dimana konflik mencapai titik optimal. Konflik pada peristiwa ini mencapai puncaknya pada saat Laki-laki autis itu sadar bahwa perempuan itu
telah pergi meninggalkannya. Titik puncaknya berada pada Laki-laki autis itu mengamuk karena telah ditinggalkan perempuan itu untuk pergi bersama
saudaranya. Sang Bunda hanya dapat menyaksikan peristiwa tersebut tanpa dapat menahan kepergian Perempuan itu. Pada peristiwa lima ini, dapat diketahui
bahwa Laki-laki autis itu tidak dapat hidup tanpa Perempuan itu. Karena, hanya Perempuan itulah yang dapat memahami dunianya dan dengan sabar
menemaninya menjalani rutinitasnya, yaitu menyusun sabun, membetulkan mainan mobilnya, dan menikmati malam minggu dengan berbaring di atas
rumput.
6. Peristiwa keenam