kegiatan pendidikan seperti lomba menggambar, kuis, olah raga, dan lain-lain. Kegiatan lomba menggambar bagi pelajar banyak dilaksanakan di pusat
perbelanjaan seperti mal Tanjung Bunga. Oleh karena itu, untuk lebih mengenalkan lingkungan pantai ke anak-anak sekolah, kegiatan tersebut dapat
dialihkan ke obyek rekreasi di kawasan pantai seperti Pantai Akkarena dan Anjungan Bahari.
g. Perencanaan kegiatan-kegiatan atraksi budaya secara rutin seperti festival
Losari, lomba jolloroq, prosesi upacara laut, pementasan kisah-kisah heroik pelaut Bugis-Makassar, dan lain-lain.
2. Pengelolaan kawasan multi-pemanfaatan
Pengelolaan kawasan multi-pemanfaatan ditujukan untuk pemanfaatan sebagai kawasan permukiman, bisnisperdagangan, transportasi, dan kegiatan-
kegiatan perkotaan lainnya. Beberapa tindakan pengelolaan yang diusulkan sebagai berikut.
a. Penataan bangunan di sepanjang pantai dengan memanfaatkan pantai dan laut
sebagai “halaman depan”. Untuk menerapkan konsep waterfront, bangunan yang berada di sepanjang pantai harus mengarah dan berorientasi ke laut.
Apabila konsep waterfront tidak diterapkan, kawasan pantai akan kehilangan ciri dan karakteristiknya sebagai waterfront city. Umumnya bangunan yang
berada di kawasan pantai Kota Makassar belum mengarah ke laut. Jika terdapat beberapa hotel, rumah sakit, dan bangunan toko yang menghadap ke
laut disebabkan oleh bangunan tersebut berorientasi ke jalan yang sejajar dengan laut. Bangunan yang baru dibangun pun seperti Celebes Convention
Centre dibangun membelakangi laut. Akan tetapi, konsep waterfront
sebenarnya telah diterapkan di permukiman nelayan tradisional. Menurut Yanti 2002, umumnya perkampungan nelayan berada dekat sumber mata
pencaharian dan letak rumah nelayan mengikuti empat penjuru mata angin. Biasanya rumah tersebut mengarah ke Timur tempat matahari terbit atau
menghadap ke sumber mata pencaharian seperti danau, sungai, atau laut. b.
Peningkatan nilai estetika fasade bangunan yang berada di sepanjang pantai. Menurut Wijanarka 2008, estetika fasade bangunan dapat diperoleh, antara
lain, dengan pola desain yang sama, keserasian antara fasade bangunan yang
satu dengan lainnya meskipun pola desainnya berbeda, adanya garis pengatur ketinggian bangunan, dan pola bukaan fasade pintu dan jendela yang indah.
Di kawasan pantai Kota Makassar, berdasarkan hasil analisis keindahan terlihat bahwa beberapa bangunan telah memiliki nilai fasade yang indah,
seperti bangunan Benteng Ujung Pandang, RS Stella Maris, dan Celebes Convention Centre
. Akan tetapi, beberapa bangunan lainnya seperti ruko di sepanjang pantai dan bangunan di Pantai Laguna belum terlihat indah.
c. Pengaturan sirkulasi atau jaringan jalan sebagai penghubung dalam kawasan
waterfront . Pengaturan sirkulasi dilakukan sejajar, berpola lurus dengan sisi
pengairan, atau pola jalan mengikuti pola air untuk memudahkan orang menikmati view ke arah laut. Menurut Soesanti dan Sastrawan 2006,
sirkulasi yang tidak berdekatan dengan area perairan mengakibatkan salah orientasi dan hilangnya citra dari waterfront itu sendiri. Pengaturan jalur jalan
juga dilakukan searah untuk menghindari kemacetan lalu lintas terutama pada saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan publik di kawasan pantai serta dilakukan
pemisahan jalur pejalan kaki untuk keamanan pengunjung. Selain itu, jalur jalan yang berada dekat laut juga dapat digunakan untuk membedakan dua
area yang berbeda darat dan air. d.
