Kebijakan Penurunan Kuota Impor Metil Bromida

38 Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan No. B-3021Dep.IIILH 42008 tanggal 24 April 2008. Kebijakan penetapan kuota sebesar 1320 MT tersebut, menunjukkan bahwa pemerintah tidak konsisten dalam menetapkan kebijakan penurunan konsumsi. Hal ini disebabkan jumlah kuota impor yang ditetapkan, tujuh kali lebih besar dibanding kebutuhan konsumsi tahun 2005. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup juga tidak aware melaksanakan tugas dan fungsi koordinasinya dalam menetapkan kuota impor nasional setiap tahun. Kuota impor metil bromida yang selama ini dipublish merupakan kuota metil bromida yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian berdasar pada jumlah kuota masing-masing importir. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa sejak tahun 2002, semua permohonan metil bromida mendapat izin sementara. Implikasi dari kebijakan tersebut adalah jumlah metil bromida yang dapat diedarkan importir adalah terbatas sesuai dengan jumlah komoditas, dosis atau konsentrasi dan aplikasi yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Peraturan Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011 Pasal 14. Namun pada kenyataannya, mengingat Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan kuota impor hanya pada tahun 2008, maka sejak tahun 2009 Kementerian Pertanian menetapkan kebijakan bahwa jumlah kuota metil bromida yang diberikan tidak melebihi 1320 MT, kuota menurun secara bertahap dan jumlah kuota metil bromida yang diberikan kepada masing-masing importir berdasarkan realisasi impor tahun Purwanti, Y. 2011. Komunikasi pribadi . Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Jakarta. Gambar 7 menunjukan perbandingan total kuota yang diberikan Menteri Pertanian kepada semua importir dengan konsumsi metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan. Total kuota yang diberikan menunjukkan kecenderungan menurun dan lebih kecil dibandingkan kuota yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup, namun terlihat juga bahwa total kuota yang diberikan tahun 2007 lebih tinggi dari kuota tahun sebelumsesudahnya kebijakan larangan penggunaan metil bromida untuk non karantina dan pra pengapalan tahun 2008, akan berdampak pada menurunnya kebutuhan, tetapi Kementerian Pertanian justru memberikan kuota yang lebih besar. Berdasarkan Gambar 7, 39 dapat dilihat bahwa total kuota yang diberikan oleh Kementerian Pertanian tahun 2005-2010 lebih besar dari kebutuhankonsumsi metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan. Dengan demikian dapat terlihat bahwa kebijakan penurunan kuota nasional tidak berhasil mengurangi konsumsi metil bromida. Gambar 7 Kuota, realisasi impor, dan konsumsi metil bromida. Sumber: 1 Kementerian Pertanian 2011 2 United Nations Environment Programme 2011 3 Biro Pusat Statistik 2011 Kebijakan penurunan kuota metil bromida dan penghapusan penggunaan metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan, memberikan dampak yang cukup menarik: 1. Jumlah merek metil bromida yang terdaftar mengalami peningkatan setelah pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengurangi impor dan menghapus penggunaan metil bromida selain untuk keperluan karantina dan pra pengapalan Peraturan Menteri Perdagangan No. 51 Tahun 2007. Meningkatnya jumlah metil bromida yang terdaftar, menunjukkan indikasi bahwa minat pengusaha untuk melakukan investasi pada bisnis impor metil bromida juga meningkat Gambar 8. 