9 3. Solusi kebijakan preferred policies merupakan solusi potensial atas sebuah
masalah, yang diperoleh dari informasi tentang hasil-hasil kebijakan yang diharapkan.
4. Hasil kebijakan observed policy outcomes merupakan konsekuensi dari pelaksanaan solusi kebijakan yang diterapkan, tetapi kadang-kadang tidak jelas
apakah suatu hasil merupakan pengaruh dari suatu kebijakan, karena suatu hasil dapat merupakan konsekuensi dari hasil atau faktor lain.
5. Kinerja kebijakan policy performance merupakan informasi yang dapat memberikan kontribusi terhadap penilaian hasil kebijakan.
2.2. Fumigasi
Fumigasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mencegah penyebaran organisme pengganggu dari suatu daerah ke daerah lain terhadap
suatu komoditi dengan menggunakan pestisida berbentuk padat atau cair yang akan berubah bentuk menjadi gas pada suhu dan tekanan tertentu. Fumigasi
merupakan salah satu persyaratan ekspor sesuai dengan ketentuan International Plant Protection Convention
IPPC, dimana setiap negara mempunyai hak untuk melakukan pencegahan penyebaran organisma pengganggu ke wilayahnya.
Pestisida yang yang ideal sebagai fumigasi harus memiliki ciri-ciri antara lain: sangat beracun terhadap hama sasaran, tidak beracun untuk tanaman dan
vertebrata termasuk manusia, mudah diaplikasikan, tidak berbahaya bagi makanan dan komoditas, murah, tidak mudah meledak, tidak mudah terbakar,
larut dalam air, tidak persisten, mudah dan cepat berdifusi menembus komoditas, stabil dalam keadaan gas tidak akan mengembun menjadi cairan, serta mudah
terdeteksi oleh indera manusia. Pestisida yang terdaftar dan memperoleh izin Menteri Pertanian untuk
keperluan fumigasi terdiri dari 9 pestisida berbahan aktif metil bromida, 13 pestisida berbahan aktif alumunium fosfida, 3 pestisida berbahan aktif magnesium
fosfida, 1 pestisida berbahan aktif sulfuril fluorida, dan 1 pestisida berbahan aktif fosfin Kementerian Pertanian 2011. Metil bromida merupakan pestisida
berspektrum luas yang telah digunakan secara komersial lebih dari 40 tahun untuk mengeradikasi hama seperti jamur, bakteri, virus soil-borne, serangga, tungau,
10 nematoda, dan tikus, akan tetapi metil bromida merupakan fumigan yang merusak
lapisan ozon pada lapisan stratosfer Marriott dan Schilling 2004, diacu dalam Sekhon 2010.
Metil bromida dikategorikan sebagai BPO pada tahun 1992, dan penggunaannya diatur secara ketat dalam Protokol Montreal. Penggunaan metil
bromida harus dikurangi secara bertahap sehingga diharapkan semua negara tidak lagi menggunakan metil bromida phase out pada tahun 2015 kecuali untuk
keperluan karantina dan pra pengapalan. EPA 1995 memberikan critical use exemption
CUE untuk penggunaan pasca panen seperti food processing dan
komoditas dalam penyimpanan sampai alternatif pengganti ditemukan. Ren et al. 2011 melakukan evaluasi terhadap beberapa alternatif pengganti
metil bromida pada kayu pinus. Kayu pinus yang difumigasi 10 x 10 x 30 cm dengan metil bromida dan sulfuril fluorida masing-masing dengan dosis 48 mgl
serta fosfin dengan dosis 1 mgl selama 48 jam menunjukkan bahwa kayu pinus menyerap 70 metil bromida, 35 sulfuril fluorida, dan 25 fosfin. Dari hasil
penelitian tersebut, Ren et al. menyimpulkan bahwa sulfuril fluorida dan fosfin dapat digunakan sebagai alternatif pengganti metil bromida yang cukup efektif.
Yu et al. 2010 melaporkan hasil pengujian fumigasi sulfuril fluorida terhadap bambu yang akan diekspor dari China ke Amerika Serikat dengan dosis 96 gm
3
pada 15,9 °C, 80 gm
3
pada 21,5 °C, dan 64 gm
3
pada 26 °C selama 24 jam. Sebanyak 2424 larva, 90 kepompong, dan semua kumbang dewasa Chlorophorus
annularis mati. Penelitian lain yang dilakukan terhadap kemasan kayu yang
terserang kumbang Anoplophora glabripennis menunjukkan bahwa larva dan kepompong A. glabripennis dapat dikendalikan dengan sulfuril fluorida dosis 104
gm
3
pada suhu 15,6 °C selama 24 jam paparan Barak et al. 2006. Rajendra dan Kumar 2008 melaporkan bahwa sulfuril fluorida dengan
dosis 40 gm
3
untuk 24 jam pemaparan dan fosfin magnesium fosfida dalam bentuk tablet pada dosis 2 gm
3
untuk 96 jam pemaparan terbukti efektif untuk mengendalikan hama Lyctus africanus dan Sinoxylon sp., dan Dinoderus ocellaris
pada palet kayu. Hasil uji terhadap S. zeamais, T. confusum, dan O. surinamensis yang difumigasi dengan Fumiguard 99 GA sulfuril fluorida 99, 100 larva
dan imago mati pada dosis pemaparan 48 gm
3
IPB 2009.