46
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Eksternalitas Negatif Akibat Kebisingan Kereta Api
Kebisingan dari kereta api masuk kedalam kebisingan semi kontinyu menurut asal sumber. Hal tersebut dikarenakan kebisingan kereta api terjadi hanya
saat kereta api melintas yang seketika datang kemudian menghilang dan akan datang lagi. Kejadian tersebut terus berulang karena setiap harinya aktivitas kereta
api terus berjalan. Hasil penelitian terhadap 70 responden di Kelurahan Bekasi Jaya, khususnya RW 02 dan 05 menunjukkan bahwa seluruh responden
merasakan eksternalitas negatif akibat aktivitas kereta api. Tabel 14 menunjukkan frekuensi dan persentase masyarakat yang merasakan eksternalitas negatif.
Tabel 14 Eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat akibat aktivitas kereta api di Kelurahan Bekasi Jaya
Eksternalitas Negatif Frekuensi orang
Persentase ya
70 100
tidak Total
70 100
Sumber : Data primer diolah 2013
Tabel 14 menunjukkan bahwa sebanyak 70 orang dengan persentase sebesar 100 persen merasakan eksternalitas negatif. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
kereta api memang menimbulkan dampak negatif yang cukup besar bagi masyarakat yang tinggal dekat dengan kereta api di wilayah tersebut. Bentuk
eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat akibat aktivitas kereta api adalah keamanan, polusi kebisingan dan getaran, dan kriminalitas berupa lemparan batu.
Tabel 15 menunjukkan bentuk eksternalitas yang paling dirasakan masyarakat akibat aktivitas kereta api.
Tabel 15 Bentuk eksternalitas negatif akibat aktivitas kereta api
Bentuk Eksternalitas Negatif Frekuensi orang
Persentase keamanan
20 29
polusi kebisingan dan getaran 47
67 kriminalitas lemparan batu
3 4
Total 70
100 Sumber : Data primer diolah 2013
47
Bentuk eksternalitas yang paling dirasakan adalah polusi kebisingan dan getaran dengan persentase 67 persen sebanyak 47 orang. Kereta api yang
berlalulalang menimbulkan bising dan getaran yang awalnya sangat mengganggu masyarakat. Bising yang dirasakan dapat berdampak pada gangguan tidur, mudah
terkejut, gangguan konsentrasi, memicu datangnya penyakit, dan gangguan pembicaraankomunikasi. Getaran dari kereta api yang sedang melintas memiliki
dampak pada retaknya tembok-tembok rumah masyarakat sekitar dan kaca rumah pernah mengalami pecah seketika karena getaran yang cukup besar.
Keamanan dengan persentase 29 persen sebanyak 20 orang. Keamanan yang dimaksud adalah adanya risiko kecelakaan. Misalnya penutup pintu kereta api
yang tidak berfungsi, kecerobohan pengguna jalan, dan anak-anak yang suka bermain dekat rel kereta api. Kriminalitas berupa lemparan batu dengan
persentase empat persen sebanyak tiga orang. Lemparan batu terjadi saat keamanan terhadap komponen transportasi belum ditingkatkan, seperti saat masih
banyaknya pengguna kereta api yang duduk ataupun berdiri di atap kereta api yang berjalan, khususnya pendukung sepakbola daerah yang bermain di Jakarta.
Mereka suka melempari pemukiman dengan batu sehingga menyebabkan adanya kerusakan rumah, seperti genteng ataupun etalase rumah masyarakat.
Bentuk eksternalitas seperti keamanan kecelakaan tergolong rutin setiap tahunnya terjadi. Menurut responden, kecelakaan sering terjadi di pintu
perlintasan kereta api namun dahulu juga pernah terjadi di daerah pemukiman mereka, seperti anak yang sedang bermain layangan di dekat rel yang lepas dari
perhatian orang tuanya. Kecelakaan dapat terjadi 2-3 kali setiap tahunnya. Tindakan kriminalitas seperti lempar batu terjadi saat demam sepak bola
berlangsung. Saat itu, keamanan pada sarana transportasi kereta api belum meningkat dibandingkan dengan kondisi sekarang.
Bentuk eksternalitas negatif berupa kebisingan dipengaruhi oleh lama tinggal seseorang. Faktor lama tinggal merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi masyarakat merasakan bising atau tidak bising. Tabel 16 menunjukkan persepsi kualitas bising yang dirasakan responden.
