Analisis Bullwhip Effect pada Rantai Supply dengan Model Q Menggunakan Pendekatan Hadley-Within di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan

(1)

ANALISIS BULLWHIP EFFECT PADA RANTAI SUPPLY

DENGAN MODEL Q MENGGUNAKAN

PENDEKATAN HADLEY-WITHIN

DI PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA MEDAN

T U G A S S A R J A N A

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh

MARTHA P.S. PANGGABEAN NIM : 100403074

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi Reguler Strata Satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul untuk tugas sarjana ini adalah “Analisis Bullwhip Effect pada Rantai Supply dengan Model Q Menggunakan Pendekatan Hadley-Within di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan”.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Penulis juga mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Laporan tugas sarjana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, jurusan teknik industri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS MEDAN,MARET 2015


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam melaksanakan penelitian tugas sarjana sampai dengan selesainya laporan ini, banyak pihak yang telah membantu, karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Koordinator Tugas Sarjana yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan-arahan yang mendukung penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II penulis yang bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan, motivasi, serta kepercayaan kepada penulis untuk mengerjakan laporan tugas sarjana ini. 4. Seluruh Dosen di Departemen Teknik Industri USU atas segala ilmu dan

bimbingan yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan, serta seluruh Staff Administrasi yang ada di Departemen Teknik Industri USU.

5. Bapak Ahmad Nasoha dan Bapak Suhardani selaku Pembimbing Lapangan penulis dan seluruh jajaran Staff di lingkungan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian tugas sarjana.


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH (LANJUTAN)

6. Teristimewa kedua orang tua Bapak Henry Panggabean dan Ibu Tiorita Batubara, S. Pd atas doa, nasihat, bimbingan dan dukungan moril dan materil, yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi penulis untuk tetap semangat dalam perkuliahan dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

7. Rekan-rekan dan adik-adik asisten di Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, Teknik Industri, Fakultas Teknik USU (Nadia, Saryanta, Gavrilo, Reza, Aziz, Joseph, Adra, Willy, Poppy, Loli, Marina, Rama, Holongan, Sarmida, Erin, Rian, Andi, Savudan, Tri dan Jennifer). 8. The Seven B, rekan kelas istimewa di Kelas B 2010 Teknik Industri USU

(Theresia, Nadhira, Cici, Tanesia, Saryanta, dan Rahel).

9. Rekan-rekan seperjuangan di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan, Rahel Agustin serta teman-teman Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik USU khususnya stambuk 2010 (Andy, Citra) yang telah memberikan semangat serta dorongan untuk menyelesaikan laporan ini, dan semua pihak yang telah banyak membantu.

10.Rekan-rekan Perkantas Otto, Christine, Leo, Maria, Anggreyani, Ariyanto, Dian, Netty, Hanna, Joshua, Rudi, Pendi, Januari atas dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian dan pengerjaan tugas akhir.


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah... I-4 1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-5 1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-6 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-7

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.4. Daerah Pemasaran ... II-2 2.5. Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.5.1. Struktur Organisasi ... II-3 2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5 2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-13 2.5.3.1. Tenaga Kerja ... II-13 2.5.3.2. Jam Kerja ... II-13 2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-15 2.6. Proses Produksi ... II-15 2.6.1. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-16 2.6.2. Bahan yang Digunakan ... II-16 2.6.3. Uraian Proses Produksi ... II-20 2.7. Mesin dan Peralatan ... II-21 2.8. Utilitas ... ... II-23 2.9. Perawatan Mesin dan Peralatan... II-24 2.10.Safety and Fire Protection ... II-24 2.11. Pengolahan Limbah ... II-25 2.12. Aktivitas dan Mekanisme Pada Sistem Supply Chain


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.12.1. Aktivitas dan Mekanisme di Bagian Persediaan

Bahan Baku ... II-28 2.12.2. Aktivitas dan Mekanisme di Bagian Produksi ... II-29 2.12.3. Aktivitas dan Mekanisme di Bagian Pemasaran ... II-30

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Konsep Supply Chain ... III-1 3.1.1. Supply Chain Management ... III-6 3.1.2. Strategi Supply Chain ... III-7 3.2. Bullwhip Effect ... III-7 3.2.1. Pengukuran Bullwhip Effect ... III-8 3.3. Model Probabilistik Q ... III-9 3.3.1. Karakteristik Model Q ... III-10 3.3.2. Mekanisme Pengendalian Model Q Kasus Lost

Sales ... III-12

3.3.3. Komponen Model ... III-13 3.3.4. Formulasi Model Q (G. Handley and T.M Within)

Kasus Lost Sales ... III-15 3.4. Peramalan ... ... III-22


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.4.2. Peramalan Kuantitatif ... III-23 3.5. Penentuan Ukuran Lot (Lot Sizing) ... III-33

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.6. Metode Pengumpulan Data ... IV-3 4.7. Pengolahan Data ... IV-4 4.8. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-6 4.9. Kesimpulan dan Saran ... IV-7 4.10. Block Diagram Metode Penelitian ... IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Aliran Distribusi Barang ... V-1 5.1.2. Entitas pada Setiap Level Distribusi ... V-2 5.1.2.1. Supplier ... V-2


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.2.2. Manufaktur ... V-2 5.1.2.3. Distributor ... V-2 5.1.2.4. Retailer ... V-3 5.1.3. Lead Time Pemesanan ... V-3 5.1.4. BiayaPemesanan Distributor Medan ... V-4 5.1.5. Rata-rata Biaya Simpan Produk Jadi ... V-4 5.1.6. BiayaKekurangan Persediaan Produk Jadi ... V-4 5.1.7. Data Permintaan Produk ... V-5 5.2. Pengolahan Data ... V-6 5.2.1. Melakukan Peramalan Permintaan Produk ... V-6 5.2.1.1. Peramalan Permintaan Distributor

Indomaret ... V-7 5.2.1.2.Peramalan Permintaan Distributor

Carrefour ... V-17 5.2.2. Perhitungan Bullwhip Effect ... V-29 5.2.3. Perhitungan Pengendalian Persediaan ... V-36 5.2.3.1. Kebijakan Inventori Optimal ... V-36 5.2.4. Perhitungan Distribution Requirement Planning V-42


