Mangan Mn Tembaga Cu

Proses pengukusan menyebabkan penurunan kandungan Zn sebesar 4-32, sedangkan penumisan menyebabkan penurunan sebesar 14-37. Kandungan Zn pada seluruh kalakai pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan beberapa sayuran lain. Bahemuka et al. 1999 melaporkan kandungan Zn pada sayuran selada dan daun kubis berturut-turut yaitu 15.9 ppm dan 37.6 ppm.

e. Mangan Mn

Data kandungan Mn pada berbagai perlakuan pemasakan ditunjukkan oleh Tabel 13. Kandungan Mn kalakai pada penelitian ini mencapai 173.9 ppm bk atau 17 ppm bb 1.7 mg100g bb, nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan Zn bayam yang dilaporkan Anonim 2010 yaitu 9 ppm bb 0.9 mg100g bb. Sebagai contoh, kalakai dari tanah sufat masam mengandung Mn 17.39 mg100g bk, maka jika kalakai dikonsumsi sebanyak satu porsi penyajian per harinya, yaitu sekitar 300 gram basis basah atau 30 gram basis kering, terdapat 5.2 mg Mn30 gram bk yang dikonsumsi. Mn dari kalakai ini dapat menyumbang 58 Mn yang disarankan. Recommended Daily Allowance Mn menurut Belitz dan Grosch 1999, yaitu 2-9 mg per hari. Tabel 13 Data Kadar Mangan Kalakai ppm basis kering Sayuran Bln Kadar Mn ppm basis kering Segar Rebus Kukus Tumis Kalakai Tanah Bergambut 1 Jan 158.0 97.4 38 137.513 115.727 Feb 79.3 65.6 17 78.8 1 88.2 Kalakai Tanah Bergambut 2 Jan 128.3 98.1 24 116.110 103.020 Feb 79.7 49.5 38 58.7 26 71.211 Kalakai Sulfat Masam Jan 173.9 122.729 144.417 78 55 Feb 75.6 57.8 24 61.6 19 73.8 2 Kalakai Pasir Kuarsa Jan 113.9 91.8 19 112.9 1 78 32 Feb 65.9 45.0 32 52.7 20 70.9 Kalakai Aluvial Jan 100.8 92.9 8 80.8 20 81 20 Feb 63.4 47.6 25 53.1 16 61.9 2 Keterangan : angka didalam kurung merupakan penurunan kandungan mineral Proses pengolahan mempengaruhi kandungan mineral Mn pada kalakai. Proses perebusan menyebabkan penurunan kandungan Mn sebesar 8-38. Penurunan ini lebih besar jika dibandingkan dengan hasil penelitian Kawashima 2003, yang melaporkan bahwa penurunan akibat proses pemasakan hanya sebesar 7-8 pada sayuran yang diteliti.

