Letak Geografis dan Administrasi Kondisi Biofisik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Letak Geografis dan Administrasi

Kota Makassar secara geografis terletak antara 119 o 18 28 −119 o 32 03 BT dan 05 o 03 18 −05 o 13 6,5 LS yang berbatasan di sebelah Utara dengan Kabupaten Pangkep dan Maros, sebelah Timur dengan Kabupaten Maros dan Gowa, sebelah Selatan dengan Kabupaten Gowa, dan sebelah Barat dengan Selat Makassar. Luas Kota Makassar secara keseluruhan adalah 17.577 ha yang terdiri atas 17.437 ha wilayah daratan dan 140 ha wilayah kepulauan. Dalam wilayah laut Kota Makassar terdapat 12 pulau, 1 gusung, dan 26 taka DKKP, 2006. Pulau terjauh adalah Pulau Lanyukang sejauh 40 km dari Kota Makassar tepatnya dari dermaga Kayu Bangkoa, sedangkan pulau terdekat adalah Pulau Lae-lae berjarak 2 km dari Kota Makassar. Kota yang terletak di pantai barat Sulawesi Selatan ini mempunyai garis pantai sepanjang 52,8 km yang terdiri atas garis pantai daerah pesisir sepanjang 36,1 km dan garis pantai pulau dan gusung sepanjang 16,7 km Lampiran 3, 4. Wilayah Kota Makassar memiliki 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Jumlah kelurahan, luas wilayah, dan persentase terhadap luas wilayah dapat dilihat pada Tabel 10. Dari 14 kecamatan tersebut, 8 kecamatan berbatasan langsung dengan laut Lampiran 5. Lokasi studi ini mencakup 3 tiga kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Mariso, Kecamatan Tamalate, dan Kecamatan Ujung Pandang dengan luas keseluruhan tapak adalah 2.466 ha dan panjang garis pantai adalah 14,3 km.

4.2. Kondisi Biofisik

4.2.1. Iklim

Berdasarkan data yang tercatat dari Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah IV Stasiun Maritim Paotere selama periode 1996-2007, Kota Makassar memiliki curah hujan rata-rata tahunan adalah 2.507 mmtahun dengan rata-rata curah hujan bulanan 231 mm. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth- Ferguson, Kota Makassar tergolong tipe iklim D nilai Q=73,44 yaitu daerah sedang dengan vegetasi hutan musim. Berdasarkan data iklim Kota Makassar tahun 2007 Tabel 11, dapat dilihat bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 646,9 mm dan terendah bulan Juli sebesar 0,8 mm. Jumlah hari hujan pada tahun 2007 sebesar 142 hari. Suhu udara rata-rata bulanan selama 10 tahun terakhir sebesar 27,4 o C dengan kelembaban rata-rata 81,9. Lama penyinaran matahari rata-rata adalah 67 dengan kecepatan angin rata-rata 3,8 knot. Kecepatan angin menurut Skala Beaufort adalah angin sepoi lemah. Tabel 10. Jumlah kelurahan, luas, dan persentase terhadap luas Kota Makassar No. Kecamatan Jumlah Kelurahan Luas Area ha Persentase terhadap Luas Kota Makasar 1. Mariso 9 182 1,04 2. Mamajang 13 225 1,28 3. Tamalate 10 2.021 11,50 4. Rappocini 10 923 5,25 5. Makassar 14 252 1,43 6. Ujung Pandang 10 263 1,50 7. Wajo 8 199 1,13 8. Bontoala 12 210 1,19 9. Ujung Tanah 12 594 3,38 10. Tallo 15 583 3,32 11. Panakkukang 11 1.705 9,70 12. Manggala 6 2.414 13,73 13. Biringkanaya 7 4.822 27,43 14. Tamalanrea 6 3.184 18,11 Jumlah 143 17.577 100,00 Sumber: BPS 2007 Tabel 11. Data iklim Kota Makassar tahun 2007 Bulan Curah hujan mm Hari hujan hari Suhu o C Kelembaban Penyinaran matahari Kecepatan angin knot Januari 588,5 28 27,6 87,0 42,0 6,4 Februari 646,9 23 25,1 87,0 37,4 5,4 Maret 351,4 20 27,3 85,0 55,3 4,9 April 264,6 18 27,6 84,0 63,4 2,6 Mei 32,9 10 28,2 81,0 63,0 1,8 Juni 136,0 12 27,1 84,0 60,9 1,7 Juli 0,8 1 27,3 75,9 72,8 3,9 Agustus 0,0 27,2 71,6 97,8 4,6 September 0,0 0 28,0 66,0 97,0 4,6 Oktober 0,0 28,4 67,0 98,1 4,7 Nopember 17,2 8 29,1 74,1 88,5 5,3 Desember 443,5 22 28,1 81,0 65,1 5,1 Sumber: BMG Wilayah IV, Stasiun Maritim Paotere Makassar