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis ... VI-1 6.1.1. Analisis Bullwhip Effect ... VI-1 6.2. Pembahasan ... VI-5 6.2.1. Kebijakan Inventori dengan Model Q (Metode

Hadley-Within) ... VI-5 6.2.2. Usulan Mengurangi Bullwhip Effect ... VI-7

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan... VII-1 7.2. Saran ... VII-2 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data Permintaan dan Penjualaan Produk Pulpy Orange

Indomaret ... I-2 2.1. Tenaga Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja ... II-13 2.2. Data Mesin dan Peralatan Produksi PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Medan ... II-22 2.3. Lead Time Pemesanan Bahan Baku ... II-29 3.1. Kegiatan-kegiatan Utama Supply Chain Management ... III-6 5.1. Lead Time Pemesanan ... V-4 5.2. Data Permintaan Distributor Tahun 2013 (kotak) ... V-5 5.3. Data Aktual Permintaan Distributor Tahun 2014 (kotak) V-5 5.4. Data Permintaan Distributor Indomaret Tahun 2013 ... V-7 5.5. Hasil Peramalan Dengan Metode Simple Exponential

Smoothing Berdasarkan Tahun 2013 ... V-9 5.6. Parameter Regresi Linier Metode Hold ... V-10 5.7. Hasil Peramalan Dengan Metode Hold ... V-12 5.8. Perhitungan Kesalahan Peramalan Metode SES ... V-13 5.9. Perhitungan Kesalahan Peramalan Metode Hold ... V-14 5.10. Rekapitulasi Nilai MSE dan MAPE Setiap Metode PeramalanV-14 5.11. Perhitungan Hasil Verifikasi ... V-15 5.12. Hasil Peramalan Permintaan Indomaret Tahun 2014 ... V-16


(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.13. Data Permintaan Distributor Carrefour Tahun 2013 ... V-17 5.14. Hasil Peramalan Dengan Metode Simple Exponential

Smoothing Berdasarkan Tahun 2013 ... V-19 5.15. Parameter Regresi Linier Metode Hold ... V-20 5.16. Hasil Peramalan Dengan Metode Hold ... V-22 5.17. Perhitungan Kesalahan Peramalan Metode SES ... V-23 5.18. Perhitungan Kesalahan Peramalan Metode Hold ... V-24 5.19. Rekapitulasi Nilai MSE dan MAPE Setiap Metode PeramalanV-25 5.20. Perhitungan Hasil Verifikasi ... V-25 5.21. Hasil Peramalan Permintaan Carrefour Tahun 2014... V-27 5.22. Hasil Perbandingan Peramalan Permintaan dengan

Permintaan Aktual Distributor Indomaret Tahun 2014... V-27 5.23. Hasil Perbandingan Peramalan Permintaan dengan

Permintaan Aktual Distributor Carrefour Tahun 2104... V-28 5.24. Hasil Perbandingan Total Permintaan dari Hasil Peramalan

dengan Permintaan Aktual Manufaktur Tahun 2014 ... V-29 5.25. Perhitungan Bullwhip Effect DistributorIndomaret ... V-31 5.26. Perhitungan Bullwhip Effect DistributorCarrefour ... V-32 5.27. Perhitungan Bullwhip Effect pada Rantai Manufaktur ... V-34 5.28. Rekapitulasi Hasil Identifikasi Nilai Bullwhip Effect ... V-35


(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.29. Perhitungan Pengendalian Persediaan Distributor Indomaret Tahun 2014... V-41 5.30. Perhitungan Pengendalian Persediaan Distributor Carrefour

Tahun 2014... V-42 5.31. Perhitungan Pengendalian Persediaan Manufaktur Tahun

2014... V-42 5.32. Distribution Requirement Planning Distributor Indomaret V-44 5.33. Distribution Requirement Planning Distributor Carrefour

Citra Garden... ... V-44 5.34. Distribution Requirement Planning Rantai Manufaktur V-45 5.35. Perbandingan Aktual Permintaan Tahun 2014 dengan

Order Rilis Tahun 2014... ... V-47 5.36. Rekapitulasi Hasil Identiifkasi Nilai Bullwhip Effect ... V-48


(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Coca Cola Amatil Indonesia

Medan ... II-4 2.2. Proses Produksi PT.Coca Cola Amatil Indonesia Medan . II-15 2.3. Blok Diagram Pembuatan Carbonated Soft Drink ... II-20 2.4. Diagram Pengolahan Limbah Cair ... II-27 2.5. Mekanisme Perencanaan dan Persediaan Bahan Baku ... II-28 2.6. Diagram Aliran Material di Bagian Produksi ... II-29 2.7. Aktivitas dan Mekanisme di Bagian Pemasaran ... II-30 3.1. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang

Dikelola ... III-3 3.2. Situasi Persediaan dengan Model Q ... III-11 3.3. Mekanisme Pengendalian Inventori Menurut Model Q .... III-13 3.4. Posisi Inventori dalam Keadaan Steady State ... III-17 3.5. Langkah-langkah Peramalan Secara Kuantitatif ... III-24 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.2. Flow chart Pengolahan Data ... IV-6 4.3. Block Diagram Metode Penelitian ... IV-8 5.1. Aliran Distribusi Barang PT Coca-Cola Amatil Indonesia

Medan ... V-1 5.2. Diagram Pencar Permintaan Indomaret Tahun 2013 ... V-8


(17)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.3. Moving Range Chart Peramalan Permintaan Indomaret .. V-16 5.4. Diagram Pencar Permintaan Carrefour Tahun 2013 ... V-18 5.5. Moving Range Chart Peramalan Permintaan Carrefour ... V-26 6.1. Nilai Bullwhip Effect dalam Supply Chain PT. Coca Cola

Amatil Indonesia Medan ... VI-3 6.2. Grafik Perbandingan Aktual Permintaan dengan Order ...

Rilis Tahun 2014 ... VI-6 6.3. Nilai Bullwhip Effect Setelah Dilakukan Kebijakan


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Tabel Distribusi Normal ... L-1 2. Tugas Permohonan Tugas Sarjana Halaman 1 ... L-2 3. Tugas Permohonan Tugas Sarjana Halaman 2 ... L-3 4. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana di PT. Coca

Cola Amatil Indonesia Medan... L-4 5. Surat Balasan Penerimaan Riset Tugas Sarjana di PT.

