Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Polusi Kebisingan

6 meter tersebut masuk kedalam daerah yang harus dikosongkan untuk aktivitas kereta api. Pemukiman tersebut memiliki sertifikat tanah. Pemberian dana kompensasi sebagai bentuk kerugian yang ditanggung masyarakat akibat eksternalitas kebisingan dapat dilakukan apabila masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut sakit. Hal ini diperlukan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Berdasarkan fenomena yang terjadi, ada beberapa permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, meliputi: 1 Bagaimana eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat akibat kebisingan kereta api di Kelurahan Bekasi Jaya, Bekasi Timur? 2 Bagaimana kesediaan rumahtangga dalam menerima dana kompensasi? 3 Berapa nilai dana kompensasi willingness to accept yang bersedia diterima rumahtangga? 4 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai dana kompensasi willingness to accept rumahtangga?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji eksternalitas negatif akibat kebisingan kereta api. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Mendeskripsikan eksternalitas negatif akibat kebisingan kereta api di Kelurahan Bekasi Jaya, Bekasi Timur. 2 Mengkaji kesediaan rumahtangga dalam menerima dana kompensasi. 3 Mengestimasi nilai dana kompensasi willingness to accept yang bersedia diterima rumahtangga akibat kebisingan kereta api. 4 Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai dana kompensasi willingness to accept rumahtangga.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup memiliki tujuan untuk mengetahui batas penelitian. Wilayah penelitian terletak di Kelurahan Bekasi Jaya, Bekasi Timur, RW 02 dan 05 dengan 7 populasi penelitian merupakan rumahtangga di RW 02 dan 05 yang memang tinggal di pemukiman dekat rel kereta api. Sampel penelitian adalah masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Responden adalah kepala dan anggota rumahtangga. Populasi berjumlah 280 KK dengan sampel 70 KK. Aspek yang diteliti adalah eksternalitas negatif kebisingan, kesediaan rumahtangga dalam menerima dana kompensasi, besarnya nilai dana kompensasi, dan faktor yang mempengaruhi kesediaan rumahtangga untuk menerima kompensasi. Penelitian ini tidak mencakup aspek teknis pengukuran tingkat kebisingan dan bentuk- bentuk kegiatan sosial atau tanggung jawab program penanggulangan eksternalitas negatif oleh pemerintah. 8 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Polusi Kebisingan