4.2.2. Geologi dan Tanah

Kondisi geologi di Kota Makassar disusun oleh dua jenis batuan, yaitu batuan gunung api dan endapan alluvial Lampiran 6. Kondisi geologi tersebut menunjukkan bahwa di Kota Makassar tidak dijumpai adanya gejala yang memberikan indikasi terdapatnya struktur geologi yang dinamis dan penting, yaitu sesar patahan, lipatan, dan kekar sehingga relatif aman dari proses geologi. Jenis tanah yang ada di Kota Makassar terdiri atas tanah inceptisol dan tanah ultisol. Jenis tanah inceptisol terdapat hampir di seluruh wilayah Kota Makassar. Jenis ini tergolong sebagai tanah muda dengan tingkat perkembangan lemah dengan horison kambik yang dicirikan dengan adanya kandungan liat yang belum terbentuk dengan baik akibat proses basah kering dan proses penghayutan pada lapisan tanah. Tanah ini terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu aluvium fluviatil dan marin, batu pasir, batu liat, dan batu gamping. Jenis tanah ultisol merupakan tanah berwarna kemerahan yang banyak mengandung lapisan tanah liat dan bersifat asam. Jenis ini berkembang dari batuan sedimen masam batu pasir dan batu liat dan sedikit dari batuan volkan tua. Tanah yang mempunyai horison argilik atau kandik ini telah mengalami pelapukan lanjut dan terjadi translokasi liat pada bahan induk yang umumnya terdiri atas bahan kaya aluminium silika dengan iklim basah Bappeda, 2005.

4.2.3. Topografi

Kota Makassar memiliki kondisi topografi relatif datar dengan kemiringan lahan 0-15 dan ketinggian 0-25 m di atas permukaan laut. Kondisi topografi yang relatif datar tersebut sesuai untuk berbagai jenis penggunaan lahan, seperti pelabuhan, rekreasi, pertaniantambak, dan konservasi.

4.2.4. Hidrologi

Secara hidrologis, Kota Makassar dipengaruhi oleh Sungai Jeneberang di bagian selatan dan Sungai Tallo di bagian utara. Sebagian permukaan Kota Makassar memiliki wilayah yang lebih rendah dari permukaan air laut sehingga hampir setiap tahunnya beberapa bagian kota mengalami banjir. Bagian kota terutama di sepanjang DAS Jeneberang dan Tallo yang peka terhadap banjir merupakan daerah rendah, yang sebelumnya berupa empang atau rawa-rawa yang berkembang menjadi daerah permukiman. Peta rawan banjir di Kota Makassar dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan parameter fisika kimia, kondisi perairan pantai Kota Makassar telah mengalami pencemaran terutama bahan organik dan padatan tersuspensi. Beberapa parameter fisika kimia telah melebihi baku mutu air laut yang tergolong tercemar adalah total padatan tersuspensi total suspended solid, TSS, kebutuhan oksigen secara kimia chemical oxygen demand, COD, nitrat, fosfat, logam timbal Plumbum, Pb, dan logam kadmium Cadmium, Cd Tabel 12. Tabel 12. Kondisi perairan berdasarkan parameter fisika kimia Baku mutu No. Parameter Satuan Min Maks Rerata Daerah Nasional EC Keterangan 1. TSS mgL 54 397,5 152,1 50 80 25 Tercemar 2. pH - 7,75 8,14 7,94 - 7-8,5 6-9 Sesuai untuk biota laut 3. Suhu o C 30,1 30,7 30,43 - 28-32 - Tidak tercemar 4. DO mgL 3,8 5,1 4,7 4 5 5,6-9 Tidak tercemar, kecuali muara Sungai Jeneberang proses fotosintesis terhambat oleh padatan tersuspensi 5. BOD mgL 2,3 2,7 2,5 3 20 3-6 Tidak tercemar 6. COD mgL 98 156 119,1 25 80 - Tercemar 7. Amonia mgL 0,01 0,04 0,018 - 0,3 0,025 Tidak tercemar 8. Nitrat mgL 0,01 1,326 0,258 - 0,008 0,03 Tercemar 9. Fosfat mgL 0,09 0,224 0,135 - 0,015 - Tercemar 10. Pb mgL 0,115 0,415 0,215 - 0,008 0,001 Tercemar 11. Cd mgL 0,003 0,125 0,047 - 0,001 0,0018 Tercemar 12. Cu mgL 0,011 0,018 - 0,008 0,005 Tidak tercemar Sumber: Diolah dari Samawi 2007 EC: European Community

