1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pertumbuhan penduduk tinggi. Indonesia masuk urutan ke-empat besar penduduk terbanyak di
dunia dengan jumlah penduduk 242 325 638 jiwa World Development Indicators dalam Worldbank 2011. Pertumbuhan penduduk yang tinggi erat kaitannya
dengan tempat tinggal atau pemukiman. Pemukiman atau tempat tinggal merupakan kebutuhan primer setiap individu disamping kebutuhan pangan dan
sandang. Pemukiman memiliki fungsi sebagai tempat tinggal, pengaman diri, dan tempat interaksi sosial.
Masalah pemukiman sering terjadi karena meningkatnya jumlah penduduk harus disertai dengan daya dukung lingkungan yang mencukupi. Daya dukung
lingkungan yang dimaksud adalah jumlah lahan yang harus disiapkan untuk mendukung jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang semakin meningkat
berkaitan dengan permintaan yang tinggi terhadap lahan pemukiman. Kapasitas penduduk yang melebihi daya dukungnya akan berakibat pada rusaknya tata ruang
kota dan over capacity yang apabila tidak dievaluasi akan menyebabkan penurunan daya dukung lingkungan bahkan mungkin akan terjadi kerusakan
lingkungan. Selain permintaan terhadap lahan pemukiman yang semakin meningkat, jumlah penduduk yang tinggi juga menyebabkan permintaan
meningkat terhadap fasilitas sarana-prasarana di bidang transportasi. Transportasi merupakan sarana penunjang masyarakat untuk memudahkan akses dalam
mobilitas. Permintaan terhadap fasilitas sarana-prasarana untuk mendukung aktivitas penduduk dalam kesehariannya, seperti bekerja. Penduduk yang
memiliki keterbatasan ekonomi bergantung pada kemajuan di bidang transportasi. Transportasi umum yang sering digunakan adalah kereta api dan angkutan umum.
Kota Bekasi adalah daerah urban yang terdiri dari 12 Kecamatan dengan jumlah penduduk cukup tinggi yang artinya kebutuhan pemukimannya juga
tinggi. Permintaan unit rumah yang dibangun terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Menurut Badan Pusat Statistika 2011, hasil
2
Sensus Penduduk SP 2010, Kecamatan Bekasi Timur adalah wilayah yang paling padat penduduknya yang mencapai 18 387 jiwakm persegi. Jumlah
penduduk Kota Bekasi adalah 2 336 498 jiwa dengan penyebaran penduduk kecamatan terbanyak adalah Bekasi Utara 310 198 jiwa, Bekasi Barat 270 569
jiwa, Bekasi Timur 248 046 jiwa, dan Pondok Gede 246 413 jiwa. Jumlah penduduk yang tinggi harus diimbangi dengan lahan pemukiman
dan kemajuan transportasi yang mencukupi. Terdapat persaingan dalam pemanfaatan lahan namun sifat lahan sendiri adalah tetap. Akibatnya, banyak
penduduk yang tinggal di pemukiman yang tergolong kurang memperhatikan faktor lingkungan, seperti tinggal dekat dengan rel kereta api. Faktor lingkungan
yang tidak diperhatikan akan berpengaruh pada kenyamanan dan kesehatan. Salah satu pemukiman yang kurang memperhatikan faktor lingkungan
terdapat di wilayah Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi. Wilayah pemukiman ini cukup padat dan berdiri dekat dengan rel kereta
api. Tabel 1 dibawah ini menunjukkan frekuensi perjalanan kereta api pada 26 Januari 2013. Data dalam tabel hanya menunjukkan frekuensi kereta api
bisniseksekutif yang berangkat dari Stasiun Gambir menuju kota lain yang melewati wilayah pemukiman tersebut.
