40
Tabel 10. Penduduk Menurut Pekerjaan Desa Cisalada Tahun 2010 Jenis Pekerjaan
Jumlah Jiwa Persentase
Petani 3.462
60,17 Pengusaha kecil menengah
47 0,82
Pengrajin 3
0,05 Buruh
1.255 21,81
Bengkelpencucian mobil dan motor 7
0,12 Penjahit
8 0,14
Pedagang 161
2,79 Pengemudi
36 0,63
Tukang ojek 315
5,47 Pertukangan
284 4,94
Pegawai negeri 144
2,50 Dokter
2 0,03
Bidan 1
0,02 Dukun
6 0,10
TNIPOLRI 9
0,16 Pensiunan TNIPOLRIPNS
13 0,23
Anggota DPRD Kabupaten 1
0,02 Jumlah
5.754 100
Sumber: Monografi Desa Cisalada, 2010
Fasilitas yang terdapat dalam Desa Cisalada terdiri dari beberapa sarana dan dibangun untuk memudahkan penduduk menjalani aktivitas keseharian
mereka. Sarana terpenting dalam Desa Cisalada yaitu sarana pendidikan yang merupakan tempat penduduk usia pelajar untuk menuntut ilmu. Pertanian di Desa
Cisalada ini didukung oleh keberadaan dua buah prasarana irigasi. Sarana lainnya yang terdapat di Desa Cisalada yaitu sarana keagamaan, sarana wilayah, sarana
perekonomian, sarana perhubungan, sarana air bersih, sarana kesehatan dan sarana aparatur desa.
5.2. Gambaran Umum Budidaya Padi Semi Organik dan Anorganik
Pada dasarnya budidaya tanaman padi dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu antara lain: persiapan benih dan persemaian, persiapan lahan, penanaman,
perawatan dan pemeliharaan, serta pemanenan. Budidaya padi semi organik membutuhkan tambahan pupuk kompos untuk meningkatkan tingkat kesuburan
41
lahan. Pengurangan dosis pemakaian pupuk kimia dilakukan secara bertahap, hal itu dilakukan untuk menghilangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia
dalam melakukan kegiatan usahatani mereka. Pemakaian pestisida kimia pada lahan pertanian padi semi organik sudah tidak diperkenankan lagi. Petani yang
tergabung dalam keanggotaan Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy diharuskan mematuhi aturan yang terdapat dalam SOP gapoktan seperti jenis varietas dan
jumlah benih yang akan ditanam, cara pembuatan dan pemakaian pupuk organik serta pestisida nabati, aturan tanam, pemakaian pupuk kimia, serta penjualan dan
pembinaan petani oleh Lembaga Pertanian Sehat, Dinas Pertanian dan Gapoktan itu sendiri. Adapun proses budidaya pada kedua usahatani baik semi organik
maupun anorganik akan diuraikan sebagai berikut: 1.
Persiapan Benih dan Persemaian Pemilihan jenis varietas yang akan digunakan pada kedua usahatani padi
sangat diperhatikan. Pertimbangannya yaitu memilih varietas atas dasar ketahanan benih terhadap serangan hama dan penyakit tanaman padi. Varietas yang
digunakan biasanya telah diuji mutu dan produksinya dari pemerintah. Mayoritas petani menggunakan benih berlabel biru yang tahan terahadap penyakit tungro,
contohnya yaitu Ciherang, Bondoyudo, Situbagendit dan Inpari. Benih yang dipilih yang bersifat bernas, pemilihannya dengan menggunakan bahan
desinfektan larutan garam atau abu dapur. Benih yang ada direndam dalam larutan garam atau abu dan dilanjutkan proses pemeraman, dengan dosis setiap
satu liter air harus dicampur dengan satu sendok garam atau tiga sendok abu. Benih yang dipilih adalah benih yang tenggelam. Setelah hal tersebut dilakukan
maka perendaman dilakukan lagi dengan menggunakan air bersih. Perlakuan
42
tersebut bertujuan menekan penyakit dan merangsang pengecambahan benih secara merata pada tanaman padi. Setelah benih yang bernas telah terpilih,
langkah selanjutnya yaitu membuat lahan persemaian.