200 400 600 800 1000 1200 2005 2006 2007 2008 2009 2010 M T Konsumsi Kuota Kementan Impor Kuota KLH = 1320 MT 1 2 3 40 Gambar 8 Jumlah metil bromida yang terdaftar. Sumber: Kementerian Pertanian 2011 2. Metil bromida China masuk ke Indonesia sejak tahun 2008, sebelumnya metil bromida hanya berasal dari Belgia dan Inggris. Jumlah merek metil bromida China meningkat pada tahun 2010 yaitu 80 dari keseluruhan metil bromida yang terdaftar di Indonesia. 3. Data impor metil bromida tahun 2006-2008 menunjukkan bahwa dua metil bromida yang tidak terdaftar, masuk ke Indonesia melalui Pelabuhan Sukarno Hatta dan Tanjung Priok. Kedua metil bromida tersebut berasal dari Jerman dan Hongkong serta diimpor oleh importir yang tidak terdaftar. Sementara itu, satu importir terdaftar PT Asomindo Raya mengimpor metil bromida dari Amerika Serikat tahun 2008 Lampiran 5. Fakta ini menggambarkan bahwa kebijakan pemerintah untuk menurunkan kuota metil bromida dan menghapus penggunaan metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan justru merangsang minat importir untuk mengimpor metil bromida. 4. Volume ekspor metil bromida China meningkat setiap tahun, bahkan hingga bulan September 2011, volume ekspor China 138 MT telah melewati volume ekspor Belgia tahun 2011 74 MT, hampir mendekati volume ekspor Belgia tahun 2010 163 MT. Sementara volume ekspor Inggris menurun seiring dengan meningkatnya volume ekspor China Gambar 9. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan perjanjian free trade China-ASEAN tahun 2008 yang menetapkan tarif bea masuk komoditas dari China sebesar 0 Peraturan 41 Menteri Keuangan Nomor 235PMK.0112008 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Dalam Rangka ASEAN-China Free Trade Area AC-FTA. Gambar 9 Volume impor metil bromida dari beberapa negara. Sumber: Biro Pusat Statistik 2011 5. Kebijakan penurunan kuota impor ternyata tidak mempengaruhi harga metil bromida. Penurunan kuota impor secara langsung akan mempengaruhi jumlah metil bromida yang beredar di pasaran. Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, harga metil bromida akan naik jika metil bromida yang beredar lebih sedikit. Harga metil bromida CIFkg di Indonesia berfluktuasi, namun tidak menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan harga Gambar 10. Gambar 10 Fluktuasi harga metil bromida. Sumber: Biro Pusat Statistik 2011 Berdasarkan data impor metil bromida dari BPS 2011, diketahui bahwa harga metil bromida yang berasal dari China sangat berfluktuasi yaitu berkisar 3,2-6,5 US, sementara harga metil bromida yang berasal dari Inggris relatif stabil berkisar 5,14-5,37 US. Harga metil bromida yang berasal Belgia pada tahun 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 V o lum e M T Belgia Inggris China 0,00 1000,00 2000,00 3000,00 4000,00 5000,00 6000,00 7000,00 Ma r- 06 A gu st -06 Ma r- 07 Jul -07 No p -07 Ma r- 08 Jul -08 F eb -09 A gs t- 09 Des -09 Mei -10 S ep -10 F eb -11 Jun -11 Har ga CI FKg US 42 2009-2010 relatif stabil antara 4,2-5,5 US, namun mengalami peningkatan pada tahun 2011, yaitu 5,5 - 6,3 US. Gambar 11 Harga metil bromida dari beberapa negara. Sumber: Biro Pusat Statistik 2011 Harga metil bromida CIFkg dari negara asal yang sama, tidak memperlihatkan peningkatan harga yang signifikan, sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa peningkatan harga metil bromida merupakan dampak kebijakan penurunan kuota Gambar 11. 