Cold Drink Equipment Manager

masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang. Faktor-faktor kunci yang dikelola dalam supply chain meliputi : 1. Pengelolaan relasi dengan konsumen. 2. Pengelolaan pelayanan kepada konsumen. 3. Sistem pengelolaan permintaan. 4. Sistem pengaturan aliran manufaktur. 5. Sistem pengadaan bahan baku. 6. Pengembangan produk dan proses komersial. 7. Pengembalian produk. Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu upstream ke hilir downstream. Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke bagian logistik. Setelah bahan baku selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing divisi sering dibutuhkan oleh distributor maupun oleh instansi. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh instansi. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh instansi yang mengirim maupun yang menerima. Instansi pengapalan harus membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak berkepentingan bisa memonitor untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat. Gambar 3.1 memberikan ilustrasi konseptual sebuah supply chain. supplier manufacturer distributor Riteltoko consumer Finansial : invoice, term pembayaran Material : bahan baku, komponen, produk jadi Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation Finansial : pembayaran Material : retur, recycle,repair Informasi : order, ramalan Gambar 3.1. Simplifikasi Model Supply chain dan 3 Macam Aliran yang Dikelola Chain 1 : Suppliers Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku , bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam artinya yang murni, ini termasuk juga suppliers`supplier atau sub-supplier. Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi supplier`supplier biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata ratai yang pertama. Chain 1-2 : Suppliers → Manufacturer Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengolah, mengkonversikan atau pun menyelesaikan barang finishing. Untuk keperluan tulisan ini, sebut saja bentuk yang bermacam-macam tadi sebagai manufacturer. Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer, dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40-60, bahkan lebih dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya penghematan ini dapat diperoleh. Chain 1-2-3 : Suppliers → Manufacturer → Distributor Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada para pelanggan konsumen. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari instansi melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaller atau pedagang besar dalam jumlah besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer. Chain 1-2-3-4 : Suppliers → Manufacturer → Distribution → Retail Outlets Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Dalam hal ini terdapat kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah persediaan dan biaya gudang, dengan cara melakukan design kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke pengecer. Walaupun ada beberapa instansi yang langsung mendistribusikan barang hasil produksinya kepada pelanggan, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti diatas. Chain 1-2-3-4-5 : Suppliers → Manufacturer → Distribution → Retail Outlets → Customer Dari rak-raknya, para pengecer atau supplier atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut dalam hal ini mungkin bisa disebut departemen. Yang termasuk outlet adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli yang mendatangi retail outlets ke real customers atau real user. Mata rantai supply baru betul-betul berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai langsung pemakai yang sebenarnya barang atau jasa dimaksud.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Coca Cola Amatil Indonesia yang bergerak dalam bidang produksi minuman . Perusahaan ini berlokasi di Jl. Medan Belawan Km. 14, Simpang Martubung, Medan - Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September hingga bulan Desember 2014.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Action Research. Action Research merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan temuan-temuan praktis untuk keperluan pengambilan operasional. Tujuan penelitian ini untuk pengambilan keputusan operasional guna mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan baru. Sinulingga, 2011.

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah distributor Indomaret, dan distributor Carrefour dengan data yang diamati yaitu data permintaan produk Pulpy Orange. Pemilihan distributor dikarenakan area pemasaran distributor yang sangat luas, selain itu distributor tersebut juga mempunyai retailer-retailer yang besar sehingga jumlah permintaan yang diterima oleh perusahaan juga sangat besar.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Independen Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: a. Jumlah penjualan, yaitu jumlah penjualan dari rantai manufaktur yang dikirimkan kepada distributor b. Jumlah permintaan, yaitu jumlah permintaan yang diterima dari distributor 2. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah inventory cost sebagai fokus investigasi penelitian

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah perancangan kerangka konseptual yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1. Bullwhip effect Jumlah penjualan Jumlah permintaan Distorsi Informasi Diskon Inventory cost Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian 4.6. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu: 1. Data primer berupa entitas pada setiap level distribusi dan aliran distribusi barang yang meliputi prosedur pemesanan dan pengiriman produk jadi. 2. Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui pihak perusahaan dan karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan yaitu: a. Data penjualan produk b. Data permintaan produk c. Biaya pesan, biaya simpan dan biaya kekurangan persediaan produk d. Leadtime pemesanan produk Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Wawancara Wawancara dilakukan tanya jawab dengan pihak manajemen distributor yang bekerja di perusahaan tersebut mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sistem pendistribusian produk PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan. Responden yang dipilih dalam wawancara tersebut adalah seorang manager distribution PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan dengan instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner terbuka yang mencakup informasi distribusi aliran barang di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan. Teknik pemilihan responden adalah purposive sampling yaitu sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Manager distribution diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut memiliki informasi sistem distribusi produk yang diperlukan dalam penelitian. 2. Teknik kepustakaan Teknik kepustakaan diperoleh melalui mempelajari buku-buku dan jurnal internet yang berkaitan rantai supply dengan pendekatan dari metode yang digunakan yaitu Model Q dengan pendekatan Hadley-Within.