Gambar 3. Lahan Persemaian Benih Padi
Beberapa petani juga menyediakan benih sendiri dengan cara memilih benih yang bernas dari lahan pertanian mereka, hal ini dapat menghemat
pengeluaran biaya produksi pertanian. Lahan yang dipilih untuk persemaian merupakan lahan yang aman dan mudah pemeliharaannya. Bibit yang akan
ditanam merupakan bibit yang telah berumur 12-20 hari dan telah siap ditanam pada lahan yang telah melalui proses pengolahan lahan. Petani semi organik
menambahkan pupuk kompos untuk melengkapi proses pembibitan benih padi.
Tabel 11. Perbandingan Penggunaan Benih pada Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap
No Usahatani Padi
Jumlah Benih kgha 1.
Semi Organik 40,86
2. Anorganik
49,79
Sumber : Data primer, 2011
Jumlah benih yang digunakan pada usahatani padi anorganik lebih besar yaitu sejumlah 49,79 kgha dibandingkan usahatani padi semi organik yang hanya
berkisar 40,84 kgha, maka dalam usahatani padi semi organik terjadi penghematan penggunaan benih.
43
2. Pengolahan Lahan
Tujuan pengolahan lahan pada dasarnya agar gulma yang ada bisa mati dan membusuk, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, memudahkan
pengaturan air dan mengatur jarak tanam. Pengolahan lahan dibagi menjadi beberapa tahapan, diantaranya yaitu:
- Mopokan perbaikan pematang, yaitu melakukan pembongkaran pematang
sampai dasar lahan dengan menggunakan cangkul, kemudian dilakukan penimbunan kembali dengan tanah yang sudah diolah sehingga pematang
kembali rapi. Hal tersebut mencegah kebocoran saluran air dan menutup lubang hama yang ada.
- Ngongkolongan, yaitu mencangkul batas petakan yang berbatasan dengan
petakan sebelah atas, posisi mencangkul membujur dengan petakan tanah dicangkul dan dipindahkan ke bagian tengah petakan. Hal tersebut dilakukan
agar kegiatan membajak lebih mudah dilakukan. -
Bajak, yaitu melakukan pembajakan sawah yang biasa dilakukan dengan bantuan traktor atau kerbau. Hal ini tergantung dimana posisi lahan petani,
jika lahannya mudah dijangkau oleh traktor maka petani biasanya melakukan proses pembajakan ini dengan bantuan alat tersebut. Jika sulit dijangkau
maka alternatif bantuannya yaitu menggunakan bantuan kerbau. Bajak akan mempercepat proses pembusukan sisa tanaman.
- Nampingan dan mengaru, yaitu melakukan perapian pada pematang bagian
dalam petakan untuk memperluas areal tanam, serta melakukan penghalusan tanah olahan agar sistem perakaran sempurna dan kedap air.
- Nguyab, yaitu melakukan pembersihan sisa tanaman dan dibenamkan.
44
- Nyorongan, yaitu melakukan perataan permukaan sawah agar sistem
pengairan usahatani merata. Prosesnya dengan menggunakan bantuan alat pertanian berupa sorongan.
- Pembuatan drainase, yaitu membuat parit pengaturan air dalam petakan agar
memudahkan proses pengaturan air. Tahapan pengolahan tanah diatas diperoleh dari informasi standar
operasional prosedur budidaya padi sehat semi organik pada Gapoktan Desa Ciburuy. Pada dasarnya pengolahan lahan pada budidaya padi anorganik hampir
sama dengan tahapan proses pengolahan lahan padi semi organik ini, perbedaannya hanya terletak pada pemberian pupuk kompos yang diberikan
dengan dosis kurang lebih dua tonha, dan petani semi organik biasanya juga melakukan penyebaran jerami sebelum pengolahan lahan yang nantinya akan
mengalami proses pembusukan dengan sendirinya di lahan.