Coca Cola Amatil Indonesia Medan ... L-5 7. Surat Keputusan Tugas Sarjana Mahasiswa... L-7


(19)

ABSTRAK

PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi pembuatan minuman dalam kemasan. Dalam sistem distribusi produk di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan, diperoleh bahwa jumlah permintaan berdasarkan hasil peramalan tahun 2013 lebih rendah dibandingkan aktual permintaan pada distributor dan manufaktur tahun 2014 dengan persentase rata-rata selisih untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan manufaktur masing-masing sebesar 14,71%, 35,11%, dan 33 %. Distorsi informasi terhadap permintaan produk ini dapat mengevaluasi adanya bullwhip effect pada rantai

supply. Berdasarkan hasil perhitungan bullwhip effect, diperoleh nilai bullwhip effect untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya masing-masing sebesar 0,5303; 0,2967, dan 0,5114. Nilai bullwhip effect yang lebih kecil dari satu tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan variabilitas penjualan produk yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya pada sistem inventori. Usulan perbaikan untuk mengatasi bullwhip effect yaitu dengan melakukan kebijakan pengendalian persediaan dengan model Q menggunakan pendekatan Hadley-Within, sehingga diperoleh ukuran lot pemesanan ekonomis (qo) dan cadangan pengaman (ss) yang optimal masing-masing untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya sebesar 73,7,75 (kotak), dan 41,4,48 (kotak). Nilai bullwhip effect setelah dilakukan kebijakan pengendalian persediaan untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya masing-masing sebesar 1,0721; 1,100; dan 1,0714. Nilai bullwhip effect yang mendekati satu tersebut menunjukkan bahwa variansi antara jumlah permintaan dan jumlah penjualan hampir seimbang sehingga dapat menghemat inventory cost

pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan.


(20)

ABSTRAK

PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi pembuatan minuman dalam kemasan. Dalam sistem distribusi produk di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan, diperoleh bahwa jumlah permintaan berdasarkan hasil peramalan tahun 2013 lebih rendah dibandingkan aktual permintaan pada distributor dan manufaktur tahun 2014 dengan persentase rata-rata selisih untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan manufaktur masing-masing sebesar 14,71%, 35,11%, dan 33 %. Distorsi informasi terhadap permintaan produk ini dapat mengevaluasi adanya bullwhip effect pada rantai

supply. Berdasarkan hasil perhitungan bullwhip effect, diperoleh nilai bullwhip effect untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya masing-masing sebesar 0,5303; 0,2967, dan 0,5114. Nilai bullwhip effect yang lebih kecil dari satu tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan variabilitas penjualan produk yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya pada sistem inventori. Usulan perbaikan untuk mengatasi bullwhip effect yaitu dengan melakukan kebijakan pengendalian persediaan dengan model Q menggunakan pendekatan Hadley-Within, sehingga diperoleh ukuran lot pemesanan ekonomis (qo) dan cadangan pengaman (ss) yang optimal masing-masing untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya sebesar 73,7,75 (kotak), dan 41,4,48 (kotak). Nilai bullwhip effect setelah dilakukan kebijakan pengendalian persediaan untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya masing-masing sebesar 1,0721; 1,100; dan 1,0714. Nilai bullwhip effect yang mendekati satu tersebut menunjukkan bahwa variansi antara jumlah permintaan dan jumlah penjualan hampir seimbang sehingga dapat menghemat inventory cost

pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industri manufaktur yang semakin pesat menyebabkan persaingan dalam dunia industri menjadi sangat ketat dan kompetitif. Perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan koordinasi dan kolaborasi antara pihak-pihak dalam rantai supply. Sistem rantai supply yang baik memberikan kontribusi yang optimal bagi perusahaan, karena dapat meningkatkan kemampuan dalam menyediakan produk yang tepat, pada waktu yang tepat, dan pada kondisi yang diinginkan. Strategi menjaga rantai supply

merupakan kunci dalam menguasai ataupun mempertahankan pasar.

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan merupakan salah satu anak perusahaan dari The Coca-Cola Company yang bergerak dalam bidang pembotolan dan pendistribusian minuman ringan. Perusahaan ini dipercayakan untuk memproduksi dan mendistribusikan produk-produknya ke wilayah provinsi Sumatera Utara, Aceh, dan Batam. Area pemasaran yang demikian luas menuntut PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan harus mampu merencanakan dan mengendalikan persediaan produk jadi dengan tepat untuk memenuhi permintaan dan stok produk perusahaan.


(22)

Pulpy Orange merupakan produk yang paling banyak dan signifikan diproduksi oleh PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan dibandingkan jenis produk minuman lainnya. dan bersifat make to stock sehingga dapat menimbulkan penumpukan produk (over stock) ataupun kekurangan produk (stock out) apabila perencanaan tidak akurat. Data produksi produk coca cola tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data Produksi Jenis Produk Coca Cola Tahun 2014 (kotak)

Bulan Pulpy Orange

Coca Cola

Coca Cola

Zero Sprite

Fanta Strawbery Frestea Jasmine Frestea Apple

Januari 13962 5958 377 5262 5264 1916 1374

Februari 22222 4468 143 4037 5336 2165 1490

Maret 33024 7318 1058 6666 7542 3170 2148

April 34292 9032 762 7673 7684 2788 3199

Mei 59672 12392 655 10620 15930 3902 5933

Juni 111065 15159 519 16412 18795 2916 13537

Juli 27781 15016 354 10161 14843 4180 10718

Agustus 14061 10801 266 10180 10750 6039 9963

September 18206 5013 677 5554 6076 3661 11456

Oktober 13641 6436 860 6674 1631 3520 8454

Nopember 15193 7002 901 4436 7129 3632 8853

Desember 24625 25380 995 23165 25675 5075 1318

Total 387744 123975 7567 110840 126655 42964 78443

Sumber: PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan

Data permintaan dan penjualan produk Pulpy Orange dari salah satu distributor yang diteliti, yakni distributor Indomaret dapat dilihat pada Tabel 1.2.