4.4. Analisis Kebutuhan Metil Bromida Berdasarkan fakta yang ditemukan di atas, bahwa sampai saat ini Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan kuota nasional hanya satu kali dan kuota yang ditetapkan lebih besar dari rata-rata konsumsi, dapat dikatakan bahwa penetapan kuota tidak berdasar pada data kebutuhankonsumsi metil bromida untuk karantina dan pra pengapalan yang sesungguhnya di lapangan. Hal yang sama terjadi pada kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, jumlah total kuota masing-masing pemegang nomor pendaftaranimportir lebih besar dari kebutuhankonsumsi metil bromida untuk karantina dan pra pengapalan yang sesungguhnya di lapangan. Kedua fakta ini, mengakibatkan kuota yang ditetapkan oleh kedua kementerian tersebut tidak berdampak terhadap pengendalian konsumsi metil bromida seperti yang diamanatkan Protokol Montreal bahkan jumlah pestisida yang tersedia, baik yang disimpan maupun yang beredar di pasaran lebih besar dari kebutuhan metil bromida untuk karantina dan pra pengapalan dan ini dapat menjadi faktor pemicu penggunaan metil bromida di luar 0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Ha rg a C IF Kg U S Belgia Inggris China 43 karantina dan pra pengapalan. Nugroho 2009 mengatakan bahwa kebijakan yang baik adalah kebijakan yang dibuat berdasarkan informasidata yang sebenarnya di lapangan, kebijakan tidak bersifat terlalu akademis atau teknis, tetap kebijakan yang berdasar fakta di lapangan. Kebutuhan metil bromida untuk karantina dan pra pengapalan di lapangan dapat diprediksi dari data konsumsi metil bromida. Konsumsi Indonesia untuk keperluan karantina dan pra pengapalan seperti disajikan pada Tabel 5, berfluktuasitidak menunjukkan penurunan yang nyata, bahkan konsumsi justru meningkat 75,6 ketika pemerintah menetapkan kebijakan penghapusan pengunaan non karantina dan pra pengapalan tahun 2008. Hal ini menggambarkan bahwa upaya pemerintah untuk mengurangi penggunaan metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan kurang sungguh-sungguh political will. Tabel 5 Konsumsi metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan negara ASEAN dan Amerika Serikat No Negara 2005 MT 2006 MT 2007 MT 2008 MT 2009 MT 2010 MT 1 Singapura 85 97,7 152,6 107,2 165,5 52,3 2 Filipina 73,13 90,82 91,83 71,7 48,04 72,22 3 Malaysia 252,29 284,45 300,19 222,36 4 Indonesia 337 211 250,2 439,2 288 313,3 5 Thailand 454,7 538,84 558,4 545,7 465,25 466,79 6 Vietnam 598,47 656 677 696 739 761 7 Brunei Darusalam 8 Laos 0,1 9 Myanmar 16 32 10 Kamboja 11 Amerika Serikat 2931,00 5088,94 2929,80 1212,10 2099,40 3843 Sumber: United Nations Environment Programme 2011 MT: metrik ton Tabel 5 menunjukkan konsumsi metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan tidak menunjukkan kecenderungan menurun secara nyata. Setelah pemerintah menetapkan kebijakan larangan penggunaan metil bromida selain untuk karantina dan pra pengapalan, konsumsi metil bromida tahun 2008 justru meningkat 43,03 dibanding tahun 2007 dan konsumsi tahun 2010 44 meningkat 8,8 dari tahun 2009. Konsumsi Indonesia untuk karantina dan pra pengapalan menduduki peringkat tiga besar setelah Vietnam dan Thailand, tetapi jauh lebih rendah dibanding konsumsi Amerika Serikat. Hasil analisis trend menggunakan perangkat lunak Minitab 14.12 Lampiran 6, untuk memprediksi konsumsi metil bromida pada tahun ke-t didapatkan persamaan matematika: Y t = 133,59 + 11,26t + 0,099t 2 di mana: Y = konsumsi metil bromida MT t = waktu tahun Prediksi konsumsi metil bromida tahun 2012-2015 adalah sebagai berikut: 353,6 MT 2011, 368,32 MT 2012, 383,24 MT 2013, 398,35 MT 2014, dan 413,66 MT 2015. Tahun K o n s u m s i M T 20 15 20 14 20 13 20 12 20 11 20 10 20 09 20 08 20 07 20 06 20 05 20 04 20 03 20 02 20 01 20 00 19 99 19 98 19 97 19 96 19 95 450 400 350 300 250 200 150 100 Accuracy Measures MAPE 13,90 MAD 34,85 MSD 2178,42 Variable Forecasts Actual Fits Gambar 12 Analisis trend konsumsi metil bromida untuk karantina dan pra pengapalan tahun 2012 - 2015. Sumber: United Nations Environment Programme 2011 Untuk mengantisipasi prediksi kebutuhan pestisida fumigasi yang terus meningkat tersebut di atas, seyogyanya pemerintah menetapkan kebijakan yang tegas untuk mengendalikan