48
Tabel 16 Kualitas bising yang dirasakan responden akibat aktivitas kereta api
Kualitas Kebisingan Frekuensi orang
Persentase bising
41 59
tidak bising 29
41 Total
70 100
Sumber : Data primer diolah 2013
Responden yang menjawab bising memiliki lama tinggal yang lebih singkat daripada responden yang menjawab tidak bising. Hal tersebut dikarenakan suara
kebisingan telah mengadaptasi dalam kehidupan sehari-hari. Persentase responden menjawab bising sebesar 59 persen 41 orang sedangkan menjawab tidak bising
sebesar 41 persen 29 orang dari total responden 70 orang. Kebisingan dan getaran yang dirasakan memberikan pengaruh pada
kenyamanan. Masalah kebisingan dan getaran bagi masyarakat yang sudah lama tinggal dekat rel kereta api hampir tidak berpengaruh lagi mereka karena sudah
terbiasa. Pendapat sebagian responden merasakan pengaruh kebisingan dan getaran, seperti mengganggu pendengaran dan istirahat. Pengaruh kebisingan dan
getaran terhadap kenyamanan dapat dilihat dalam Tabel 17. Tabel 17 Pengaruh kebisingan dan getaran terhadap kenyamanan responden
akibat aktivitas kereta api
Pengaruh Kebisingan dan Getaran Frekuensi orang
Persentase sangat mengganggu pendengaran, mengganggu
istirahat, dan mengganggu aktivitas mengganggu pendengaran, mengganggu istirahat,
dan mengganggu aktivitas mengganggu pendengaran, mengganggu istirahat,
dan tidak mengganggu aktivitas 7
10 sedikit mengganggu pendengaran, tidak
mengganggu istirahat, dan tidak mengganggu aktivitas
24 34
tidak mengganggu pendengaran, tidak mengganggu istirahat, dan tidak mengganggu aktivitas
39 56
Total 70
100 Sumber : Data primer diolah 2013
Tabel 17 menunjukkan sebanyak 39 orang 56 persen responden menjawab bahwa pengaruh kebisingan terhadap kenyamanan tidak mengganggu
pendengaran, tidak mengganggu istirahat, dan tidak mengganggu aktivitas.
49
Sebanyak 24 orang 34 persen responden menjawab kebisingan sedikit mengganggu pendengaran, tidak mengganggu istirahat, dan tidak mengganggu
aktivitas. Sebanyak tujuh orang 10 persen responden menjawab kebisingan mengganggu pendengaran, mengganggu istirahat, dan tidak mengganggu
aktivitas. Responden yang menjawab pengaruh kebisingan tersebut mengganggu pendengaran, istirahat, dan tidak mengganggu aktivitas dipengaruhi lama tinggal
yang lebih singkat dibandingkan dengan responden yang menjawab lainnya rata- rata lama tinggalnya 11 tahun. Responden yang menjawab pengaruh kebisingan
tersebut tidak mengganggu pendengaran, istirahat, dan aktivitas dipengaruhi oleh lama tinggal yang lebih lama dibandingkan responden yang menjawab lainnya
rata-rata lama tinggalnya 35 tahun. Kebisingan dapat menimbulkan eksternalitas negatif yang mengganggu dan
merugikan manusia. Eksternalitas negatif yang dirasakan responden akibat kebisingan kereta api di Kelurahan Bekasi Jaya dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Eksternalitas negatif yang dirasakan responden akibat kebisingan kereta api di Kelurahan Bekasi Jaya
Eksternalitas Negatif Frekuensi orang
Persentase gangguan komunikasi
70 100
Total 70
100 gangguan mudah terkejut
3 9
gangguan susah tidur dan mudah terkejut 6
19 gangguan emosionalmental
dan mudah terkejut 2
6 gangguan konsentrasi
14 44
gangguan emosionalmental dan susah tidur 1
3 gangguan emosional
6 19
Total 32
100 gangguan peningkatan tekanan darah
9 22
gangguan peningkatan tekanan darah dan peningkatan denyut nadi
1 2
gangguan fungsi pencernaan 16
40 gangguan peningkatan tekanan darah
dan fungsi pencernaan 10
25 gangguan peningkatan denyut nadi dan fungsi pencernaan
3 8
gangguan peningkatan denyut nadi 1
3 Total
40 100
Sumber : Data primer diolah 2013
50