(23)

Tabel 1.2. Data Permintaan dan Penjualan Distributor Indomaret Tahun 2014 (kotak)

Bulan Permintaan Penjualan Selisih % Selisih

Januari 1715 1893 178 10,3790

Februari 1832 2021 189 10,3166

Maret 1978 2183 205 10,3640

April 2147 2362 215 10,0140

Mei 2385 2628 243 10,1887

Juni 3514 3865 351 9,9886

Juli 4242 4676 434 10,2310

Agustus 2026 2239 213 10,5133

September 1530 1680 150 9,8039

Oktober 1787 1962 175 9,7929

Nopember 3884 4264 380 9,7837

Desember 2927 3151 224 7,6529

Total 29967 32924 2957 119

Sumber: PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan

Tabel 1.1. menunjukkan bahwa terdapat selisish yang variatif antara jumlah permintaan dengan jumlah penjualan yang menimbulkan pembengkakkan inventori (over stock) pada periode Januari hingga Juli 2014, Nopember dan Desember 2014 serta kekurangan produk (stock out) pada periode Agustus hingga Oktober 2014. Overstock dan stock out disebabkan oleh permintaan yang cenderung mengalami perubahan. Dalam sistem distribusi produk di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan, distributor sering melebih-lebihkan order permintaan kepada manufaktur sebesar 10 % dan manufaktur juga berproduksi dalam jumlah yang dilebih-lebihkan untuk menghindari lonjakan permintaan. Perubahan ini menyebabkan distorsi permintaan dari pihak-pihak dalam rantai


(24)

terdapat selisih yang variatif antara jumlah permintaan dengan jumlah penjualan. Fenomena ini disebut sebagai bullwhip effect. Bullwhip effect menyebabkan inefisiensi pada rantai supply, yaitu bertambahnya inventori yang menimbulkan

inventory cost.

Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan, perlu dilakukan kebijakan pengendalian persediaan produk. Pada jumlah permintaan yang berfluktuasi digunakan model probabilistik, berbeda dengan model deterministik yang selalu diketahui dengan pasti permintaannya. Dalam menangani fenomena probabilistik ditempuh dengan model Q karena bersifat responsif bila terjadi kekurangan barang dibandingkan dengan model lainnya. Selain itu, besarnya cadangan pengaman lebih akurat sebab ditetapkan secara simultan dengan optimalitas ongkos. Kebijakan inventori model Q dengan pendekatan Haldey-Within mempunyai kelebihan dalam penentuan ukuran lot ekonomis dan cadangan pengaman, sebab mudah dipecahkan secara analitik dan pencarian solusinya dilakukan dengan cara iteratif.

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa model probabilistik Q dengan pendekatan Hadley-Wihtin dapat digunakan sebagai solusi pemecahan masalah untuk mengurangi bullwhip effect . Nurul Novianti (2013) dalam penelitiannya menggunakan model probabilistik Q dengan metode Hadley-Wihtin untuk melakukan pengendalian persediaan barang. Model ini dapat membantu untuk menentukan jumlah safetystock yang harus disiapkan setiap dilakukan pemesanan kepada distributor secara lebih optimal dengan meminimalkan total biaya pembelian. Parwati (2009) melakukan penelitian dengan menggunakan


(25)

pendekatan Supply Chain Management guna menganalisis efektivitas sistem distribusi produk dan untuk memenimalisasi total biaya persediaan digunakan model Q.

Penelitian tersebut digunakan sebagai alat pendukung bahwa model probabilistik Q dengan pendekatan Hadley-Wihtin merupakan model yang tepat digunakan dalam pemecahan masalah untuk mengatasi bullwhip effect. Dengan menggunakan model Q melalui pendekatan Hadley-Within akan diperoleh kebijakan pengadaan inventori barang yang meliputi besarnya ukuran lot pemesanan ekonomis, cadangan pengaman, dan total ekspektasi persediaan sehingga dapat meminimalisir pertambahan inventori pada rantai supply.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang terdapat pada perusahaan adalah terjadinya bullwhip effect yang diakibatkan distorsi informasi pada rantai supply, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan perumusan masalah yaitu bagaimana menganalisis bullwhip effect pada rantai

supply dengan menggunakan model Q melalui pendekatan Hadley-Within agar tidak mengganggu sistem distribusi produk di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan.


(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan merupakan pengembangan dari penemuan Dr. John Styth Pemberton secara industri. Pada tahun 1892, Pemberton menjual hak cipta Coca-cola pada Assa Candler, yang kemudian mendirikan perusahaan bernama PT. Coca-Cola Company di Atlanta, Amerika Serikat yang kini menjadi kantor pusat Coca-Cola seluruh dunia.

Pada tahun 1932, Coca-cola mulai diperdagangkan di Indonesia. Kemudian, perusahaan ini berganti nama menjadi Indonesia Beverages Limited

(IBL). Tahun 1971 IBL menjalin kerjasama dengan tiga perusahaan Jepang dan membentuk Djaya Beverages Bottling Company (DBBC). Pada Tanggal 12 Oktober 1993, sebuah perusahaan publik Australia mengambil alih kepemilikan DBBC dan berubah nama menjadi Coca-Cola Amatil Indonesia.

Hingga saat ini tercatat 11 pabrik Coca-cola yang beroperasi di berbagai provinsi di Indonesia. Salah satunya berada di Medan. Pada tanggal 1 Januari tahun 2000, perusahaan pembotolan dan distribusi Coca-cola yang berada dibawah manajemen Coca-Cola Amatil berubah nama menjadi PT. Coca-cola Amatil Indonesia untuk perusahaan pembotolan dan PT. Coca-cola Distribution Indonesia untuk perusahaan distribusi.


(27)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan bergerak dalam bidang pembuatan minuman dalam kemasa. PT. Coca-cola Amatil Indonesia sudah memiliki lebih dari 18000 retailer produk coca-cola. Hal ini membuat produk Coca-cola semakin mudah untuk diperoleh dimana saja dengan harga yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan berada di Jalan Medan – Belawan Km 14, Martubung. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan memiliki luas sebesar 51353 m2 (5,1 Ha).