konsumsi metil bromida. Hal ini terkait dengan amanat Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 28H bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara. Konsumsi metil bromida yang terus meningkat menunjukkan bahwa Indonesia tidak turut aktif melindungi lapisan ozon dan akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup. 45 Kebijakan yang dapat ditetapkan pemerintah untuk mengendalikan konsumsi metil bromida adalah dengan mengatur jumlah metil bromida yang beredar maksimal sama dengan jumlah yang dibutuhkan untuk keperluan karantina dan pra pengapalan melalui penetapan kuota nasional yang menurun secara bertahap, penetapan waktu dan kuota base line, serta jumlah metil bromida untuk keperluan yang tidak tergantikan. Berikut ini, disajikan beberapa skenario pengendalian konsumsi yang dapat dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2012- 2015. 1. Skenario Protokol Montreal Skenario penetapan kuota ini mengikuti skenario penurunan konsumsi yang ditetapkan oleh Protokol Montreal untuk negara berkembang pada tahun 2005. Apabila tahun 2012 diasumsikan sebagai base line penetapan kuota, maka perkiraan konsumsi tahun 2012 merupakan rata-rata konsumsi tahun 2005-2008. Dengan demikian kuota nasional tahun 2012 yang harus ditetapkan pemerintah sebesar 309,35 MT kuota tahun 2013-2014 = kuota 2012 dan kuota tahun 2015 sebesar 247,48 MT. Gambar 13 Estimasi konsumsi dan strategi penurunan kuota Skenario Protokol Montreal. 2. Skenario Adaptasi Protokol Montreal Skenario penetapan kuota ini mengikuti skenario penurunan konsumsi yang ditetapkan oleh Protokol Montreal, namun setelah penetapan waktu dan kuota base line , kuota diturunkan secara bertahap setiap tahun. Berdasarkan kuota nasional tahun 2012 seperti pada skenario 1 di atas = 309,35 MT, selanjutnya konsumsi dapat diturunkan dengan cara menurunkan kuota. Apabila diasumsikan penurunan kuota 30 setiap tahun Badan Karantina Pertanian 2011, maka kuota 100 200 300 400 500 2012 2013 2014 2015 M T Strategi penurunan kuota 46 nasional tahun 2013-2015 berturut-turut sebagai berikut: 216,55 MT, 151,59 MT dan 106,05 MT. Gambar 14 Estimasi konsumsi dan strategi penurunan kuota Skenario Adaptasi Protokol Montreal. 3. Skenario Kebutuhan Minimum Skenario penetapan kuota ini dapat dilakukan dengan asumsi bahwa: a. Pestisida pengganti yang telah mendapat izin Menteri Pertanian fosfin dan sulfuril fluorida telah diuji efektif untuk mengendalikan organisme sasaran sesuai dengan izin yang diperoleh. b. Jumlah pestisida pengganti yang telah mendapat izin Menteri Pertanian mencukupi. Data BPS 2011 rata-rata ketersediaan fosfin sebesar 121.363 kgtahun Lampiran 7 dan ketersediaan sulfuril fluorida tahun 2010-2011 sebesar 15.406 MT PT Johny Jaya Makmur. c. Kebutuhan minimum metil bromida yang tidak tergantikan adalah untuk komoditi ekspor yang harus difumigasi dengan metil bromida atas permintaan negara tujuan serta untuk keperluan penelitian yang diperkirakan sebesar 100 MT. Apabila target waktu skenario kebutuhan minimum ditetapkan tahun 2015, maka kuota tahun 2012-2014 direncanakan menurun secara bertahap hingga tercapai kuota 100 MT yang merupakan asumsi kebutuhan minimum yang ingin di capai. Apabila diasumsikan konsumsi tahun 2011 merupakan rata-rata konsumsi enam tahun terakhir yaitu sebesar 306,45 MT ~300 MTUNEP 2011, maka skenario penurunan kuota secara bertahap sebagai berikut: 100 200 300 400 500 2012 2013 2014 2015 M T Strategi penurunan kuota Estimasi konsumsi MBr 47 Dengan demikian, kuota impor tahun 2012-2014 diturunkan 50 MT per tahun sehingga kuota impor metil bromida tahun 2015 sebesar 100 MT. Gambar 15 Estimasi konsumsi dan strategi penurunan kuota skenario kebutuhan minimum.