Gambar 4. Tahapan Proses Pengolahan Tanah yaitu Mengatur Jarak Tanam Kiri dan Perataan Permukaan Sawah atau Nyorongan Kanan
3. Penanaman
Bibit yang akan ditanam dalam proses ini berumur sekitar 12-20 hari. Langkah awal yang dilakukan adalah menyaplak, dengan bantuan alat yang
disebut garokan. Jarak tanam pada usahatani semi organik umumnya berkisar antara 12,5 cm setiap tanaman dalam barisan, 25 cm antar tanaman di lain barisan
45
dan 50 cm pada setiap kelompok barisan. Sistem tanam seperti itu disebut legowo yang manfaatnya antara lain yaitu memudahkan dan mengefisienkan penggunaan
pupuk pada lahan, serta mendapatkan jumlah anakan yang lebih banyak pada tanaman padi. Penggunaan sistem tanam dengan teknik legowo mulai di adopsi
oleh petani anorganik, walaupun masih sangat sedikit petani anorganik yang mengunakan cara tanam ini. Bibit yang telah disemai sebelumnya akan dipindah
tanamkan pada lahan yang telah melalui proses pengolahan lahan. Bibit padi ditanam secara dangkal dan tunggal pada setiap titik temu garis caplak. Jumlah
bibit yang ditanam pada usahatani semi organik mayoritasnya berkisar antara dua hingga tiga rumpun, sedangkan usahatani anorganik umumnya berkisar antara tiga
hingga lima rumpun padi.
Gambar 5. Sistem Tanam Acak Usahatani Padi Anorganik Kiri dan Sistem Tanam Legowo Usahatani Padi Semi Organik Kanan
4. Perawatan dan Pemeliharaan
Proses perawatan dan pemeliharaan tanaman padi terdiri dari penyiangan dan penyulaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, babad
pematang dan pengaturan air atau irigasi. -
Penyiangan dan penyulaman, yaitu menyiangi rumput pengganggu disekitar tanaman padi, kemudian rumput tersebut dibenamkan kedalam tanah yang
ada diantara barisan tanaman. Keadaan air pada saat penyiangan dalam
46
keadaan macak-macak dan saluran air dalam petakan sawah juga ditutup. Hal ini dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma, laju kompetisi
pemanfaatan unsur hara tanaman, penyinaran matahari yang merata pada tanaman padi. Penyulaman merupakan penanaman kembali bibit dalam
barisan tanaman yang hilang agar populasi tanaman tetap optimal. Adapun pada usahatani semi organik proses penyiangan dan penyulaman biasanya
dilakukan dua kali yaitu saat padi berumur 20-25 HST dan 35-40 HST. -
Pemupukan tanaman padi pada usahatani semi organik dilakukan sebanyak tiga kali. Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk kompos,
dosisnya kurang lebih dua tonha. Petani menyediakan pupuk kompos dengan cara membelinya dari toko pertanian atau koperasi, atau petani juga bisa
memproduksinya sendiri dengan menggunakan limbah peternakan dan pertanian yang melimpah di daerah pertanian mereka. Pemupukan selanjutnya
yaitu dengan memberikan tunjangan unsur hara yang diperoleh dari kombinasi pemakaian pupuk kimia seperti TSP, Urea, NPK, KCL dan
Ponska. Biasanya petani mengkombinasikan dua hingga tiga jenis pupuk tersebut atau hanya menggunakan pupuk NPK saja, hal itu tergantung
kebutuhan dan kebiasaan petani dalam menjalani usahataninya. Pemupukan susulan pertama dilakukan pada saat umur padi sekitar 20-25 HST.
Pemupukan susulan kedua dilakukan pada umur 45-50 HST atau pada waktu yang disebut masa pramoria umur varietas padi dikurangi 65 hari. Pada
usahatani anorganik pemupukan hanya dilakukan dua kali dengan menggunakan pupuk kimia saja, dosisnya lebih banyak dibandingkan dengan
47
usahatani semi organik. Adapun jumlah pemakaian pupuk kimia petani penggarap pada kedua usahatani dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 12. Perbandingan Penggunaan Rata-Rata Pupuk Kimia pada Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani
Penggarap
No. Jenis Pupuk
Usahatani Padi Semi Organik KgHa
Usahatani Padi Anorganik KgHa
1 TSP
75,79 194,13
2 Urea
99,64 253,57
3 Ponska
25 Sumber : Data primer, 2011
Berdasarkan tabel di atas maka dapat terlihat penggunaan pupuk kimia pada usahatani padi semi organik lebih sedikit dibandingkan anorganik. Hal
tersebut dikarenakan usahatani padi semi organik telah melakukan pengurangan penggunaan pupuk kimia pada usahataninya.