2.4. Daerah Pemasaran

Produk yang dihasilkan oleh PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan adalah minuman berkarbonasi dan non karbonasi seperti coca-cola, sprite, fanta, frestea, pulpy, ades. Pada umumnya daerah pemasarannya adalah daerah Provinsi Sumatera Utara, Batam dan D.I.Aceh. Dalam pelaksanaannya, untuk memperlancar pendistribusian produk PT. Coca-cola Amatil Indonesia Medan memiliki beberapa subdistributor, yaitu Medan, Kabanjahe, Tebing Tinggi, P.Siantar, Rantau Parapat, Kisaran, P.Sidempuan, Langsa, Lhoksemawe, Banda Aceh, Meulaboh, Sibolga, Balige, dan Indrapura. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan memiliki beberapa distributor center, yaitu:

1. Medan 2. Banda Aceh


(28)

3. Langsa

4. Lhokseumawe 5. Kisaran

6. Pematangsiantar 7. Rantau Prapat 8. Sigli

9. Batam

Dari antara daerah pemasaran yang menjadi sasaran pendistribusian produk, Medan adalah daerah yang cukup strategis dan potensial, karena tingginya permintaan dibandingkan dengan daerah lain.

2.5. Organisasi dan Manajemen 2.5.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan perwujudan dari fungsi-fungsi, wewenang, dan tanggung jawab yang saling berhubungan. Struktur organiasi PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan merupakan lini atau garis. Segala ketentuan, keputusan atau segala kebijaksanaan ada di tangan satu orang, yaitu pucuk pimpinan. Struktur organiasi lini adalah suatu bentuk organisasi dimana pucuk pimpinan (manager atau chief excecutive) dipandang sebagai sumber kekuasaan tunggal. Dari pucuk pimipinan sampai kepada bawahan berlangsung menurut garis komando. Gambar 2.1 merupakan struktur organiasi PT. Cola Cola Amatil Indonesia Medan.


(29)

General Manager

Secretary

GSM NS HRM NS/CS Tech. Opr. Mgr. NS Finance Mgr. NC/CS BSM NS/CS

ASM Horeca ASM MSF ASM Batam ASM Medan ASM Outer ASM Aceh ASM BD AMM CSS Mgr

C&B Mgr O&D Mgr IR/GA Mgr PR Manager OHS Mgr QA Manager QMS Manager Production Mgr M&E Manager D&OP Mgr W&T Mgr MA Mgr Tax & AR off Head Examiner Procurement Mgr

S&M Accountant

CDES Mgr Flet Mgr FA Manager IS&T Officer


(30)

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut:

1. General Manager

a. Menentukan dan merumuskan kegiatan utama dalam perusahaan untuk pencapaian tujuan umum perusahaan

b. Mengakoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang di delegasikan kepada

manager-manager dan menjalin hubungan baik dengannya

c. Membuat peraturan-peraturan intern perusahaan yang tidak bertentangan dengan undang-undang yang ditetapkan

2. Secretary

a. Mengatur hubungan dengan pihak luar dan para tamu

b.Menyelenggarakan surat-menyurat yang berhubungan dengan perusahaan c. Menyusun dokumentasi

d.Bertanggung jawab kepada general manager

3. Cold Drink Equipment Manager

a. Melakukan pembelian Cold Drink Equipment

b. Mengatur Pendistribusian Cold Drink Equipment


(31)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Konsep Supply Chain

Supply chain adalah jaringan instansi-instansi yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir (end user). Instansi-instansi tersebut biasanya termasuk supplier, instansi,

distributor, toko atau ritel, serta instansi-instansi pendukung seperti instansi jasa logistik. ( Pujawan, 2005).

Supply chain pada industri jasa pertama kali harus diketahui gambaran sesungguhnya dan lengkap mengenai seluruh mata rantai yang ada mulai dari awal sampai akhir. Misalnya jasa perbankan, awal supply chain dari jasa perbankan adalah adanya kepercayaan masyarakat untuk mengelola uang dan asset yang mereka miliki. Kemudian bank akan memutar uang tersebut dengan beberapa usaha, antara lain dengan memberi kredit perorangan, kredit perusahaan, atau kredit permodalan bagi industri manufaktur. Jasa peminjaman uang tersebut harus dibayarkan kembali kepada bank dalam bentuk bunga. Bunga bank inilah yang akan membiayai operasional perbankan, mulai dari membayar tenaga kerja dan membayar jasa orang- orang yang menaruh dan menitipkan uangnya di bank tersebut.

Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing instansi, dan pemecahannya dititikberatkan pada intern di instansi


(32)

masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang.

Faktor-faktor kunci yang dikelola dalam supply chain meliputi : 1. Pengelolaan relasi dengan konsumen.

2. Pengelolaan pelayanan kepada konsumen. 3. Sistem pengelolaan permintaan.

4. Sistem pengaturan aliran manufaktur. 5. Sistem pengadaan bahan baku.

6. Pengembangan produk dan proses komersial. 7. Pengembalian produk.

Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.

Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke bagian logistik. Setelah bahan baku selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing divisi sering dibutuhkan oleh distributor maupun oleh instansi. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh instansi. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh


(33)

instansi yang mengirim maupun yang menerima. Instansi pengapalan harus membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak berkepentingan bisa memonitor untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat. Gambar 3.1 memberikan ilustrasi konseptual sebuah supply chain.

supplier manufacturer distributor Ritel/toko consumer

Finansial : invoice, term pembayaran Material : bahan baku, komponen, produk jadi Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation

Finansial : pembayaran Material : retur, recycle,repair Informasi : order, ramalan

Gambar 3.1. Simplifikasi Model Supply chain dan 3 Macam Aliran yang Dikelola

Chain 1 : Suppliers

Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku , bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam artinya yang murni, ini termasuk juga

suppliers`supplier atau sub-supplier. Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi supplier`supplier biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata ratai yang pertama.


(34)

Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer atau

plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengolah, mengkonversikan atau pun menyelesaikan barang (finishing). Untuk keperluan tulisan ini, sebut saja bentuk yang bermacam-macam tadi sebagai manufacturer. Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer, dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya penghematan ini dapat diperoleh.

Chain 1-2-3 : Suppliers → Manufacturer → Distributor

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada para pelanggan/ konsumen. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari instansi melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaller atau pedagang besar dalam jumlah besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer.

Chain 1-2-3-4 : Suppliers → Manufacturer → Distribution → Retail Outlets

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang


(35)

sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Dalam hal ini terdapat kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah persediaan dan biaya gudang, dengan cara melakukan design kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke pengecer. Walaupun ada beberapa instansi yang langsung mendistribusikan barang hasil produksinya kepada pelanggan, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti diatas.