Tabel 1 Frekuensi perjalanan kereta api 26 Januari 2013
Kota Asal-Tujuan dan sebaliknya
Jenis Kereta Frekuensi Perjalanan
Pergi-Pulang Jakarta-Surabaya
Agro Bromo Anggrek Pagi, Agro Bromo Anggrek Malam, Sembrani,
dan Bima 8
Jakarta-Jombang Bima
2 Jakarta-Yogyakarta
Taksasa Pagi, Taksasa Malam, Argo Dwipangga, Argo Lawu, dan
Gajayana 10
Total 20
Sumber : Jadwal Stasiun Kereta Api Gambir 2013
1
Kereta api yang melintasi Stasiun Bekasi merupakan kereta antar provinsi, tujuan wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Kereta api
1
http:jadwalstasiunkeretaapiterbaru.blogspot.com201301jadwal-kereta-api-bisnis- eksekutif.html.UcE2JnqHYfw diakses tanggal 14 Mei 2013
3
yang melintas merupakan kereta ekonomi maupun bisniseksekutif. Tabel 1 menunjukkan frekuensi perjalanan kereta api asal Jakarta-Surabaya, Jakarta-
Jombang, Jakarta-Yogyakarta, dan sebaliknya. Kereta bisniseksekutif tersebut melintasi pemukiman di Bekasi Timur dengan total frekuensi perjalanan 20 kali
pada tanggal 26 Januari 2013. Aktivitas kereta api dengan frekuensi perjalanan cukup sering sepanjang
hari dapat menimbulkan eksternalitas positif dan negatif. Eksternalitas positif yang dirasakan masyarakat yang bermukim dekat dengan kereta api antara lain,
penghematan biaya transportasi dan kemudahan serta kecepatan akses. Eksternalitas negatifnya, yaitu polusi kebisingan, keamanan, dan resiko
kriminalitas berupa lemparan batu. Kebisingan merupakan salah satu parameter untuk mengukur kualitas lingkungan. Tabel 2 menunjukkan bahwa kebisingan
merupakan bahan pencemar yang memiliki dampak atas pencemarannya tersebut. Kereta api merupakan salah satu sumber pencemaran.
Tabel 2 Bahan pencemar, sumber dan dampak pencemaran udara
Bahan Pencemar Sumber Pencemaran
Dampak Pencemaran Kebisingan
kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api, industri, bahan
peledak, pekerjaan kontruksi menyebabkan kejengkelan,
mengganggu kegiatan kerja dan kenyamanan, menyebabkan
gangguan syaraf dan pendengaran
Sumber : Manik 2003
Berdasarkan Tabel 2, kebisingan merupakan salah satu bahan pencemaran. Kebisingan juga akan menyebabkan kejengkelan, mengganggu kegiatan kerja,
kenyamanan, mengganggu syaraf dan pendengaran. Sumber pencemaran dari kebisingan, seperti kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api, industri,
bahan peledak, dan pekerjaan kontruksi. Kebisingan memiliki dampak negatif lainnya, yaitu dapat mengganggu
psikologis dan fisiologis. Adanya gangguan tersebut menimbulkan biaya eksternal yang dapat merugikan masyarakat. Pemberian kompensasi mungkin saja dapat
dilakukan karena biaya tersebut ditanggung oleh masyarakat sendiri. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk dilakukan. Eksternalitas negatif dapat
diminimalisir dengan penanganan dan pengevaluasian yang tepat sehingga tidak
4
merugikan masyarakat maupun pemerintah. Eksternalitas negatif yang tidak diperhatikan dapat menambah kerusakan dan menurunkan kualitas lingkungan.
Adanya kajian mengenai eksternalitas negatif akibat kebisingan terhadap masyarakat yang tinggal dekat rel kereta api diharapkan dapat mengatasi
permasalahan eksternalitas. Kajian tersebut terkait dengan eksternalitas negatif kebisingan, kesediaan rumahtangga menerima dana kompensasi, nilai dana
kompensasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya dana kompensasi.
1.2 Perumusan Masalah