Pengelolaan air mencakup kuantitas dan kualitas air bersih. Diagram sistem pengelolaan air mulai dari skala rumah tangga hingga kota dapat dilihat pada
Gambar 20. Sumber air yang berasal dari Dam Bili-bili sebanyak 125 liter dapat dihemat menjadi 76 liter yang digunakan untuk masak, mandi, dan
mencuci, sedangkan untuk kebutuhan air siraman toilet dapat menggunakan air hujan. Limbah dari rumah tangga selanjutnya dialirkan ke sistem
pembuangan untuk diolah pada unit pengolahan limbah. Limbah yang masuk saluran melalui aliran permukaan mengalir ke kanal-kanal, tetapi harus ada
tindakan pengawasan, pencegahan, penampungan sementara, dan pembersihan sebelum dialirkan ke sungai atau laut. Adanya ruang terbuka hijau sebagai
green infrastructure seperti taman-taman kota, area rekreasi, dan kawasan
konservasi hutan mangrove diharapkan dapat mendukung ketersediaan air. Menurut Benedict dan McMahon 2001, green infrastructure dapat merujuk
pada engineered structure, seperti fasilitas pengelolaan air dan green roof
yang didesain ramah lingkungan. Green infrastructure sebaiknya menjadi kerangka dalam pengembangan dan konservasi kawasan, yang digambarkan
sebagai suatu jaringan yang menghubungkan ruang terbuka hijau untuk melindungi fungsi dan nilai ekosistem alami sehingga memberikan manfaat
bagi manusia. Green infrastructure memiliki sistem poros atau pusat kegiatan hubs dan penghubung link untuk memulihkan ekosistem dan fitur-fitur
lanskap. Hubs mencakup kawasan yang dilindungi, lanskap alami yang dikelola sebagai area rekreasi, lahan-lahan pertanian, dan taman lingkungan,
sedangkan link mencakup landscape linkages, koridor-koridor yang dilindungi, jalur-jalur hijau greenway, dan sabuk-sabuk hijau greenbelt.
Gambar 20. Diagram pengelolaan air diadaptasi dari Tjallingi, 1995
RUM AH KE
CA MAT
A N
KOT A
REGI ON
AL
Sumber air bersih dari
DAM Bili-bili
Pemanfaatan untuk masak,
mandi, dan mencuci
Pemanfaatan untuk air siraman
toilet Air hujan
Penampungan sementara
Kanal-kanal
Pengawasan dan pencegahan
Sistem pembuangan
PENGOLAHAN LIMBAH
Hutan mangrove
Area rekreasi
Taman- taman kota
e. Pemanfaatan potensi energi yang berasal dari laut untuk menghasilkan listrik.
Menurut Gunawan 2008, energi yang berasal dari laut ocean energy dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu 1 energi ombak wave energy,
energi pasang surut tidal energy, dan 3 hasil konversi energi panas laut ocean thermal energy conversion. Energi laut juga dapat dimanfaatkan juga
untuk kegiatan-kegiatan publik yang membutuhkan kapasitas listrik besar seperti konser musik.
f. Pengelolaan sampah domestik terutama dari rumah tangga, hotel, restoran, dan
industri. Walaupun pemerintah Kota Makassar telah mencanangkan kampanye Makassar Bersih pada tanggal 15 Mei 2004 dan mengeluarkan kebijakan
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 mengenai larangan membuang sampah, permasalahan sampah masih belum teratasi. Dalam kurun waktu dua
tahun penerapan Perda ini di wilayah percontohan Kecamatan Ujung Pandang baru menjaring 68 pelanggar untuk diproses secara hukum melalui pengadilan.
Sementara kondisi persampahan di kecamatan tersebut masih sangat memprihatinkan, dan pelanggar yang lolos dipastikan jauh lebih banyak
daripada yang terjaring. g.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kebijakan pengelolaan lingkungan secara rutin. Pemerintah Kota Makassar telah merencanakan
beberapa kegiatan pengelolaan lingkungan, tetapi tidak dilaksanakan secara rutin. Program tersebut antara lain program kali bersih Prokasih, program
udara bersih Prodasih, dan program pantai dan laut lestari. Untuk mendukung program tersebut, sebaiknya diberikan sanksi dan penghargaan
kepada individu yang terkait.
3. Pengelolaan kawasan konservasi