Berdasarkan Tabel 18, gangguan komunikasi dirasakan semua responden dengan persentase 100 persen 70 orang. Gangguan komunikasi yang timbul,
seperti suara yang dibutuhkan lebih kencangberteriak untuk tetap berkomunikasi dan ketika kereta api berjalan maka orang yang sedang mengobrol beberapa
berhenti sejenak hingga kereta api selesai melintas. Sebanyak 32 orang dari 70 orang responden mengalami jenis gangguan, seperti mudah terkejut, susah tidur,
emosional, dan konsentrasi. Gangguan konsentrasi dirasakan sebanyak 14 orang 20 persen. Konsentrasi responden menjadi berkurang dan terganggu saat kereta
melintas. Gangguan susah tidur dan mudah terkejut sebanyak enam orang 19 persen. Gangguan emosional sebanyak enam orang 19 persen. Gangguan
mudah terkejut sebanyak tiga orang empat persen. Gangguan emosionalmental dan
mudah terkejut
sebanyak dua
orang tiga
persen. Gangguan
emosionalmental dan susah tidur sebanyak satu orang satu persen. Responden yang mengalami gangguan susah tidur adalah responden yang belum lama tinggal
di wilayah tersebut. Selain itu, masyarakat juga sering terkejut apabila kereta api datang di tengah malam saat sedang tidur dan memancing emosi.
Hasil survei menunjukkan sebanyak 40 orang dari 70 orang responden mengalami jenis gangguan lainnya, seperti peningkatan tekanan darah,
peningkatan denyut nadi, dan terganggunya fungsi pencernaan akibat kebisingan. Sebanyak sembilan orang dengan persentase 13 persen masyarakat mengalami
peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah dan peningkatan denyut nadi sebanyak satu orang dua persen. Terganggu fungsi pencernaan sebanyak
16 orang 23 persen, peningkatan tekanan darah dan terganggu fungsi pencernaan sebanyak 10 orang 14 persen, peningkatan denyut nadi dan terganggu fungsi
pencernaan sebanyak tiga orang empat persen, dan peningkatan denyut nadi satu orang satu persen. Responden yang merasakan gangguan seperti diatas akibat
kebisingan memiliki rata-rata lama tinggal 33 tahun yang lebih lama dibandingkan dengan responden yang tidak merasakan gangguan akibat
kebisingan 22 tahun. Faktor jarak tempat tinggal ke sumber bising tidak memiliki pengaruh yang cukup besar karena rata-rata jaraknya hampir sama.
Responden yang merasakan gangguan tersebut rata-rata jarak tempat tinggal ke
51
sumber bising adalah 14.3 meter sedangkan responden yang tidak merasakan gangguan akibat kebisingan jarak tempat tinggal ke sumber bisingnya adalah 13.8
meter. Kebisingan yang tidak dapat terhindarkan membuat masyarakat melakukan
suatu usaha untuk mengatasinya. Tabel 19 menunjukkan usaha yang dilakukan responden untuk mengatasi kebisingan. Usaha yang dilakukan responden untuk
mengatasi kebisingan, diantaranya menutup telinga dan menyetel musik. Tabel 19 Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kebisingan akibat aktivitas
kereta api
Usaha yang Dilakukan Frekuensi orang
Persentase diam saja
59 84
menutup telinga 10
14 menyetel musik
1 2
Total 70
100 Sumber : Data primer diolah 2013
Hasil suvei langsung kepada responden mengenai usaha mereka untuk mengatasi kebisingan yang terjadi, sebanyak 84 persen 59 orang menjawab diam
sajapasrah. Sebanyak 14 persen 10 orang menjawab menutup telinga dan dua persen satu orang menjawab menyetel musik sebagai usahanya dalam mengatasi
kebisingan. Besarnya persentase responden yang bersikap diam sajapasrah dalam mengatasi kebisingan disebabkan oleh sudah terbiasanya mereka dengan
kebisingan yang terjadi meskipun tetap mengganggu kenyamananketenangan mereka. Selain karena hal tersebut, mereka sadar bahwa kebisingan merupakan
risiko yang harus mereka terima dengan memilih tempat tinggal dekat dengan rel kereta api.
6.2 Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Dana Kompensasi