Chain 1-2-3-4-5 : Suppliers → Manufacturer → Distribution → Retail Outlets → Customer

Dari rak-raknya, para pengecer atau supplier atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut dalam hal ini mungkin bisa disebut departemen. Yang termasuk outlet adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlets ) ke real customers atau real user. Mata rantai supply baru betul-betul berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa dimaksud.


(36)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Coca Cola Amatil Indonesia yang bergerak dalam bidang produksi minuman . Perusahaan ini berlokasi di Jl. Medan Belawan Km. 14, Simpang Martubung, Medan - Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September hingga bulan Desember 2014.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Action Research. Action Research

merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan temuan-temuan praktis untuk keperluan pengambilan operasional. Tujuan penelitian ini untuk pengambilan keputusan operasional guna mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan baru. (Sinulingga, 2011).

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah distributor Indomaret, dan distributor Carrefour dengan data yang diamati yaitu data permintaan produk Pulpy Orange. Pemilihan distributor dikarenakan area pemasaran distributor yang sangat luas, selain


(37)

itu distributor tersebut juga mempunyai retailer-retailer yang besar sehingga jumlah permintaan yang diterima oleh perusahaan juga sangat besar.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Jumlah penjualan, yaitu jumlah penjualan dari rantai manufaktur yang dikirimkan kepada distributor

b. Jumlah permintaan, yaitu jumlah permintaan yang diterima dari distributor 2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah inventory cost sebagai fokus investigasi penelitian

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah perancangan kerangka konseptual yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.


(38)

Bullwhip effect Jumlah

penjualan Jumlah permintaan

Distorsi Informasi Diskon

Inventory cost

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian 4.6. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu:

1. Data primer berupa entitas pada setiap level distribusi dan aliran distribusi barang yang meliputi prosedur pemesanan dan pengiriman produk jadi.

2. Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui pihak perusahaan dan karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan yaitu:

a. Data penjualan produk b. Data permintaan produk

c. Biaya pesan, biaya simpan dan biaya kekurangan persediaan produk d. Leadtime pemesanan produk

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan tanya jawab dengan pihak manajemen distributor yang bekerja di perusahaan tersebut mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sistem pendistribusian produk PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan. Responden yang


(39)

dipilih dalam wawancara tersebut adalah seorang manager distribution PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan dengan instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner terbuka yang mencakup informasi distribusi aliran barang di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan. Teknik pemilihan responden adalah purposive sampling yaitu sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Manager distribution diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut memiliki informasi sistem distribusi produk yang diperlukan dalam penelitian.

2. Teknik kepustakaan

Teknik kepustakaan diperoleh melalui mempelajari buku-buku dan jurnal internet yang berkaitan rantai supply dengan pendekatan dari metode yang digunakan yaituModel Q dengan pendekatan Hadley-Within.

4.7. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Melakukan peramalan permintaan terhadap permintaan tahun 2013 dengan metode Simple Exponential Smoothing dan metode Hold. Hasil peramalan permintaan tahun 2013 akan menjadi permintaan produk untuk tahun 2014. 2. Membandingkan hasil peramalan permintaan tahun 2013 atau permintaan

produk tahun 2014 dengan permintaan aktual tahun 2014.

3. Perhitungan bullwhip effect dilakukan dengan membandingkan koefisien variansi permintaan dengan koefisien variansi penjualan. Nilai dari koefisien


(40)

variansi diperoleh terlebih dahulu mencari rata-rata maupun standar deviasi untuk permintaan maupun penjualan produk.

4. Kebijakan pengendalian persediaan dilakukan dengan perhitungan optimalisasi persediaan dengan model Q menggunakan pendekatan Hadley-Within sehingga diperoleh ukuran lot pemesanan ekonomis (q) dan cadangan pengaman (ss) yang optimum. Ukuran lot pemesanan ekonomis (q) dan cadangan pengaman (ss) yang optimum yang telah diperoleh kemudian akan diinput ke dalam bentuk Distribution Requirement Planning, dan didapatkan order rilis yang optimal.


(41)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Dalam penyelesaian masalah pada penelitian ini, dibutuhkan sejumlah data yang relevan, yakni lead time pemesanan produk jadi oleh distributor, biaya pemesanan produk, biaya simpan, biaya kekurangan persediaan (stockout cost),dan data jumlah permintaan produk jadi.

5.1.1. Lead Time Pemesanan

Lead time pemesanan adalah jangka waktu yang dibutuhkan dari pelepasan order PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan sampai diterima oleh gudang distributor di wilayah pemasaran. Komponen-komponen yang termasuk dalam

lead time pemesanan adalah: a. Waktu pelepasan order

b. Waktu pemuatan Barang (Loading) c. Waktu Perjalanan (In transit) d. Waktu Bongkar (Unloading)

Lead time pemesanan bahan baku maupun produk jadi dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Lead Time Pemesanan

No. Keterangan Lead Time (Hari)

1 Produk Jadi (Manufaktur-Distributor) 1

2 Produk Jadi (Distributor-Retailer) 1


(42)

5.1.2. Biaya Pemesanan Distributor Medan

Biaya pemesanan terdiri atas biaya untuk sekali pesan satu kotak produk Pulpy Orange PET X24 yaitu sebesar Rp 2.000.

5.1.3. Rata-rata Biaya Simpan Produk Jadi

Biaya simpan bahan dan produk jadi terdiri dari beberapa elemen biaya yaitu biaya yang diperkirakan akibat adanya modal yang tertanam dalam persediaan (capital cost), Biaya yang diperhitungkan akibat adanya penurunan nilai produk yang disimpan (deterioration cost), biaya pengawasan, pemindahan produk, pencatatan dan biaya pemeliharaan produk. Besarnya biaya simpan untuk distributor ditetapkan sebesar 85% dari harga pembelian produk. Dengan demikian biaya simpan untuk produk produk Pulpy Orange PET X24 sebesar Rp 98.600 per kotak di level distributor.

5.1.4. Biaya Kekurangan Persediaan Produk Jadi

Ketidaktersediaan produk jadi di gudang distributor pada jumlah yang dibutuhkan diakibatkan perusahaan tidak mampu melakukan kegiatan produksi dan memenuhi permintaan produk jadi. Berdasarkan pengalaman dan dikarenakan perusahaan tidak menginginkan sampai kehilangan penjualan maka ditetapkan besarnya biaya ketidaktersediaan produk jadi oleh pihak manajemen sebesar 10% dari harga produk yaitu Rp 11.600 untuk produk Pulpy Orange per kotak.


