35 3. Mekanisme pengawasan penggunaan metil bromida dilakukan secara tertulis
oleh setiap UPT Badan Karantina Pertanian dan perusahaan fumigasi dengan membuat laporan rencana penggunaan dan realisasi penggunaan secara tertulis
kepada Kepala Badan Karantina Pertanian Peraturan Menteri Pertanian No. 37
Tahun 2009 Pasal 13.
4. Pengawasan penyaluran dan penggunaan dilakukan oleh Petugas Penyidik Pengawai Negeri Sipil pupuk dan pestisida PPNS danatau Subdit
Pengawasan Pupuk dan Pestisida serta Badan Karantina Pertanian. Badan Karantina Tumbuhan membatasi tugas dan fungsi pengawasan hanya terhadap
perusahaan fumigasi yang telah terdaftar dan metil bromida yang digunakan untuk keperluan karantina dan pra pengapalan Peraturan Menteri Pertanian No.
37 Tahun 2009 Pasal 9.
Kebijakan pengawasan impor, distribusi dan penggunaan metil bromida yang telah ditetapkan oleh pemerintah seperti tersebut di atas, masih lemah karena
kendala sumber daya manusia yang terbatas dan kurangnya koordinasi antar instansi terkait Noerachman, T. 2011. Komunikasi pribadi. Kementerian
Pertanian, Badan Karantina Pertanian. Jakarta. Kebijakan dan mekanisme pengawasan impor, distribusi, dan penggunaan metil bromida seperti disajikan
pada Gambar 6.
36
Gambar 6 Mekanisme pengawasan impor, distribusi, dan penggunaan metil bromida.
Kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengaturan metil bromida termasuk kebijakan pemerintah untuk meratifikasi Konvensi Wina dan Protokol
Montreal, pengaturan tatacara impor, distribusi, dan pembatasan penggunaan metil bromida disajikan pada Lampiran 4.
- MeBr hanya digunakan untuk keperluan karantina dan pra
pengapalan Permentan 372009 Pasal 7.
- Melaporkan rencana dan realisasi penggunaan kepada Kepala Badan
Karantina Pertanian Permentan 372009 Pasal 13.
- Pengguna MeBr mengikuti pelatihan dan mendapat sertifikat
Permentan 422007 Pasal 31 dan Permentan No. 242011 Pasal 9.
- Perusahaan dapat menggunakan MeBr jika sudah ada karyawan
yang telah mendapat sertifikat Permentan No.
242011 Pasal 10.
IMPORTIR
UPT Badan Karantina
Pertanian
PERUSAHAAN FUMIGASI
DISTRIBUTOR
- Impor MeBr hanya untuk keperluan karantina dan pra pengapalan Permendag
No. 38 Tahun 2010 Pasal 2 Ayat 5 -
Melaporkan realisasi impor dan penyaluran MeBr kepada Ditjen
Perdagangan Luar Negeri Permendag 24 Tahun 2006.
- Melaporkan rencana penyaluran setiap awal tahun dan realisasi penyaluran setiap
3 bulan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian Permentan 37 Tahun 2009 Pasal
10, laporan kepada Mentan Permentan 24 Tahun 2011 Pasal 44 Ayat 2.
- Melaporkan perubahan asal bahan aktif Permentan 24 Tahun 2011 Pasal 48.
Distributor MeBr mengikuti pelatihan dan mendapat sertifikat Permentan 422007
Pasal 31.