4.2.5. Oseanografi

Kondisi oseanografi di perairan pantai Kota Makassar dipengaruhi oleh kondisi arah dan kecepatan angin. Pada saat kecepatan angin maksimum arah angin yang terjadi dominan dari arah barat laut dan diikuti dari arah barat serta arah barat daya. Selain itu, ombak di perairan juga dibangkitkan oleh angin. Menurut DKKP 2006, tinggi ombak maksimum pada tahun 2005-2006 di Pantai Barombong berada pada kisaran 0,5-4,0 m, sedangkan di Pantai Losari lebih rendah yaitu berada pada kisaran 0,5-1,3 m Lampiran 8. Pola arus di perairan pantai Kota Makassar dipengaruhi oleh arus pasang surut yang bergerak dari arah utara ke selatan dan sebaliknya dari selatan ke utara. Arus tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi di daratan dan dasar laut yang landai dengan keberadaan pulau-pulau di sekitar Kota Makassar dan juga adanya karang dan lamun. Pada daerah tertentu terdapat teluk yang berfungsi sebagai penghalang sehingga aksi arus dari laut lepas teredam oleh keberadaan tanjung yang menyebabkan arus menjadi lemah. Data tunggang air pasang surut di perairan Kota Makassar dapat dilihat pada Lampiran 9. Dominansi arus dari selatan ke utara cenderung membawa sedimen ke arah utara. Selain berasal dari erosi dan abrasi pantai akibat arus susur pantai dan arus tolak pantai, sedimen juga berasal dari DAS Jeneberang dan DAS Tallo. Sedimentasi tersebut menyebabkan kekeruhan, pendangkalan terutama di kawasan pelabuhan, timbulnya delta, dan lidah pasir spit ke arah Pantai Losari. Daerah Aliran Sungai Jeneberang memiliki luas 72.700 ha dengan panjang sungai utama 75 km dan debit sungai berkisar 4,5 - 2.800 m 3 detik. Angkutan sedimen diketahui dengan mengacu pada debit sungai Jeneberang, yaitu antara 238,8 - 1.152 m 3 detik debit rata-rata tahunan sebesar 33,05 m 3 detik dengan kadar lumpur yang terbawa antara 25 - 200 grliter DKKP, 2007a. Pengaruh perkembangan sedimentasi ini berdampak pada daerah sekitar Tanjung Bunga ke arah barat laut hingga utara. Sebagai alternatif untuk mengatasi masalah sedimentasi, dibangun Dam Bili-bili yang diperkirakan akan menurunkan muatan sedimen ke perairan pantai Makassar hingga 0,2 ×106 mtahun atau seperempat kali volume semula. Selain itu, pengaruh ombak dan arus dekat pantai juga menimbulkan gaya- gaya hidrodinamis sehingga membentuk spit yang ujungnya membelok ke arah daratan seakan-akan menyerupai spiral. Antara spit dengan daratan di Kecamatan Mariso terbentuk teluk yang cenderung membentuk perairan tertutup dari arah barat sehingga proses dauran ombak relatif kecil Bappeda, 2003. Berdasarkan data pada Lampiran 10, suhu permukaan laut di sekitar pantai Kota Makassar berkisar antara 25 – 31 o C, sedangkan di sekitar pulau-pulau kecil suhu permukaan laut berkisar 27 – 32 o C. Salinitas permukaan laut di sekitar pantai Kota Makassar berkisar antara 20 – 38 o oo , sedangkan di sekitar pulau- pulau kecil berkisar 28 - 35 o oo . Nilai kecerahan perairan di Pantai Barombong adalah 4-6 m, sedangkan di kawasan Pelabuhan Makassar hanya sebesar 2,6-3,5 m. Kecerahan tinggi sekitar 11-20 m terdapat di perairan yang jauh dari daratan utama yaitu di sekitar pulau-pulau terluar, seperti Pulau Lumu-lumu dan Pulau Lanyukang.