4.7. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: 1. Melakukan peramalan permintaan terhadap permintaan tahun 2013 dengan metode Simple Exponential Smoothing dan metode Hold. Hasil peramalan permintaan tahun 2013 akan menjadi permintaan produk untuk tahun 2014. 2. Membandingkan hasil peramalan permintaan tahun 2013 atau permintaan produk tahun 2014 dengan permintaan aktual tahun 2014. 3. Perhitungan bullwhip effect dilakukan dengan membandingkan koefisien variansi permintaan dengan koefisien variansi penjualan. Nilai dari koefisien variansi diperoleh terlebih dahulu mencari rata-rata maupun standar deviasi untuk permintaan maupun penjualan produk. 4. Kebijakan pengendalian persediaan dilakukan dengan perhitungan optimalisasi persediaan dengan model Q menggunakan pendekatan Hadley- Within sehingga diperoleh ukuran lot pemesanan ekonomis q dan cadangan pengaman ss yang optimum. Ukuran lot pemesanan ekonomis q dan cadangan pengaman ss yang optimum yang telah diperoleh kemudian akan diinput ke dalam bentuk Distribution Requirement Planning, dan didapatkan order rilis yang optimal. Flow chart pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 4.2.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Dalam penyelesaian masalah pada penelitian ini, dibutuhkan sejumlah data yang relevan, yakni lead time pemesanan produk jadi oleh distributor, biaya pemesanan produk, biaya simpan, biaya kekurangan persediaan stockout cost,dan data jumlah permintaan produk jadi.

5.1.1. Lead Time Pemesanan

Lead time pemesanan adalah jangka waktu yang dibutuhkan dari pelepasan order PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan sampai diterima oleh gudang distributor di wilayah pemasaran. Komponen-komponen yang termasuk dalam lead time pemesanan adalah: a. Waktu pelepasan order b. Waktu pemuatan Barang Loading c. Waktu Perjalanan In transit d. Waktu Bongkar Unloading Lead time pemesanan bahan baku maupun produk jadi dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Lead Time Pemesanan No. Keterangan Lead Time Hari 1 Produk Jadi Manufaktur-Distributor 1 2 Produk Jadi Distributor-Retailer 1 Sumber: PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan

5.1.2. Biaya Pemesanan Distributor Medan

Biaya pemesanan terdiri atas biaya untuk sekali pesan satu kotak produk Pulpy Orange PET X24 yaitu sebesar Rp 2.000.

5.1.3. Rata-rata Biaya Simpan Produk Jadi

Biaya simpan bahan dan produk jadi terdiri dari beberapa elemen biaya yaitu biaya yang diperkirakan akibat adanya modal yang tertanam dalam persediaan capital cost, Biaya yang diperhitungkan akibat adanya penurunan nilai produk yang disimpan deterioration cost, biaya pengawasan, pemindahan produk, pencatatan dan biaya pemeliharaan produk. Besarnya biaya simpan untuk distributor ditetapkan sebesar 85 dari harga pembelian produk. Dengan demikian biaya simpan untuk produk produk Pulpy Orange PET X24 sebesar Rp 98.600 per kotak di level distributor.

5.1.4. Biaya Kekurangan Persediaan Produk Jadi

Ketidaktersediaan produk jadi di gudang distributor pada jumlah yang dibutuhkan diakibatkan perusahaan tidak mampu melakukan kegiatan produksi dan memenuhi permintaan produk jadi. Berdasarkan pengalaman dan dikarenakan perusahaan tidak menginginkan sampai kehilangan penjualan maka ditetapkan besarnya biaya ketidaktersediaan produk jadi oleh pihak manajemen sebesar 10 dari harga produk yaitu Rp 11.600 untuk produk Pulpy Orange per kotak.

5.1.5. Data Permintaan Produk

Data permintaan produk untuk periode Januari 2013 – Desember 2013 untuk distributor Indomaret dan Carrefour dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Data Permintaan Distributor Tahun 2013 kotak Bulan Indomaret Carrefour Januari 1434 109 Februari 1532 123 Maret 1686 145 April 1845 163 Mei 2064 178 Juni 3028 394 Juli 3818 364 Agustus 1752 178 September 1324 178 Oktober 1534 116 November 2812 196 Desember 3106 230 Total 25935 2374 Sumber: PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan Pada Tabel 5.3. disajikan data aktual permintaan untuk distributor Indomaret dan Carrefour tahun 2014. Tabel 5.3. Data Aktual Permintaan Distributor Tahun 2014 kotak Bulan Indomaret Carrefour Januari 1715 152 Februari 1832 175 Maret 1978 181