37
4.3.5. Kebijakan Penurunan Kuota Impor Metil Bromida
Amandemen Montreal mewajibkan negara berkembang untuk mengurangi konsumsi metil bromida tahun 2005 sebesar 20 dari rata-rata konsumsi tahun
1995-1998 dan 100 pada tahun 2015, sedangkan tahun 2002 ditetapkan sebagai base line
penurunan konsumsi. Perhitungan penurunan konsumsi ini tidak termasuk konsumsi untuk keperluan karantina dan pra pengapalan. Konsumsi
Indonesia tahun 1995-1998 berturut-turut sebesar 254 MT, 198 MT, 242 MT, dan 210 MT SMERI 2000. Berdasarkan data tersebut konsumsi metil bromida tahun
2002 seharusnya dibekukan sebesar 226 MT dan konsumsi tahun 2005 sebesar 180,8 MT. UNEP 2011 melaporkan konsumsi Indonesia sebesar 390 MT. Data
ini menggambarkan pemerintah tidak berhasil menurunkan konsumsi metil bromida bahkan pemerintah tidak berhasil mengendalikan konsumsi tetap konstan
sesuai jumlah konsumsi yang ditetapkan sebagai base line. Sehingga dapat dikatakan selama kurun waktu tahun 1992-2005 belum ada kemauan politik
pemerintah yang sungguh-sungguh political will untuk menurunkan konsumsi nasional. Kondisi ini merupakan implikasi dari rencana aksi phase out BPO yang
diajukan oleh pemerintah kepada UNEP yaitu pembangunan Bank Halon, Pengelolaan CFC, dan Penggunaan Hidrokarbon sebagai alternatif pengganti BPO.
Dari ketiga rencana aksi yang diajukan, tidak satupun terkait dengan metil bromida SMERI 2000.
Amandemen Kopenhagen Artikel 1 Butir 6 mendefinisikan konsumsi sebagai produksi ditambah impor dikurangi ekspor dari zat yang dikendalikan
konsumsi= produksi + impor - ekspor. Oleh karena Indonesia tidak memproduksi sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No. 33 Tahun 2007,
pemerintah melarang produksi BPO dan mengekspor metil bromida, maka dapat didefinisikan jumlah konsumsi sama dengan jumlah impor. Berdasarkan Peraturan
Menteri Perdagangan No. 24 Tahun 2006 Pasal 4, jumlah metil bromida yang dapat diimpor ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Fakta yang
ditemukan tentang jumlah metil bromida yang dapat diimpor kuota nasional: ”Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan kuota hanya satu kali yaitu tahun
2008 sebesar 1320 MT ” surat Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber
Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan kepada Direktur Jenderal
38 Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan No. B-3021Dep.IIILH
42008 tanggal 24 April 2008. Kebijakan penetapan kuota sebesar 1320 MT tersebut, menunjukkan bahwa pemerintah tidak konsisten dalam menetapkan
kebijakan penurunan konsumsi. Hal ini disebabkan jumlah kuota impor yang ditetapkan, tujuh kali lebih besar dibanding kebutuhan konsumsi tahun 2005.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup juga tidak aware melaksanakan tugas dan fungsi koordinasinya dalam menetapkan kuota impor
nasional setiap tahun. Kuota impor metil bromida yang selama ini dipublish merupakan kuota
metil bromida yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian berdasar pada jumlah kuota masing-masing importir. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa
sejak tahun 2002, semua permohonan metil bromida mendapat izin sementara. Implikasi dari kebijakan tersebut adalah jumlah metil bromida yang dapat
diedarkan importir adalah terbatas sesuai dengan jumlah komoditas, dosis atau konsentrasi dan aplikasi yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Peraturan
Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011 Pasal 14. Namun pada kenyataannya, mengingat Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan kuota impor hanya pada
tahun 2008, maka sejak tahun 2009 Kementerian Pertanian menetapkan kebijakan bahwa jumlah kuota metil bromida yang diberikan tidak melebihi 1320 MT, kuota
menurun secara bertahap dan jumlah kuota metil bromida yang diberikan kepada masing-masing importir berdasarkan realisasi impor tahun Purwanti, Y. 2011.
Komunikasi pribadi . Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan
Sarana Pertanian. Jakarta. Gambar 7 menunjukan perbandingan total kuota yang diberikan Menteri
Pertanian kepada semua importir dengan konsumsi metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan. Total kuota yang diberikan menunjukkan
kecenderungan menurun dan lebih kecil dibandingkan kuota yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup, namun terlihat juga bahwa total kuota yang
diberikan tahun 2007 lebih tinggi dari kuota tahun sebelumsesudahnya kebijakan larangan penggunaan metil bromida untuk non karantina dan pra pengapalan
tahun 2008, akan berdampak pada menurunnya kebutuhan, tetapi Kementerian Pertanian justru memberikan kuota yang lebih besar. Berdasarkan Gambar 7,