b Penyiapan Benih Untuk benih digunakan rimpang yang berasal dari tanaman cukup tua,
yaitu umurnya antara 9-12 bulan. Rimpang jahe yang akan dibuat benih dipotong-potong. Ukuran rimpang untuk bibit antara 50-80 gram. Untuk
menjaga agar bekas potongan tidak busuk maka pada bekas sayatan ditaburi abu gosok. Selanjutnya rimpang ditunaskan selama 1-3 minggu
pada media tumpukan jerami padi. Media jerami disiram rutin dan jangan dibiarkan sampai kering.
c Penanaman Potongan rimpang yang sudah bertunas dimasukkan kedalam lubang
tanam yang telah disiapkan dengan mata tunas dihadapkan ke atas kemudian ditutup dengan tanah halus. Setelah itu permukaan ditutup
dengan jerami agar pertumbuhan gulma terhambat dan permukaan tanah tetap terjaga kelembabannya.
2.1.5 Sistem Panen Tanaman Jahe
Waktu panen jahe akan mempengaruhi kadar minyak atsiri dan serat dari jahe yang dihasilkan. Kadar minyak atsiri jahe akan semakin meningkat dengan
semakin meningkatnya umur tanaman. Waktu panen ditentukan oleh tujuan produk akhir yang dituju, apakah untuk bumbu masak atau ekstraksi minyak
atsirinya. Pemanenan jahe yang akan digunakan sebagai bumbu masak dilakukan pada umur kurang lebih 4 bulan. Sebagai bahan obat, rimpang jahe dipanen
setelah tua yaitu umur 9-12 bulan setelah tanam. Pemanenan jahe sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan karena jika dilakukan pada musim hujan
menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena tingginya kadar air Hapsoh, 2011.
2.1.6 Kandungan Kimia Jahe
Rimpang jahe mengandung 1-3 minyak atsiri, yang kandungan kimia utamanya adalah Zingiberen dan
β-bisabolen. Rasa pedas dan tajam dihasilkan oleh campuran senyawa fenolat yang disebut gingerol, gingerdiol, gingerdion,
dihidrogingerdion, dan shogaol. Shogaol dihasilkan dari proses dehidrasi dan degradasi gingerol serta terbentuk selama pengeringan dan ekstraksi. Shogaol
lebih pedas dan tajam daripada gingerol, yang faktanya bahwa jahe kering lebih pedas dari jahe segar Heinrich dkk., 2010.
2.1.7 Manfaat Jahe
Jahe terkenal menghasilkan efek menghangatkan jika dimakan, dan sifat dasarnya yang berbau tajam merangsang reseptor-reseptor termogenik. Efek
farmakologis paling pentingnya yaitu penggunaannya untuk mencegah gejala gejala gastrointestinal pada mabuk perjalanan dan mual pascaoperasi, serta vertigo
dan mual pagi hari pada kehamilan, dan terdapat bukti klinis khasiat jahe pada kondisi ini. Konsumsi jahe juga telah dilaporkan memiliki efek bermanfaat
meringankan nyeri dan frekuensi sakit kepala migrain Heinrich dkk., 2010. Sudah sejak lama jahe digunakan sebagai bumbu dapur. Aroma dan rasanya
yang khas menyebabkan penggunaan jahe untuk bumbu dapur lebih memasyarakat. Penggunaan jahe kedua terbanyak yaitu sebagai obat tradisional.
Jahe yang mengandung gingerol dapat dimanfaatkan sebagai obat Anti Inflamasi,