Struktur Vegetasi Mangrove Ekostruktur Mangrove

65 Tabel 12 Indek Nilai Penting INP mangrove setiap 300 m 2 Spesies INDEKS NILAI PENTING TTB PNP PJB TJK PB2 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 Aegiceras foridum 191,16 Avicennia officinalis 154,38 139,09 190,82 88,25 216,90 Bruguiera gymnorrhiza 60,61 108,84 85,17 Ceriops decandra 119,42 71,11 27,69 40,26 Ceriops tagal 26,20 29,19 83,69 27,95 179,37 111,78 Pandanus tectorius 300,00 300,00 300,00 Rhizophora apiculata 70,95 120,63 142,25 224,46 182,64 Rhizophora mucronata 25,49 40,17 53,00 71,32 Sonneratia alba 77,31 75,54 64,36 Sumber : Analisis data lapang 2011 Tabel 13 Indek keanekaragaman H’, E keseragaman, dan Dominansi D Stasiun Keanekaragaman H Keseragaman E Dominansi D TJT 1 0,930 2,875 0,426 2 1,039 3,343 0,408 3 0,659 2,172 0,534 PNP 1 1 2 1 3 1 PJB 1 0,927 2,776 0,435 2 0.876 2.746 0.102 3 0,863 3,139 0,452 TJK 1 0,996 3,033 0,483 2 0,199 0,595 0,905 3 0,689 2,129 0,624 PB2 1 1,046 3,080 0,368 Sumber : Analisis data lapang 2011 66

