Penelitian Pendahuluan Penelitian Utama

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk menentukan jenis tanah dan lokasi tempat tumbuh kalakai di kota Palangkaraya dan sekitarnya. Jenis tanah dan lokasi terpilih diperoleh melalui informasi dari data sekunder dan wawancara dengan beberapa masyarakat di Palangkaraya.

2. Penelitian Utama

Hasil penelitian pendahuluan diperoleh lima jenis tanah yang ditumbuhi kalakai maka pada penelitian utama dilakukan pengambilan sampel di lima lokasi tersebut. Bagian kalakai yang diambil pada saat sampling adalah pucuk daun kalakai 15 -20 cm dari ujung tangkai daun, dapat dilihat pada Gambar 1. Kalakai yang diperoleh diukur kadar airnya di laboratorium Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangkaraya dan diberi perlakuan pemasakan. Perlakuan pemasakan yang diterapkan terdiri dari empat macam, yaitu rebus, tumis, kukus, dan tanpa perlakuan segar. Pemilihan cara pemasakan ini berdasarkan metode yang biasa dilakukan oleh masyarakat Tabel 4. Tabel 4 Cara Pemasakan Kalakai Cara Keterangan Rebus Kalakai yang telah dicuci kemudian direbus dengan air mendidih selama 2 menit. Perbandingan kalakai dan air rebusan adalah 1:5. Setelah itu kalakai ditiriskan selama 5 menit. Sisa air rebusan kuah kalakai disimpan sebagian sekitar 50 ml di dalam botol gelap untuk dianalisis kandungan mineral yang terlarut di dalamnya. Kukus Kalakai yang telah dicuci kemudian dikukus selama 5 menit. Setelah itu kalakai ditiriskan selama 5 menit. Tumis Kalakai yang telah dicuci, kemudian ditumis selama 2 menit menggunakan minyak kelapa sawit merek Bimoli yang telah dipanaskan. Perbandingan kalakai dengan minyak adalah 6 : 1. Setelah itu kalakai ditiriskan selama 5 menit. Segar Kalakai dicuci menggunakan air keran lalu ditiriskan. Setelah dimasak kalakai tersebut dikeringkan menggunakan oven 70 o C Karim et al., 2007, selama 48 jam hingga kering di laboratorium Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangkaraya. Setelah kering, kalakai dihaluskan menggunakan blender kering sehingga diperoleh tepung kalakai. Tepung kalakai diayak menggunakan ayakan 40 mess untuk menyamakan luas permukaan tepung. Setelah itu tepung disimpan dalam wadah plastik polietilen. Sampel tepung dan sisa air rebusan kemudian disimpan di dalam freezer. Seluruh sampel tepung dan air sisa rebusan yang telah siap untuk dianalisis dikirim ke kampus IPB Darmaga. Pengukuran kadar air, abu, dan pembuatan larutan mineral dilakukan di Laboratorium ITP, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, sedangkan pengukuran kadar mineral dengan AAS dilakukan di Laboratorium AAS, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. a Analisis Kadar Air AOAC, 1995 Sebanyak 2 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan aluminium yang telah diketahui bobot kosongnya, kemudian dikeringkan ke dalam oven 105 o C selama 5 jam, lalu didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar air Basis basah : − − x 100 Keterangan : x : Bobot awal sampel y : Bobot cawan dan sampel setelah dikeringkan z : Bobot cawan kosong b Analisis Kadar Abu AOAC, 1995 Sebanyak 2-5 gram sampel ditimbang dalam cawan porselen yang telah diketahui bobot kosongnya. Cawan dan isinya diarangkan diatas hotplate selama 30 menit sampai tidak berasap, kemudian sampel diabukan di dalam tanur bersuhu 550 o C selama 24 jam. Setelah diabukan cawan berisikan abu sampel disimpan di dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu Basis basah : − x 100 Kadar abu Basis kering : � � � � �� 1 −� � � �� �� x 100 Keterangan : x : Bobot awal sampel y : Bobot cawan dan sampel setelah dikeringkan z : Bobot cawan kosong c Analisis Mineral dengan Atomic Absorption Spectrophotometry AAS AOAC, 1995 Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke dalam gelas piala 150 ml. Tambahkan 10 ml HNO 3 dan aduk secara merata. Tambahkan 3 ml HClO 4 60, lalu panaskan di atas hot plate. Panaskan hingga HNO 3 hampir semuanya terevaporasi. Pemanasan terus dilanjutkan hingga terbentuk asap putih. Setelah asap putih muncul sampel didiamkan sejenak hingga sampel tidak panas. Setelah itu tambahkan 10 ml larutan HCl yang ditambahkan air demineral dengan perbandingan 1 : 1. Larutan tersebut ditransfer secara kuantitatif ke dalam labu takar 50 ml, lalu ditera dengan air deionisasi. Pada analisis mineral Ca dan Mg, ditambahkan 5 ml larutan lanthanum klorida 10 ke dalam labu takar 50 ml. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir gangguan ion fosfat pada saat pengukuran. Larutan mineral yang telah dibuat melalui pengabuan basah siap untuk dianalisis menggunakan AAS. Setiap larutan diencerkan hingga kadarnya sesuai dengan kurva standar Lampiran 1. Setelah itu sampel langsung diinjeksikan ke dalam alat AAS. Kandungan mineral pada larutan sampel akan dihitung pada panjang gelombang yang berbeda tergantung pada jenis mineral yang akan dianalisis. Pengukuran kadar besi, magnesium, kalsium, tembaga, mangan, seng, dan aluminium menggunakan panjang gelombang berturut- turut 284.3 nm, 285.3 nm, 422.7 nm, 324.7 nm, 279.5 nm, 213.9 nm, dan 309.3 nm.

D. Analisis Statistik