Menurut Manik 2003, bising atau kebisingan merupakan bentuk pencemaran udara, selain gas, partikel atau debu. Menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No.02MENKLH1988, pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, danatau komponen lain ke dalam airudara, danatau berubahnya tatanan komposisi airudara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas airudara menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Polusi atau pencemaran mengandung arti yang negatif karena merupakan suatu proses akibat aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Aktivitas yang dilakukan manusia tersebut berdampak negatif atau dapat merugikan orang lain sehingga dapat dikatakan polusi adalah bagian dari eksternalitas negatif. Menurut Kepmenlh No.48MENLH111996 tentang baku mutu kebisingan, kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat juga waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel. Kebisingan merupakan suara yang dapat merugikan manusia dan lingkungannya. Suara yang didengar manusia memiliki ambang batas tertentu, dari 20-20000 Hertz. Jika suara yang masuk melebihi 140 desibel maka dapat terjadi kerusakan pada gendang telinga dan organ-organ lain dalam gendang telinga. Kebisingan merupakan suara yang melebihi ambang batas pendengaran manusia. Sebagai contoh, kebisingan yang disebabkan oleh kereta api. Masyarakat yang tinggal dekat dengan rel kereta api memiliki intensitas tertentu dalam mendengar lalu lintas kereta api. Setiap harinya mereka mendengar kebisingan tersebut namun tidak mengindahkannya. Hal tersebut terjadi karena sudah terbiasanya mereka dengan kebisingan sehingga terjadi adaptasi akibat bising tersebut. Mereka tetap merasakan dampak akibat kebisingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang hidup dengan kebisingan lalu lintas memiliki 9 tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan orang yang tinggal di lingkungan yang lebih tenang. Menurut Manik 2003, terdapat dua sumber bising, yaitu: 1 Berbentuk titik Bising akan menyebar melalui udara dengan kecepatan suara 1100 feetdetik dan berbentuk lingkaran dalam penyebarannya. Contohnya, mobil yang berhenti dan mesin yang dihidupkan, mesin tenaga listrik. 2 Berbentuk garis Bising akan menyebar melalui udara dan berbentuk silinder yang memanjang dalam penyebarannya, bukan berbentuk lingkaran. Contohnya, bising yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor yang sedang bergerak. Menurut asal sumber, kebisingan dapat dibagi menjadi tiga macam kebisingan, yaitu Wardhana 1995: 1 Kebisingan impulsif ImpulsiveImpact Noise, yaitu kebisingan yang datang sepotong-sepotong dan tidak terus menerus. Contohnya adalah kebisingan dari suara palu yang dipukulkan. 2 Kebisingan kontinyu Steady State Continoise Noise, yaitu kebisingan yang datang terus-menerus dalam kurun waktu yang cukup lama. Contohnya adalah kebisingan dari suara mesin yang dihidupkan. 3 Kebisingan semi kontinyu Intermitten Noise, yaitu kebisingan yang hanya datang seketika kemudian hilang dan akan datang lagi. Contohnya adalah suara mobil atau pesawat terbang tinggal landas. Menurut Manik 2003, dampak kebisingan adalah: 1 Pendengaran berkurang atau perubahan ketajaman pendengaran. Artinya berkurangnya kemampuan mendengar dibandingkan dengan pendengaran manusia normal. Hal yang terjadi adalah adaptasi psikologis. Perubahan pendengaran karena bising terdapat dua tingkatan, yaitu pendengaran yang berkurang untuk sementara dan pendengaran yang berkurang secara permanen atau kehilangan pendengaran tetap. 2 Gangguan komunikasi atau pembicaraan. Pembicaraan harus dilakukan lebih kuat agar tidak salah menerima pesan akibat kebisingan. 10 3 Gangguan pada konsentrasi dan daya kerja yang dapat berakibat pekerjaan tidak dapat selesai tepat waktu atau salah. 4 Gangguan pada ketenangan masyarakat. Ketenangan atau kenyamanan masyarakat dapat terganggu apabila berada disekitar sumber bising. 5 Gangguan tidur. Seseorang akan terganggu tidur atau dapat terbangun dari tidur karena kebisingan. Menurut Fahri dan Pasha 2010, adapun dampak yang ditimbulkan dari kebisingan yang tidak memenuhi syarat kehilangan fungsi pendengaran dan dampak fisiologis, sedangkan dampak psikologis yang meliputi : gangguan emosional, gangguan tidur, dan istirahat serta gangguan komunikasi. Menurut Soeripto 1996 dalam Feidihal 2012, gangguan yang dapat disebabkan oleh bising adalah : 1 Gangguan Fisiologis Gangguan fisiologis akibat kebisingan, seperti menimbulkan kelelahan jantung berdebar, meningkatkan denyut nadi, sakit kepala, meningkatkan tekanan darah, dan menurunkan keaktifan organ pencernaan. 2 Gangguan Psikologis Gangguan psikologis, seperti kurang konsentrasi, emosional mudah marah- marah, gangguan susah tidur, cepat tersinggung, dan tidak nyaman. 3 Gangguan Komunikasi Gangguan komunikasi, seperti suara yang lebih kencangberteriak untuk tetap berkomunikasi. 4 Gangguan Pendengaran Gangguan pendengaran dibagi menjadi tiga, yaitu trauma akustik, temporary treshold shift, dan permanent treshold shift. Terdapat hubungan antara besarnya tekanan suara dan tingkat tekanan suara dari beberapa sumber suara dan kebisingan yang ditunjukkan oleh Tabel 3. Tekanan suara 6,32 dengan tingkat tekanan suara sebesar 110 dBA berasal dari suara dekat kereta api. 11 Tabel 3 Tingkat tekanan suara dari beberapa sumber suara Tekanan Suara Tingkat Tekanan Suara dBA Sumber 6,32 110 dekat kereta api 2,00 100 pabrik perbotolan 0,632 90 full symphony 0,200 80 di samping mobil 0,0632 70 samping jalan di kota 0,0200 60 suara percakapan 0,00632 50 kantor-kantor khusus 0,00200 40 kamar tamu 0,000632 30 kamar tidur pada malam hari Sumber : Canniff 1997 dalam Rusnam 1993 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48MENLH111996, baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan . Standar faktor yang dapat diterima di suatu lingkungan atau kawasan kegiatan manusia. Tabel 4 menunjukkan baku tingkat kebisingan di peruntukan kawasanlingkungan kegiatan dengan intensitas kebisingan tertentu. Ambang batas baku tingkat kebisingan sudah ditetapkan oleh Kepmenlh. Peruntukan kawasan dibagi delapan bagian, diantaranya perumahan dan pemukiman 55 dBA. Tabel 4 Baku tingkat kebisingan No. Peruntukan KawasanLingkungan Kegiatan Intensitas kebisingan dBA Peruntukan Kawasan 1 perumahan dan pemukiman 55 2 perdagangan dan jasa 70 3 perkantoran dan perdagangan 65 4 ruang terbuka hijau 50 5 Industri 70 6 pemerintahan dan fasilitas umum 60 7 Rekreasi 70 8 Khusus a. bandar udara b. stasiun kereta api c. pelabuhan laut 70 d. cagar budaya 60 Lingkungan Kegiatan 1 rumah sakit dan sejenisnya 55 2 sekolah dan sejenisnya 55 3 tempat ibadah dan sejenisnya 55 disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan Sumber : KEP-48MENLH111996 12 Menurut Manik 2003, pengendalian bising diperlukan untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap kesehatan dan kenyamanan, kebisingan dapat dikendalikan dengan cara : 1 Mengurangi bising pada sumbernya. Peralatan atau mesin yang menimbulkan bising ditempatkan dengan baik sehingga kebisingan yang terjadi dapat ditekan. 2 Menambah jarak antara sumber bising dengan yang terkena bising. Semakin jauh dari sumber bising maka semakin rendah tingkat bising yang dialaminya. Misalnya, membuat penghalang antara sumber bising dengan tempat tinggal. 3 Melindungi pekerja di tempat bising untuk melindungi pekerja dari kebisingan, misalnya dengan penggunaan alat pelindung telinga. 4 Mengurangi kepadatan lalu lintas. 5 Membuat tata ruang dan tata guna lahan yang ramah lingkungan. 6 Penerapan baku mutu bising. Penerapan baku mutu bising secara konsisten.

2.2 Eksternalitas