4.2.6. Vegetasi dan Satwa

Kota Makassar memiliki pantai berpasir dan pantai berair sehingga jenis vegetasi juga dipengaruhi oleh jenis pantai. Vegetasi yang terdapat di pantai berpasir terdiri atas jenis Pescarpae dan jenis Barringtonia. Jenis Pescarpae merupakan vegetasi yang dapat tumbuh pada tanah yang berkadar garam salinitas tinggi. Vegetasi yang ditemukan di pantai Kota Makassar adalah kangkung laut Ipomoea pescaprae dan kacang laut Vigna marina. Jenis Barringtonia merupakan vegetasi yang berada di belakang jenis Pescarpae yang didominasi oleh jenis pohon. Vegetasi jenis ini yang ada di pantai Kota Makassar seperti ketapang Terminalia catappa dan waru laut Hibiscus tiliaceus. Jenis vegetasi lain yang juga terdapat di kawasan pantai Kota Makassar antara lain akasia Acasia auriculiformis, kelapa dalam Cocos nucifera, lontar Borassus sudaica , kayu jawa Lannea grandis, dan palem raja Roystonea regia Lampiran 11. Jenis vegetasi yang tumbuh di pantai berair adalah mangrove, yang banyak dijumpai terutama di muara Sungai Jeneberang. Luas hutan mangrove di Kota Makassar adalah 38 ha, yang terluas ditemukan di Kecamatan Tamalanrea yaitu 19 ha. Di wilayah studi, ekosistem mangrove yang tersisa adalah 4 ha, yaitu di Kecamatan Mariso seluas 2 ha dan Kecamatan Tamalate seluas 2 ha. Vegetasi mangrove di Kecamatan Tamalate hanya terdapat di Kelurahan Maccini Sombala Gambar 5 karena sebagian besar hutan mangrove di kecamatan ini telah dikonversi menjadi tambak. Mangrove tersebut terletak 30 m di bagian belakang garis pantai yaitu api-api Avicennia alba sebagai jenis yang dominan, sedangkan jenis lainnya adalah perepat Sonneratia alba. Mangrove di daerah ini dimanfaatkan secara tidak langsung oleh masyarakat di sekitarnya, yaitu sebagai pelindung pantai dan pematang tambak. Jenis satwa yang ada di pantai Kota Makassar terdiri atas satwa di daratan terrestrial dan perairan aquatic. Satwa di daratan yang dominan di sekitar pantai Kota Makassar adalah beberapa jenis burung, seperti burung gereja Passer montanus , kapinis Apas pasificus, dan burung dara laut Sterna hirundo. Selain itu, ditemukan juga satwa dari jenis mamalia, reptil, dan insekta Lampiran 12. Satwa atau biota yang hidup di perairan di pantai Kota Makassar cukup beragam meliputi nekton dan benthos Lampiran 13. Beberapa jenis dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan cara menangkapmengambil atau memancing, baik untuk dikonsumsi sendiri maupun dijual. Gambar 5. Mangrove di Kecamatan Tamalate