- Pengendalian hama dan penyakit pada usahatani semi organik meliputi empat
kultur yaitu: kultur teknis merupakan pengendalian hama dan penyakit dengan cara perbaikan teknis dalam melakukan usahatani, seperti bertanam
dengan teknik legowo. Hal tersebut memiliki banyak manfaat diantaranya mengefisienkan pemberian pupuk saat pemupukan, memudahkan petani
melakukan kontrol tanpa menginjak-injak tanaman padi mereka, pergerakan hama seperti tikus dapat terlihat sehingga menciptakan lingkungan yang tidak
cocok untuk perkembangan OPT Organisme Pengganggu tanaman. Kultur yang kedua yaitu kultur mekanis, merupakan pengendalian hama dengan
menggunanakan agency hayati. Kultur selanjutnya adalah kultur biologis, yaitu contohnya dengan menggunakan varietas padi yang tahan penyakit
tungro. Terakhir yaitu kultur kimia dengan pestisida nabati, baik yang dibeli dari toko pertanian atau Koperasi, ataupun petani bisa membuatnya sendiri
48
dengan bahan alami yang bisa didapat dari alam seperti daun picung, daun mimba, kacang babi, daun tuba dan lain sebagainya. Hal ini berbeda dengan
cara pengendalian hama yang dilakukan petani anorganik. Mereka cenderung memanfaatkan pestisida kimia seperti Decis, Furadan, Dusban, dan lainnya.
Pada dasarnya pengendalian hama dan penyakit secara alami lebih diperkenankan
karena tidak
menimbulkan dampak
negatif pada
penggunaannya. -
Babad pematang merupakan kegiatan pembersihan rumput yang terdapat di pinggir petakan sawah. Biasanya dilakukan bersamaan pada setiap
penyiangan yaitu dua kali setiap satu musim tanam. -
Pada dasarnya pengairan yang dilakukan kedua usahatani adalah sama. Tanaman padi membutuhkan pengaturan air pada saat tanam, penyiangan,
pemupukan dan panen. Pada saat tanam, air tergenang di saluran tengah dan pinggir petakan. Kegiatan penyiangan dan pemupukan mengharuskan
pengeringan air atau kondisi air dalam keadaan macak-macak, saluran masuk keluarnya air harus ditutup. Kapasitas air sebaiknya diperbanyak pada saat
tanaman padi sedang dalam masa bunting. Terakhir yaitu panen, air diusahakan dalam keadaan kering terhitung dari masa 20 hari sebelum panen.
5. Pemanenan
Pemanenan padi pada kedua usahatani dapat dilakukan sebanyak lima kali setiap dua tahun. Pemanenan dilakukan pada waktu yang tepat sesuai dengan
umur masing-masing varietas beras agar kualitas beras yang dihasilkan baik. Panen dilakukan setelah padi menguning 90 persen. Biasanya menggunakan alat
perontok dengan alas yang lebar agar gabah tidak berserakan dan menggunakan
49
karung yang baik agar tidak bocor saat memasukkan gabah hasil panen. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi resiko kerugian saat panen, diakibatkan dari
berat gabah yang berkurang karena terbuang saat proses ini dilakukan. Pada petani semi organik, penjemuran gabah hingga prosesnya menjadi padi dilakukan oleh
Koperasi, bahkan proses packaging juga dilakukan dengan baik oleh Koperasi yang dikelola di Desa Ciburuy ini. Adapun produksi, produktivitas dan harga jual
rata-rata yang dihasilkan kedua usahatani yaitu:
Tabel 13. Perbandingan Produksi, Produktivitas dan Harga Jual Rata-Rata pada Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani
Penggarap Usahatani Padi
Produksi kg
Produktivitas kgha
Harga Output Rata-Rata Rp
Semi Organik 2313,33
5960,84 2489,29
Anorganik 1876,67
5448,89 2220
Sumber : Data primer, 2011
Jumlah produksi atau produktivitas usahatani padi semi organik lebih tinggi dari anorganik. Nilai harga jual output pada usahatani padi semi organik
juga sedikit lebih besar dari anorganik. Kedua hal tersebut nantinya akan mempengaruhi tingkat penerimaan usahatani padi ini.
5.2. Karakteristik responden