5.2 Karakteristik Biofisik Lingkungan

5.2.1 Parameter Fisika Kimia Perairan

Pengukuran kualitas air dilakukan pada setiap lokasi penelitian. Selain itu pengukuran kualitas air ini dilengkapi dengan suhu udara sebagai faktor pendukung. Pengukuran kualitas air ini dibagi pada beberapa stasiun penelitian yang didasarkan pada lokasi dimana didapat pusat pencemaran, ekosistem mangrove, dan juga perairan setelah ekosistem mangrove. Pengambilan sample dan pengukuran kualitas lingkungan dilaksanakan berdasar informasi pasang tertinggi dan surut terendah pada siang hari yaitu pada pukul 10.00-13.00 WIB pasang dan pukul 15.00-17.00 WIB surut. Pembagian stasiun tersebut dijelaskan pada Tabel 10. Sumber : Data Dishidros 2011 Gambar 13 Kondisi pasang surut pada lokasi penelitian a Bulan Maret b Bulan April Tahun 2011 Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Hidrooseanografi TNI AL DISHIDROS menunjukkan bahwa tipe pasang surut permukaan air laut di Pulau Sepanjang adalah bersifat harian tunggal diurnal tide. Tipe pasang surut ini memiliki pengertian bahwa pada pulau ini hanya terdapat satu kali periode pasang dan satu kali surut dalam sehari. Pasang surut pada penelitian ini a b 67 berpengaruh bagi waktu sampling. Pengambilan sample penelitian dilakukan pada saat pasang tertinggi dan surut terendah. Adapun kondisi pasang surut dilokasi penelitian saat dilakukan sampling adalah sebagai berikut Gambar 13. Pasang surut memiliki peran penting terhadap keberadaan bahan pencemar disuatu lingkungan. Pasang surut juga berpengaruh signifikan terhadap keberlangsungan ekosistem mangrove. Bagi mangrove, pasang surut sangat berpengaruh terhadap perpindahan massa air tawar dan laut yang secara langsung mempengaruhi distribusi vertikal spesies mangrove dan zonasi Bengen dan Dutton, 2004. Selain itu, rentang pasang surut dapat mempengaruhi sistem perakaran dan penyebaran propagul mangrove. Di daerah dengan rentang pasang yang lebar, pneumatofora Rhizophora, Sonneratia, dan Aegialites tumbuh lebih tinggi daripada di daerah yang rentangnya sempit. Terkait dengan pencemaran, pasang surut memiliki peran penting dalam mendistribusikan bahan pencemar kelaut. Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang menjadi faktor utama dalam mempengaruhi kondisi lingkungan. Suhu sangat mempengaruhi proses fisika maupun kimia perairan sehingga berperan penting bagi ekosistem perairan khususnya biota yang berada di dalam perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu udara pada saat pasang dari seluruh stasiun berkisar antara 28,83 C – 30,83 C dan surut 28 C – 30,33 C Gambar 14, 15, dan 16. Secara umum perbedaan suhu tidak terlalu signifikan. Pada umumnya lokasi yang memiliki suhu udara rendah adalah pada stasiun yang berada pada daerah mangrove dan point source . Hal tersebut dikarenakan stasiun-stasiun tersebut masih berada di daerah yang tidak mendapatkan penyinaran langsung dari sinar matahari. Adapun stasiun yang memiliki suhu tinggi yaitu pada stasiun yang berada pada daerah perairan laut yang mendapatkan pemaparan sinar matahari secara langsung. Pengambilan data suhu air dilakukan dalam waktu yang sama dengan pengambilan data suhu udara. Hasil pengukuran yang dilakukan di 12 stasiun penelitian menunjukkan bahwa suhu air pada saat pasang berkisar antara 28,5 C - 30.5 C dan pada saat surut perkisar antara 28,17 C – 30,67 C Gambar 14, 15, dan 16. Suhu udara dan suhu air memiliki korelasi yang kuat diantara keduanya. Demikian halnya yang terjadi pada lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa 68 perbedaan suhu antara atmosfer dan air berkorelasi positif dengan cuaca dan waktu pengambilan data. Stasiun Tanjung Tembing dan stasiun Panamparan adalah bukti bahwa cuaca sangat berpengaruh, dikarenakan saat pengambilan data dilakukan pada saat cuaca mendung sedangkan stasiun lainnya pada saat kondisi cuaca cerah. Tingginya suhu pada saat pasang dari pada saat surut di hampir seluruh stasiun dikarenakan pengambilan data dilakukan pada siang hari yaitu pada pukul 10.00 – 13.00 WIB sehingga menyebabkan suhu air tinggi karena mendapatkan sinar matahari secara langsung. Sedangkan data surut dilakukan pengambilan pada sore hari jam 15.00-17.00 WIB dimana intensitas matahari yang diterima lebih sedikit dibandingkan siang hari. Suhu memiliki peranan penting bagi kehidupan biota perairan. Effendi 2003 menyatakan bahwa suhu memiliki peran terhadap proses fisika kimia dan biologi. Setiap organisme yang memiliki kisaran suhu maksimum maupun minimum dalam melangsungkan kehidupannya. Kenaikan suhu dapat meningkatkan laju metabolisme pada organisme Affandi dan Tang, 2002. Semakin tinggi suhu maka semakin meningkat pula laju metabolisme yang terjadi dan mengakibatkan oksegen terlarut DO yang ada di perairan semakin menurun karena banyak dimanfaatkan oleh organisme. Siagian 2001 in Suwondo et al., 2010 menyatakan bahwa suhu optimum bagi kehidupan organisme bentik adalah berkisar antara 25 - 32 C. Welch 1980 in Diniarti 2010 menambahkan bahwa suhu diatas 34 – 40 C merupakan suhu letal yang dapat menyebabkan kematian bagi makroavertebrata bentik. Saenger 2002 menambahkan bahwa laju respirasi dan fotosintesis memiliki dampak yang sangat signifikan dengan laju terendah apda suhu 17 C dan tertingggi pada suhu 25 C. Bagi kehidupan mangrove suhu berperan penting dalam proses fisiologis, seperti fotosintesis dan respirasi. Pertumbuhan mangrove yang baik memerlukan suhu rata-rata minimal lebih besar dari 20 C dan perbedaan suhu musiman tidak melebihi 5 C, kecuali di Afrika Timur dimana perbedaan suhu musiman mencapai 10 C Kusmana, 2008. Temperatur perairan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : musim, ketinggian dari permukaan laut, limbah, lintang, penutupan awan, sirkulasi udara, aliran, serta kedalaman suatu perairan Effendi 2003; Nurjaya 2006.