4.2.7. Tata Guna Lahan

Kawasan pantai Kota Makassar terutama di Kecamatan Tamalate sekitar Sungai Jeneberang merupakan kawasan yang mengalami perkembangan yang pesat untuk kegiatan-kegiatan perkotaan. Berbagai aktivitas perkotaan telah tumbuh di areal-areal yang masih kosong dan lahan pertaniantambak. Permukiman telah dibangun baik dengan skala kecil maupun besar. Selain itu, kawasan rekreasi juga telah dibangun, seperti kawasan wisata miniatur Sulawesi Selatan Benteng Somba Opu, kawasan Tanjung Bunga Pantai Akkarena, dan kawasan Tanjung Merdeka. Untuk menghubungkan Tanjung Bunga dan Tanjung Merdeka dengan Kota Makassar telah dibangun jalan alternatif menuju Pantai Losari untuk memperlancar aksesibilitas antar kedua kawasan tersebut. Kondisi penggunaan lahan di kawasan pantai Kota Makassar saat ini dikembangkan sebagai kawasan permukiman, rekreasi, jasa dan perhotelan, perdagangan, kawasan bersejarah, pelabuhan pendaratan ikan, pelabuhan antar pulau, lahan pertaniansawah, dan areal bekas tambak. Kawasan pantai Kota Makassar bagian utara sebagian besar masih berupa pantai berlumpur dan bervegetasi mangrove. Dari segi pemanfaatan, pantai di bagian utara relatif tidak dimanfaatkan. Kecuali di Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan Wajo yang telah mengalami pengerasan dengan retaining wall dan dimanfaatkan untuk industri galangan kapal, docking kapal TNI AL, Bogasari, dan Pelabuhan Makassar Pelabuhan Umum dan Peti Kemas. Kawasan pantai bagian barat meliputi Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Mariso, dan Kecamatan Tamalate. Pantai di Kecamatan Ujung Pandang umumnya sudah mengalami pengerasan dengan dinding penahan retaining wall karena sebagian besar pantai di kecamatan ini merupakan daerah rekreasi Pantai Losari. Hanya sebagian lokasi di sebelah utara pantai merupakan kompleks perhotelan Pantai Gapura Makassar Hotel dan Makassar Golden Hotel serta dermaga penyeberangan ke pulau Dermaga Kayu Bangkoa dan Pulau Kayangan. Demikian pula pantai di Kecamatan Mariso umumnya juga sudah mengalami pengerasan dengan dinding penahan karena sebagian besar pantai di kecamatan ini merupakan daerah pangkalan pendaratan ikan TPI Rajawali dan permukiman pantai. Kecamatan Tamalate mempunyai pantai terpanjang di antara kecamatan yang mempunyai pantai di Kota Makassar, yaitu sepanjang 9,7 km panjang pantai Kota Makassar 36,1 km. Pada umumnya pantai di kecamatan ini bertipe pantai berpasir dengan lebar pantai sekitar 10-20 m dan kelandaian 3. Secara umum pantai ini dikatakan relatif stabil sekalipun cenderung maju ke arah laut akibat sedimentasi pasir halus dari sungai Jeneberang. Dengan kondisi pantai tersebut, sebagian besar pantai ini digunakan sebagai areal rekreasi pantai. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Makassar tahun 2006-2016, tata guna lahan di Kota Makassar akan dibagi menjadi 13 kawasan terpadu, tujuh kawasan khusus, dan 1 kawasan prioritas. Selanjutnya kawasan- kawasan ini dibagi lagi ke dalam beberapa kawasan pengembangan, seperti kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan hijau, kawasan tangkapan air, kawasan ekonomi perspektif, dan lain-lain. Kawasan pantai Kota Makassar termasuk dalam kawasan pusat kota, kawasan pelabuhan terpadu, kawasan maritim terpadu, kawasan budidaya terpadu, kawasan olahraga terpadu, kawasan bisnispariwisata terpadu, dan kawasan bisnis global terpadu.

4.3. Obyek dan Pengelolaan Kawasan Pantai Existing