(43)

5.1.5. Data Permintaan Produk

Data permintaan produk untuk periode Januari 2013 – Desember 2013 untuk distributor Indomaret dan Carrefour dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Data Permintaan Distributor Tahun 2013 (kotak) Bulan Indomaret Carrefour

Januari 1434 109

Februari 1532 123

Maret 1686 145

April 1845 163

Mei 2064 178

Juni 3028 394

Juli 3818 364

Agustus 1752 178

September 1324 178

Oktober 1534 116

November 2812 196

Desember 3106 230

Total 25935 2374

Sumber: PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan

Pada Tabel 5.3. disajikan data aktual permintaan untuk distributor Indomaret dan Carrefour tahun 2014.

Tabel 5.3. Data Aktual Permintaan Distributor Tahun 2014 (kotak) Bulan Indomaret Carrefour

Januari 1715 152

Februari 1832 175


(44)

Tabel 5.3. Data Aktual Permintaan Distributor Tahun 2014 (Lanjutan) Bulan Indomaret Carrefour

Januari 1715 152

Februari 1832 175

Maret 1978 181

April 2147 200

Mei 2385 249

Juni 3514 726

Juli 4242 687

Agustus 2026 353

September 1530 250

Oktober 1787 286

November 3884 190

Desember 2927 382

Total 29967 3831

Sumber: PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Melakukan Peramalan Permintaan Produk

Peramalan permintaan pada level distributor Indomaret dilakukan berdasarkan permintaan retailer Indomaret secara total. Peramalan permintaan tidak dapat dilakukan pada level retailer karena PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan hanya menerima permintaan produk pulpy orange dari distributor Indomaret, sementara Indomaret melayani setiap retailer Indomaret dibawahnya. Begitu juga dengan distributor Carrefour.


(45)

5.2.1.1. Peramalan Permintaan Distributor Indomaret

Langkah-langkah peramalan permintaan untuk distributor Indomaret tahun 2014 adalah:

1. Tujuan Peramalan

Tujuan peramalan adalah untuk menentukan jumlah permintaan Pulpy Orange PET 24 Indomaret untuk tahun 2014 .

2. Pembuatan Diagram Pencar (Scater Diagram)

Data permintaan Pulpy Orange PET 24 selama horison permintaan pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Data Permintaan Distributor Indomaret Tahun 2013

Bulan Indomaret

Januari 1434

Februari 1532

Maret 1686

April 1845

Mei 2064

Juni 3028

Juli 3818

Agustus 1752

September 1324

Oktober 1534

November 2812

Desember 3106

Total 25935


(46)

BAB VI

ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1.Analisis

6.1.1. Analisa Bullwhip Effect

Berdasarkan hasil perbandingan peramalan permintaan periode Januari- Desember tahun 2013 dengan aktual permintaan tahun 2014 untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya diperoleh bahwa jumlah permintaan berdasarkan peramalan lebih rendah dibandingkan aktual permintaan nya. Rata-rata persentase selisih permintaan untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan manufaktur masing-masing adalah 14,71%, 35,11%, dan 33 %.

Pada jumlah permintaan produk yang selalu berubah-ubah, serta keengganan dalam melakukan komunikasi yang transparan dan akurat, telah menimbulkan fenomena yang sering terjadi pada sistem rantai supply, yaitu adanya simpangan yang jauh antara permintaan yang ada dengan penjualan. Fenomena ini dinamakan bullwhip effect.

Dalam pelaksanaan sistem supply chain di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan, telah terjadi bullwhip effect akibat distorsi informasi permintaan dari rantai distributor ke rantai manufakturnya. Perbandingan hasil peramalan permintaan tahun 2013 dengan aktual permintaan tahun 2014 menunjukkan adanya variabilitas permintaan yang menimbulkan inventori cukup besar pada rantai supply dan telah menyebabkan inefisiensi pada supply chain,


(47)

disebabkan kesalahan interpertasi data permintaan dan sistem informasi yang kurang terintegrasi pada rantai distribusinya.

Besarnya nilai bullwhip effect diperoleh dari hasil bagi dari koefisien variansi permintaan dengan koefisien variansi penjualan. Berdasarkan hasil identifikasi perhitungan bullwhip effect, diperoleh nilai bullwhip effect lebih kecil dari satu pada distributor Indomaret (0,5303), Carrefour (0,2969), begitu juga pada manufakturnya (0,5114). Nilai bullwhip effect tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi peningkatan variabilitas permintaan dalam supply chain. Semakin besar nilai dari koefiesien variansi permintaan, semakin besar pula nilai bullwhip effect. Sebaliknya, semakin kecil nilai dari koefiesien variansi permintaan, semakin kecil pula nilai bullwhip effect. Bullwhip effect dalam rantai supply dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Nilai Bullwhip Effect dalam Rantai Supply

PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan Rantai Supply Indomaret Carrefour

Distributor 0,5303 0,29697

Manufaktur 0,51136

Nilai bullwhip effect lebih kecil dari satu, berarti tidak terjadi variabilitas permintaan pada rantai supply distributor Indomaret,dan distributor Carrefour, begitu juga dengan rantai supply manufakturnya. Namun nilai bullwhip effect yang lebih kecil dari satu menunjukkan terjadinya peningkatan variabilitas penjualan produk Pulpy Orange.


(48)

Berdasarkan hasil identifikasi nilai bullwhip effect diketahui bahwa penyebab terjadinya bullwhip effect adalah:

1. Demand Forecasting Updating

Peramalan yang dilakukan tidak menggunakan permintaan dari konsumen langsung atau retailer melainkan menggunakan peramalan permintaan yang diperoleh dari distribusi resmi. Tidak akuratnya permintaan yang dilakukan pihak manufaktur mengakibatkan terjadinya variabilitas permintaan dalam rantai supply.