4.5. Implementasi Kebijakan Pengaturan Metil Bromida

Beberapa fakta di lapangan yang ditemukan terkait implementasi kebijakan pengaturan metil bromida diuraikan sebagai berikut:

1. Pelaksana pelatihan dan sertifikat penggunaan pestisida terbatas

Dua peraturan tingkat menteri mengatur hal yang sama, yaitu Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011 mengatur pemberian sertifikat penggunaan pestisida terbatas kepada orang yang telah mengikuti dan lulus pelatihan pestisida terbatas. a. Peraturan Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011 Pasal 9 menyatakan bahwa pemegang nomor pendaftaranimportir wajib melaksanakan pelatihan pestisida terbatas dan setiap orang yang akan menggunakan pestisida terbatas, harus telah lulus pelatihan penggunaan pestisida terbatas serta memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh Ketua Komisi Pengawasan Pestisida Provinsi. Sedangkan Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2009 Pasal 4 menegaskan bahwa petugas karantina tumbuhan dan operator perusahaan fumigasi harus memiliki sertifikat penggunaan pestisida terbatas. Berdasarkan informasi dari responden perusahaan fumigasi, diketahui bahwa pelatihan pestisida terbatas dilaksanakan oleh asosiasi perusahaan fumigasi Ikatan Perusahaan Pengendali Hama 100 200 300 400 500 2012 2013 2014 2015 M T Strategi penurunan kuota Estimasi konsumsi MBr 300 MT – 100 MT = 50 MT 4 48 Indonesia dan setiap orang yang akan mengikuti pelatihan dibebani biaya pelatihan yang cukup mahal. Kondisi ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011 yang menyatakan pemegang nomor pendaftaranimportir wajib melaksanakan pelatihan pestisida terbatas. b. Sertifikat penggunaan pestisida terbatas diterbitkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian dan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Hal ini bertentangan dengan Pasal 9 Peraturan Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011 menyatakan bahwa sertifikat penggunaan pestisida terbatas diterbitkan oleh Ketua Komisi Pengawasan Pestisida Provinsi. 2. Metil bromida masih digunakan untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan Hasil wawancara dengan narasumber diketahui bahwa metil bromida masih digunakan untuk fumigasi tanah, fumigasi gerbong kereta api dan fumigasi gedung arsipperpustakaan serta fumigasi tidak sesuai dengan estándar Badan Karantina Pertanian extra joss. a. Fumigasi menggunakan metil bromida pada gerbong kereta api Informasi dari pihak PT KAI Nunik. 2011. Komunikasi pribadi. PT KAI, Stasiun Kota. Jakarta, organisme pengganggu yang sering ditemukan di gerbong kereta api seperti kecoa, kutu busuk dan tikus dikendalikan dengan cara penyemprotan, pengumpanan, dan fumigasi. Pengendalian hama tidak dilakukan oleh karyawan PT KAI, namun menunjuk pihak ketiga perusahaan pest control yang tidak terdaftar di Badan Karantina Pertanian, sehingga pihak PT KAI tidak mengetahui pestisida yang digunakan. Hasil investigasi ditemukan bahwa: - Perusahaan pest control menggunakan metil bromida untuk “membasmi” kecoa, kutu busuk dan tikus di gerbong kereta api khususnya kereta api kelas eksekutif seperti kereta Bima, Argo Bromo dan kereta Nusantara. - Fumigasi biasanya dilakukan setiap ada keluhan dari penumpang danatau apabila gerbong kereta akan disewa oleh pejabat penting Kereta Nusantara.