Kemiringan Lereng Aspek Lereng

dan indeks vegetasi. Tabel Lampiran 4 memaparkan nilai dari 8 parameter pada 30 titik-titik wilayah longsor dan tidak longsor di DAS Ciliwung Hulu.

5.2.1. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng yang dibuat dari hasil analisis DEM pada daerah penelitian ditunjukkan dengan 5 warna berbeda yang menunjukkan perbedaan kelas lereng. Klasifikasi kemiringan lereng dalam penelitian ini merujuk pada data kemiringan lereng penyebab longsor dari Savitri 2007. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa daerah penelitian didominasi oleh kemiringan 0 - 8 warna pink, dan 8 - 15 warna orange, sedangkan kemiringan yang lain relatif kecil Tabel 4. Tabel 4. Kemiringan lereng di DAS Ciliwung Hulu. Daerah penelitian kemiringan lereng tertinggi 45 atau warna hijau berada di kawasan puncak Gunung Gede – Pangrango, sedangkan wilayah yang mempunyai kemiringan terendah 0 - 8 atau warna pink tersebar di Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Sukaraja. Secara teoritis wilayah- wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang tinggi umumnya merupakan wilayah-wilayah yang rentan longsor. Apabila kemiringan lereng semakin tinggi maka peluang pergeseran tanah dan material yang ada di dalamnya juga meningkat Lee dan Talib, 2005. Berdasarkan hasil observasi lapangan didapatkan bahwa daerah-daerah yang mengalami longsoran berada pada wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang besar 8 – 15 landai, 15 - 30 agak curam dan sebagian kecil pada kemiringan 30 - 45 curam. Titik-titik longsor tersebut berada pada daerah permukiman di dekat jalan raya. Sebaliknya wilayah yang tidak pernah mengalami kejadian longsor mempunyai kemiringan Nilai Kemiringan Lereng Kelas kemiringan Warna Luas Ha – 8 Datar Pink 4.602 37 8 – 15 Landai Orange 4.507 35 15 – 30 Agak curam Kuning 1.495 12 30 – 45 Curam Biru 1.502 11 45 Terjal Hijau 693 5 Total 12.800 100 lereng yang lebih rendah sebesar 0 - 8 landai dan berada jauh dari permukiman dan jalan raya Gambar 10.

5.2.2. Aspek Lereng

Aspek lereng merupakan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi pergerakan tanah, karena arah menghadapnya lereng berkaitan dengan proses pelapukan melalui sinar matahari. Berdasarkan hasil analisis DEM diperoleh 7 jenis aspek lereng, yaitu: N, NE, E, S, SW, W, dan NW Gambar 11. Pada gambar tersebut tampak bahwa aspek lereng di daerah penelitian meliputi arah barat W biru tua, barat laut NW pink, utara N orange, selatan S ungu muda, barat daya SW biru muda, timur laut NE orange muda, dan timur E kuning. Dengan demikian aspek lereng yang dominan di daerah penelitian adalah N, NW, dan W Tabel 5. Tabel 5. Aspek Lereng di DAS Ciliwung Hulu Arah lereng banyak berkaitan dengan faktor iklim, antara lain sinar matahari, kelembapan, dan curah hujan. Menurut Fernandez et al. 2008 potensi longsor berhubungan langsung dengan variabel kelembapan tanah dan cuacanya. Aspek lereng juga mempengaruhi jenis vegetasi, iklim mikro pada permukaan lereng, dan pelapukan batuan Kumar et al, 2010. Sinar matahari yang menyinari permukaan bumi memiliki penyinaran paling lama dan panas pada siang sampai sore hari, yaitu ketika matahari banyak menyinari sisi bagian barat dan timur bumi, sehingga daerah tersebut secara tidak langsung memiliki proses pelapukan batuan yang lebih cepat dibandingkan dengan sisi-sisi yang lain. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan Gambar 11, daerah-daerah penelitian yang banyak mengalami kejadian longsor terletak pada lereng-lereng yang menghadap ke arah timur laut NE atau orange muda, utara N atau orange, Aspek Lereng Keterangan warna LUAS Ha Utara Orange 2.663 21 Timur laut Orange muda 907 8 Barat laut Pink 2.816 22 Selatan ungu 1.073 8 Tenggara Biru muda 973 7 Timur Kuning 869 7 Barat Biru tua 3.518 27 Total 12.800 100 dan barat laut NW atau pink. Daerah-daerah yang tidak mengalami longsor berada pada lereng-lereng yang mengarah ke arah barat W atau biru tua, dan barat daya SW atau biru muda Gambar 11.

5.2.3. Elevasi