Dengan demikian perangkat SIG dapat digunakan untuk melakukan analisis dan pembuatan model data geografis dari proses fisik seperti ketidakstabilan lereng
yang dapat menyebabkan longsor. Menurut Guzzetti et al. 1999, kerentanan longsor secara matematika memaparkan suatu peluang kejadian longsor pada
wilayah yang mempunyai kemiringan lereng yang erat kaitannya dengan kondisi geoenvironmental.
Terdapat banyak faktor-faktor penyebab terjadinya longsor, yang pertama adalah adanya curah hujan yang tinggi. Hujan yang turun terus menerus dengan
intensitas yang besar pada suatu daerah menyebabkan terjadinya longsor, karena semakin lama infiltrasi akan menyebabkan tanah menurun Zhou et al. 2002.
Faktor longsor kedua adalah jenis tutupan lahan vegetasi, vegetasi berfungsi untuk menjaga kestabilan lereng dari bahaya longsor. Menurut Zhou et al. 2002
jenis vegetasi dapat membantu meningkatkan kestabilan lereng terhadap longsor, vegetasi yang memiliki akar kuat dan besar seperti kayu dapat meningkatkan
infiltrasi tanah. Daerah dengan banyak vegetasi seperti semak belukar dan tegalan apabila dibandingkan dengan vegetasi berkayu cenderung mempunyai potensi
longsor yang lebih besar Zhou et al. 2002. Menurut Vohora dan Donoghue 2009 faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya longsor adalah lereng yang
curam, bebatuan yang mudah melapuk, dan iklim tropis yang lembab. Berdasarkan uaraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor longsor
antara lain adalah curah hujan, jenis tutupan lahan, kemiringan lereng, jenis bebatuan, dan iklim.
2.3. SRTM Shuttle Radar Topography Mission
SRTM Shuttle Radar Topography Mission merupakan wahana satelit yang dilengkapi dengan alat penghasil gelombang Synthetic Aperture Radar
Interferometry InSAR yang diluncurkan pada tahun 2000. Data SRTM menghasilkan DEM terutama untuk area dalam cakupan lintang 60 N dan 85 S,
mempunyai jenis datum WGS 84 dan ketinggian ellipsoidal Yastikh et al. 2006. Menurut Van Zyl 2001 SRTM merupakan produk penginderaan jauh yang
menghasilkan DEM dunia dengan resolusi spasial 30 meter dan 90 meter.
Pembuatan DEM dari data SRTM untuk daerah pegunungan masih sering ditemukan adanya kesalahan atau RMSE Root Mean Square Error. Menurut
Kaab 2005 galat biasa terjadi pada ketinggian 12-36 meter, sedangkan galat maksimum sering terjadi pada ketinggian lebih dari 100 meter.
2.4. Satelit ALOS
Satelit ALOS Advanced Observing Satellite merupakan satelit milik Jepang yang merupakan generasi lanjutan dari JERS-1 dan ADEOS. ALOS adalah
satelit terbesar yang dikembangkan dan diluncurkan oleh JAXA di Tanegashima Space Center, Jepang, pada tanggal 24 Januari 2006 dengan menggunakan roket
H-HA. Karakteristik umum dari satelit ini disajikan pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Karakteristik ALOS
sumber : JAXA EORC, 2010
Karakter ALOS menurut fungsinya, adalah salah satu satelit yang digunakan untuk mengamati permukaan bumi yang dikembangkan dengan tujuan
JAXA EORC, 2010 : 1. Menyediakan peta untuk Jepang dan negara-negara lain yang tercakup
dalam wilayah Asia-Pasifik Cartography 2. Melakukan pengamatan daerah untuk pembangunan berkelanjutan, serta
harmonisasi antara lingkungan bumi dengan pembangunan Regional Observation.
3. Melakukan pemantauan bencana di seluruh dunia Disaster Monitoring. 4. Survey sumberdaya alam Resources Surveying
5. Mengembangkan tekhnologi yang diperlukan untuk satelit pengamatan bumi masa depan Technology Development.
No Tipe
Spesifikasi 1
Tanggal Peluncuran 24 Januari 2006
2 Wahana Peluncuran
H-HA 3
Tempat Peluncuran Tanegashima Space Center
4 Massa Kendaraan Angkasa
Sekitar. 4 Ton 5
Power Sekitar. 7 kW pada akhir operasional
6 Waktu Operasional
3-5 tahun 7
Orbit Siklus kunjungan ulang : 46 hari
Ketinggian : 691,65 km di khatulistiwa Inklinasi : 98,16 deg
Satelit ini dilengkapi dengan teknologi yang lebih maju yang dapat memberikan kontribusi bagi dunia penginderaan jauh, terutama di bidang
pemetaan, dan pengamatan tutupan lahan secara lebih persis dan akurat. Untuk keperluan tersebut pada satelit ini dipasang dual frequency GPS receiver dan star
tracker dengan presisi tinggi. Satelit ALOS Gambar 1 memiliki tiga sensor, yaitu : a Panchromatic
Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping PRISM yang mempunyai resolusi spasial 2,5 meter, b Advanced Visible and Near Infrared Radiometer
type-2 AVNIR-2 yang mempunyai resolusi spasial 10 meter, dan c Phased Array type L-band Synthetic Aperture Radar PALSAR yang mempunyai dua
resolusi, yaitu resolusi spasial 10 meter dan 100 meter.
Gambar 1. Satelit ALOS JAXA EORC,2010
AVNIR-2 merupakan pengganti ADEOS Advanced Earth Observing Satellite yang diluncurkan pada tahun 2006. Resolusi spasial yang disajikan oleh
AVNIR-2 sebesar 10 meter dengan lebar liputan per lembar citra scene sebesar 70 km, sedangkan untuk wilayah multispektral memiliki resolusi spasial sebesar
16 meter. AVNIR -2 sering dimanfaatkan untuk mengetahui indeks vegetasi dengan menggunakan band cahaya tampak visible dan inframerah dekat near
infrared. Karakteristik umum sensor AVNIR-2 disajikan pada Tabel 2 dan prinsip
geometri AVNIR-2 pada Gambar 2.
Tabel 2. Karakteristik AVNIR-2
No Tipe
Spesifikasi 1
Jumlah Band 4
2 Panjang Gelombang
Band 1 : 0,42-0,50 mikrometer Band 2 : 0,52-0,60 mikrometer
Band 3 : 0,61-0,69 mikrometer Band 4 : 0,76-0,89 mikrometer
3 Resolusi Spasial
10 m at nadir 4
Lebar petak Swath Width 70 km at Nadir
5 Jumlah Detektor
7000Band 6
Pointing angle -44 + 44
7 Bit Length
8 bit Sumber : JAXA EORC, 2010
Gambar 2. Prinsip geometri AVNIR-2 JAXA EORC, 2010
2.5. NDVI dan EVI