f. Tembaga Cu

Data kandungan Cu pada berbagai perlakuan pemasakan ditunjukkan oleh Tabel 14. Kandungan Cu kalakai pada penelitian ini mencapai 26.7 ppm bk atau 2.6 ppm bb 0.26 mg100g bb, nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan Cu bayam yang dilaporkan Anonim 2010 yaitu 1 ppm bb 0.1 mg100g bb. Tabel 14 Data Kadar Tembaga ppm basis kering Sayuran Bln Kadar Cu ppm basis kering Segar Rebus Kukus Tumis Kalakai Tanah Bergambut 1 Jan 18.3 16.311 18.8 11.935 Feb 25.6 Kalakai Tanah Bergambut 2 Jan 4.5 7.2 3.0 33 1.664 Feb 10.7 Kalakai Sulfat Masam Jan 21.5 9.1 58 16.523 13.338 Feb 22.0 Kalakai Pasir Kuarsa Jan 22.7 17.822 18.718 15.233 Feb 25.1 Kalakai Aluvial Jan 26.2 20.422 21.319 18.828 Feb 26.7 Keterangan : angka didalam kurung merupakan penurunan kandungan mineral Sebagai contoh, kalakai dari tanah aluvial mengandung Cu 2.67 mg100g bk, jika kalakai dikonsumsi sebanyak satu porsi penyajian per harinya, yaitu sekitar 300 gram basis basah atau 30 gram basis kering, maka terdapat 8 mg Cu30 gram bk yang dikonsumsi. Jumlah ini melebihi asupan harian yang disarankan. Recommended Daily Allowance Cu menurut Belitz dan Grosch 1999, yaitu 3.2 mg per hari. Oleh karena itu, mengkonsumsi kalakai yang berasal dari tanah aluvial dapat membahayakan kesehatan. Selain itu, menurut Mc Dowell 1995, beberapa senyawa yang dapat terganggu penyerapannya ke dalam tubuh akibat keberadaan tembaga antara lain fitat, asam amino tertentu, vitamin C, serat, Zn, dan Fe. Proses pengolahan memberikan pengaruh terhadap kandungan mineral kalakai. Proses perebusan menyebabkan penurunan kadar Cu sebesar 11-60. Sedangkan penumisan dan pengukusan berturut-turut menyebabkan penurunan sebesar 28-64 dan 18-33.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Jenis tanah yang ditumbuhi kalakai mempengaruhi kandungan mineral yang terdapat pada pucuk daun kalakai. Kalakai yang tumbuh tanah bergambut memiliki kandungan mineral Mg, Ca, Zn, Mn cenderung cukup tinggi, yaitu berturut-turut mencapai 5160, 6399, 134.6, dan 158 ppm, sedangkan Fe, Cu, dan Al rendah dengan kadar berturut-turut 117.2, 4.5, dan 20.5 ppm. Tanah bergambut pada penelitian ini memiliki pH 6.08 yang diduga masih cukup banyak mineral yang tersedia untuk diserap oleh tumbuhan. Kalakai yang tumbuh pada tanah sulfat masam mengandung Fe dan Al yang tinggi yaitu 336.4 ppm dan 76.4 ppm. Tingginya mikro mineral Al dan Fe pada tanah sulfat masam disebabkan oleh pH tanah yang cukup rendah. Kalakai yang tumbuh pada tanah pasir kuarsa mengandung mineral Ca, Cu, dan Al yang cukup tinggi, yaitu berturut-turut 6299, 25.1, dan 58.1 ppm sedangkan mineral lain seperti Mg, Fe, Zn, dan Mn kandungannya rendah yaitu berturut-turut 4598, 65, 86.8, dan 65.9 ppm. Pada tanah aluvial ditemukan bahwa kandungan Cu pada kalakai cukup tinggi yaitu 26.7 ppm, sedangkan Fe, Mn, dan Al rendah dengan kadar berturut-turut 52, 63.4, dan 5.3 ppm. Kandungan mineral yang relatif rendah pada kalakai dari tanah pasir kuarsa dan aluvial diduga karena rendahnya unsur hara yang terdapat pada jenis tanah tersebut. Hasil analisis total mineral atau kadar abu kalakai pada berbagai cara pemasakan menunjukkan bahwa kalakai memiliki kandungan total mineral yang berbeda. Total mineral dari yang terendah hingga tertinggi berturut-turut yaitu kalakai yang dimasak dengan cara direbus, ditumis, dikukus dan segar atau tanpa perlakuan pemasakan. Proses pemasakan memberikan pengaruh terhadap kandungan mineral kalakai. Proses pemasakan dengan cara direbus adalah yang paling tinggi peranannya dalam penurunan jumlah mineral Mg 21-68, Cu 11-60, Ca 39 dan Mn 8-38. Mineral lain seperti Zn dan Fe mengalami penurunan tertinggi dengan cara ditumis berturut-turut 14-37 dan 9-43. Kandungan seluruh mineral kecuali Cu, masih pada batas asupan harian yang disarankan jika diasumsikan bahwa satu porsi penyajian sayur kalakai adalah sebesar 50 gram.