2. Lot Sizing

Lot sizing ini memicu terjadinya bullwhip effect pada supply chain. Retailer yang menjual rata-rata 2 kotak produk pulpy orange PET X 24 MM tidak akan memesan tiap hari dengan rata-rata 2 kotak produk ke pusat distribusi. Mereka mungkin akan memesan tiap 2 minggu dengan rata-rata ukuran pesanan sekitar 28 kotak produk. Lot Sizing diperlukan karena proses produksi dan pengiriman produk tidak akan ekonomis jika dilakukan dalam ukuran kecil. Permintaan pelanggan akhir yang relatif stabil dari hari ke hari akan berubah menjadi order mingguan atau dua mingguan dari retailer sehingga pusat distribusi akan menerima order yang lebih fluktuatif dibandingkan permintaan yang dihadapi oleh retailer.

3. Rationing and Shortage Gaming

Pihak distributor maupun retailer sering melakukan rationing, yakni ketika mengetahui bahwa permintaan sering tidak terpenuhi seluruhnya, distributor berupaya membesarkan ukuran pesanan mereka dengan harapan kalau


(49)

dilakukan rationing, mereka masih memperoleh jumlah yang cukup. Akibatnya, seringkali pada saat persediaan sebenarnya cukup, distributor dan retailer mengubah atau membatalkan pesanan mereka. Cara seperti ini merusak informasi pasar pada supply chain. Pihak manufaktur tidak akan pernah mendapatkan informasi pasar yang mendekati kenyataan akibat motif

gaming dan spekulatif yang dilakukan oleh distributor maupun retailer. Pabrik atau pemain hulu tidak akan dengan mudah membedakan antara kenaikan pesanan yang bermotif spekulatif dan peningkatan pesanan yang murni merefleksikan peningkatan permintaan dari pelanggan akhir.

4. Fluktuasi harga

Kebijakan promosi berupa pemberian diskon menyebabkan perubahan permintaan. Permintaan melonjak pada saat pemberian diskon dan mengalami penurunan saat diskon dihentikan. Produksi dapat saja kekurangan saat ada harga khusus yang diberikan kepada konsumen. Pada saat harga normal, stok pada distributorpun menumpuk.

6.2. Pembahasan

6.2.1. Kebijakan Inventori dengan Model Q (Metode Hadley-Within)

Setelah melakukan pengendalian persediaan produk menggunakan model probabilistik Q dengan metode Hadley-Within maka pemesanan produk dapat terencana dengan baik sehingga jumlah persediaan produk yang ada di gudang dapat dikontrol dan tidak akan mengalami kekurangan permintaan produk saat proses leadtime. Dengan demikian pelayanan PT. Coca Cola Amatil Indonesia


(50)

0 200 400 600 800

1 3 5 7 9 11 13

Carrefour

GR Porel Poh

Medan terhadap pelanggan dapat terpenuhi meskipun adanya fluktuasi permintaan produk dari pelanggan terhadap perusahaan.

Penyelesaian kebijakan inventori yang optimal sebagai jalan meminimasi beban inventori meliputi ukuran lot pemesanan, saat pemesanan dan cadangan pengaman (safety stock). Gambar 6.1 merupakan hasil perbandingan aktual permintaan untuk tahun 2014 dengan order yang seharusnya dirilis berdasarkan kebijakan penentuan inventori yang optimal menggunakan DRP (Distribution Requirement Planning).

Gambar 6.1. Grafik Perbandingan Aktual Permintaan dengan Order Rilis Tahun 2014

0 1000 2000 3000 4000 5000

1 3 5 7 9 11

Indomaret

GR Porel Poh 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Manufaktur

GR Porel Poh


(51)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut:

1. Jumlah permintaan berdasarkan hasil peramalan tahun 2013 lebih rendah dibandingkan aktual permintaan pada distributor dan manufaktur tahun 2014 dengan rata-rata persentase selisih untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan manufaktur masing-masing sebesar 14,71%, 35,11%, dan 33 %.Distorsi informasi terhadap permintaan produk ini dapat mengevaluasi adanya

bullwhip effect pada rantai supply

2. Nilai bullwhip effect berdasarkan hasil perbandingan peramalan permintaan tahun 2013 dengan aktual permintaan tahun 2014 untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan pada rantai manufakturnya masing-masing adalah 0,5303; 0,2967, dan 0,5114.

3. Usulan perbaikan untuk mengatasi bullwhip effect pada rantai supply adalah dengan melakukan kebijakan pengendalian persediaan menggunakan model Q dengan pendekatan Hadley-Within, sehingga diperoleh ukuran lot pemesanan ekonomis dan cadangan pengaman yang optimal. Nilai bullwhip effect setelah dilakukan kebijakan pengendalian persediaan untuk distributor Indomaret, distributor Carrefour, dan pada rantai manufakturnya masing-masing adalah 1,0721; 1,100; dan 1,0714. Nilai bullwhip effect yang


(52)

mendekati satu tersebut menunjukkan bahwa variansi antara jumlah permintaan dan jumlah penjualan hampir seimbang sehingga dapat menghemat inventory cost pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan.

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan setelah dilakukan penelitian ini adalah:

1. Seluruh pemain supply chain menjalin komunikasi yang kontinyu guna menghindari terjadinya bullwhip effect terutama menyangkut pembagian informasi (Information Sharing) terhadap permintaan produk.

2. Sebaiknya dilakukan manajemen permintaan (Demand

Management/forecasting) pada bagian manufaktur dengan memperbaiki teknik-teknik peramalan yang ada agar diperoleh hasil peramalan permintaan yang lebih akurat.

3. Jika terdapat promosi atau penurunan harga (diskon), semua pihak pada

supply chain harus mengetahui program tersebut dengan baik sehingga tidak keliru dalam meramalkan permintaan yang sesungguhnya.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Bahagia, S. N., 2003, Sistem Inventory, Lab ITB, Bandung.

Chopra, Sunil. 2004. Supply chain Mangement:Strategy, Planning and Operation. Pearson Prentice Hall.

Eko, Richardus Indrajait. 2002. Supply Chain: Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.

Makridakis, Spyros. 1998. Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Pujawan. I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Surabaya: Penerbit Guna Widya.

Parwati, Indri. 2009. Metode Supply Chain Management Untuk Menganalisis

Bullwhip Effect Guna Meningkatkan Sistem Distribusi Produk. Jurusan Teknik Industri. Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Sinulingga, Sukaria. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sinulingga, Sukaria. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Novianti, Nurul . 2013. Program Pengendalian Persediaan Barang Menggunakan Model Probabilistik. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)