Melakukan Peramalan Permintaan Produk
                                                                                BAB VI
ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH
6.1.Analisis 6.1.1.
Analisa Bullwhip Effect
Berdasarkan hasil perbandingan peramalan permintaan periode Januari- Desember  tahun 2013 dengan aktual permintaan tahun 2014 untuk  distributor
Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya  diperoleh bahwa jumlah permintaan berdasarkan peramalan  lebih rendah  dibandingkan aktual permintaan
nya.  Rata-rata  persentase  selisih  permintaan  untuk  distributor Indomaret, Carrefour, dan manufaktur masing-masing adalah 14,71,  35,11, dan 33 .
Pada jumlah permintaan produk yang selalu berubah-ubah, serta keengganan dalam melakukan komunikasi yang transparan dan akurat, telah
menimbulkan fenomena yang sering terjadi pada sistem rantai supply, yaitu adanya simpangan yang jauh antara permintaan  yang ada dengan penjualan.
Fenomena ini dinamakan bullwhip effect. Dalam pelaksanaan sistem supply chain  di PT. Coca-Cola  Amatil
Indonesia  Medan, telah  terjadi  bullwhip effect akibat    distorsi informasi permintaan dari rantai distributor  ke  rantai  manufakturnya.  Perbandingan hasil
peramalan permintaan tahun 2013 dengan aktual permintaan tahun 2014 menunjukkan adanya variabilitas permintaan yang menimbulkan inventori cukup
besar pada rantai supply  dan telah menyebabkan inefisiensi pada supply chain, yakni  bertambahnya beban inventory cost atau ongkos simpan. Hal ini
disebabkan kesalahan interpertasi data permintaan dan sistem informasi yang kurang terintegrasi pada rantai distribusinya.
Besarnya nilai bullwhip effect  diperoleh dari hasil bagi dari koefisien variansi permintaan  dengan  koefisien  variansi  penjualan.  Berdasarkan  hasil
identifikasi perhitungan bullwhip effect, diperoleh nilai bullwhip effect lebih kecil dari satu pada distributor Indomaret 0,5303, Carrefour 0,2969,  begitu juga
pada manufakturnya 0,5114. Nilai bullwhip effect tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi peningkatan variabilitas permintaan dalam supply chain. Semakin
besar nilai dari koefiesien variansi permintaan, semakin besar pula nilai bullwhip effect. Sebaliknya, semakin kecil  nilai dari koefiesien variansi permintaan,
semakin kecil  pula nilai bullwhip effect. Bullwhip effect dalam rantai supply dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Nilai Bullwhip Effect dalam Rantai Supply
PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan Rantai
Supply Indomaret
Carrefour
Distributor 0,5303
0,29697 Manufaktur
0,51136
Nilai  bullwhip effect lebih kecil dari satu, berarti tidak terjadi variabilitas permintaan pada rantai supply  distributor Indomaret,dan distributor Carrefour,
begitu juga dengan rantai supply  manufakturnya.  Namun nilai bullwhip effect yang  lebih kecil dari satu menunjukkan terjadinya peningkatan variabilitas
penjualan produk Pulpy Orange.
Berdasarkan hasil identifikasi nilai bullwhip effect  diketahui bahwa penyebab terjadinya bullwhip effect adalah:
1.  Demand Forecasting Updating Peramalan yang dilakukan tidak menggunakan permintaan dari konsumen
langsung atau retailer melainkan menggunakan peramalan permintaan yang diperoleh dari distribusi resmi. Tidak akuratnya permintaan yang dilakukan
pihak manufaktur mengakibatkan terjadinya variabilitas permintaan dalam rantai supply.
2.  Lot Sizing Lot sizing  ini memicu terjadinya bullwhip effect pada  supply chain. Retailer
yang menjual rata-rata 2 kotak produk pulpy orange PET X 24 MM tidak akan memesan tiap hari dengan  rata-rata 2 kotak produk  ke pusat distribusi.
Mereka mungkin akan memesan tiap 2 minggu dengan rata-rata ukuran pesanan sekitar 28 kotak  produk
.
Lot Sizing diperlukan karena proses produksi dan pengiriman produk tidak akan ekonomis jika dilakukan dalam
ukuran kecil. Permintaan pelanggan akhir yang  relatif stabil dari hari ke hari akan berubah menjadi order mingguan atau dua mingguan dari retailer
sehingga pusat distribusi akan menerima order yang lebih fluktuatif dibandingkan permintaan yang dihadapi oleh retailer.
3.  Rationing and Shortage Gaming Pihak distributor maupun retailer sering melakukan rationing, yakni ketika
mengetahui bahwa permintaan sering tidak terpenuhi seluruhnya, distributor berupaya membesarkan ukuran pesanan mereka dengan harapan kalau
dilakukan  rationing, mereka masih memperoleh jumlah yang cukup. Akibatnya, seringkali pada saat persediaan sebenarnya cukup, distributor dan
retailer mengubah atau membatalkan pesanan mereka. Cara seperti ini merusak informasi pasar pada supply chain. Pihak manufaktur  tidak akan
pernah mendapatkan informasi pasar yang mendekati kenyataan akibat motif gaming  dan spekulatif yang dilakukan oleh distributor maupun retailer.
Pabrik atau pemain hulu tidak akan dengan mudah membedakan antara kenaikan pesanan yang bermotif spekulatif dan peningkatan pesanan yang
murni merefleksikan peningkatan permintaan dari pelanggan akhir. 4.  Fluktuasi harga
Kebijakan promosi berupa pemberian diskon menyebabkan perubahan permintaan. Permintaan melonjak pada saat pemberian diskon dan mengalami
penurunan saat diskon dihentikan. Produksi dapat saja kekurangan  saat ada harga khusus yang diberikan kepada konsumen. Pada saat harga normal, stok
pada distributorpun menumpuk.
6.2.     Pembahasan 6.2.1.
Kebijakan Inventori dengan Model Q Metode Hadley-Within
Setelah melakukan pengendalian persediaan produk menggunakan model probabilistik Q dengan metode Hadley-Within maka pemesanan produk dapat
terencana dengan baik sehingga jumlah persediaan produk yang ada di gudang dapat dikontrol dan tidak akan mengalami kekurangan permintaan produk saat
proses  leadtime. Dengan demikian pelayanan PT. Coca Cola Amatil Indonesia
200 400
600 800
1  3  5  7  9  11  13
Carrefour
GR Porel
Poh
Medan terhadap pelanggan dapat terpenuhi meskipun adanya fluktuasi permintaan produk dari pelanggan terhadap perusahaan.
Penyelesaian  kebijakan inventori  yang optimal sebagai jalan meminimasi beban inventori  meliputi  ukuran lot pemesanan, saat pemesanan dan cadangan
pengaman safety stock.    Gambar 6.1  merupakan hasil perbandingan aktual permintaan untuk tahun 2014 dengan order yang seharusnya dirilis berdasarkan
kebijakan penentuan inventori yang optimal menggunakan DRP Distribution Requirement Planning.
Gambar 6.1. Grafik Perbandingan Aktual Permintaan  dengan Order Rilis Tahun 2014
1000 2000
3000 4000
5000
1 3
5 7
9  11
Indomaret
GR Porel
Poh
1000 2000
3000 4000
5000 6000
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10 11 12 13
Manufaktur
GR Porel
Poh
                