24 dengan cara memplotkan nilai-nilai kualitas perairan pada kurun waktu tertentu
dengan beban limbah yang dikandungnya pada suatu grafik. Setelah itu hasil yang diperoleh direferensikan dengan baku mutu yang berlaku dan berkaitan dengan
biota laut Rajab, 2005. Referensi yang dipakai dalam penentuan ini adalah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Lampiran
8. Adapun yang disebut nilai kapasitas asimilasi merupakan hasil perpotongan pada grafik dari hasil komparasi antara beban pencemar dengan baku mutu air laut
bagi kehidupan biota tersebut.
2.3 Parameter Kualitas Air
Kualitas air didefinisikan sebagai sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain dalam air Effendi, 2003. Dahuri 2005
menambahkan bahwa kondisi kualitas air suatu lingkungan dapat menggambarkan apakah suatu lingkungan itu tercemar atau tidak. Penentuan tingkat tercemar atau
tidaknya suatu lingkungan dapat dilakukan dengan mengukur konsentrasi berbagai bahan pencemar. Adapun pengukuran kualitas air dilakukan dengan
maksud untuk : 1 mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk, fisika, kimia dan biologi, 2 membandingkan nilai kualitas air dengan baku mutu yang berlaku
sesuai dengan peruntukannya, 3 menilai kelayakan sumber daya air untuk keperluan tertentu Siregar, 2005.
2.3.1 TSS Total Suspended Solid
Total Padatan Tersuspensi Total Suspended Solid merupakan padatan
dengan diameter 1 µm yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat langsung mengendap, yang terdiri dari partikel-partikel dengan ukuran
maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme dan lain sebagainya. Padatan tersebut
tersaring pada kertas milipore dengan ukuran pori sebesar 0,45 µm Hariyadi et al.
, 1992 in Rafni, 2004. Apabila nilai TSS suatu perairan tinggi maka nilai kecerahan perairan
tersebut akan rendah, demikian sebaliknya semakin rendah nilai TSS maka semakin tinggi kecerahan pada perairan tersebut. Padatan tersuspensi akan
berpengaruh kuat terhadap keberadaan biota melalui dua mekanisme. Pertama,
25 menghalangi penetrasi sinar matahari yang secara langsung akan menghambat
proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton sehingga berakibat berkurangnya pasokan oksigen. Kedua secara langsung kandungan TSS yang
tinggi dapat mengganggu biota Effendi, 2003. Nybakken 1992 menambahkan bahwa semakin tinggi nilai TSS maka dapat mangakibatkan penurunan kedalaman
eufotik yang menyebabkan semakin berkurang pula perairan produktif.
2.3.2 Kebutuhan Oksigen Biokimia dan Kimiawi BOD
5
Bahan organik yang mengalir pada saluran air sangat sulit untuk dipisahkan sesuai dengan yang ditujukan. Hal tersebut dikarenakan limbah
tersebut langsung tercampur dengan segala bahan yang ada pada saluran tersebut. Oleh karena itu tidak ada tes khusus yang menyediakan pengukuran secara
spesifik. Namun demikian terdapat 3 cara pengukuran yang pada umumnya digunakan untuk memperkirakan kandungan bahan organik di perairan. Effendi,
2003 menyatakan bahwa tiga cara tersebut adalah dengan memperkirakan Biological Oxygen Demand
BOD, Chemical Oxygen Demand COD dan Total Organik Carbon
TOC. BOD merupakan jumlah oksigen yang didigunakan dalam proses biokimia
bahan organik oleh organisme yang terdapat dalam air, pada keadaan aerobik yang diinkubasi pada suhu 20
C selam 5 hari BOD
5
APHA, 2005. Pengukuran dengan dilakukan inkubasi selama 5 hari ditujukan untuk meminimalkan oksidasi
amonia yang juga mengkonsumsi oksigen. Proses oksidasi amonia nitrifikasi berlangsung pada hari ke 8-10, sehingga dengan masa inkubasi 5 hari
diperkirakan 70-80 bahan organik telah mengalami oksidasi Effendi, 2003. Nilai BOD
5
di suatu perairan dapat dijadikan petunjuk dalam menentukan tingkat pencemaran bahan organik suatu perairan Tabel 4.
Tabel 4 Kriteria tingkat pencemaran perairan berdasarkan konsentrasi BOD
5
Konsentrasi BOD
5
ppm Tingkat Pencemaran
2.90 Tidak Tercemar
3.00 - 5.00 Tercemar Ringan
5.10 – 14.90
Tercemar Sedang 15.00
Tercemar Berat Sumber : Lee et al. 1978 in Rafni 2004