54 lapangan, tugas dan fungsi pengawas pestisidaSubdit Pengawasan Pupuk dan
Pestisida tidak terlihat nyata, hal ini terlihat dari tidak tersedianya datalaporan distribusi dan penggunaan metil bromida.
Gambar 20 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi kepatuhan perusahaan fumigasi.
2. Pengawasan impor, distribusi, dan penggunaan metil bromida serta pemberian sanksi yang tegas.
Gambar 21 menunjukkan bahwa responden memandang Badan Karantina Pertanian sebagai stakeholder yang paling berperan dalam melakukan pengawasan
impor, distribusi dan penggunaan metil bromida 0,299, selanjutnya petugas
pengawas pestisidaSubdit Pengawasan Pupuk dan Pestisida bobot 0,209, dan Komisi Pestisida bobot 0,172.
Gambar 21 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi pengawasan impor, distribusi, dan penggunaan dan pemberian sanksi yang tegas.
Barantan .299
PSPPengawas .209 Bea Cukai
.172 Kemendag
.140 Kompes
.083 KLH
.046 Fumigator
.028 Importir
.023 Inconsistency Ratio =0.05
Pengawasan dan sanksi yang tegas
Barantan .196
PSPPengawas .176 Kompes
.164 .128
Kemendag .108
Importir .082
Fumigator .082
KLH .064
Kepatuhan perusahaan fumigasi
Inconsistency Ratio = 0.03 Bea Cukai
55
3. Kebijakan penetapan batas waktu penghapusan yang tegas
Gambar 22 menunjukkan bahwa responden memandang Kementerian Lingkungan Hidup sebagai stakeholder yang paling berperan dalam menetapkan
batas waktu penghapusan yang tegas bobot 0,298, selanjutnya Badan Karantina Pertanian bobot 0,219, dan Komisi Pestisida bobot 0,139. Kementerian
Lingkungan Hidup merupakan instansi pemerintah yang berfungsi melakukan koordinasi dan fasilitasi kebijakan program perlindungan lapisan ozon termasuk
kebijakan dan implementasi pengaturan metil bromida serta juga merupakan Indonesia national focal point
dalam hal kebijakan yang menyangkut lingkungan hidup di dunia internasional.
Gambar 22 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi penetapan batas waktu penghapusan yang tegas.
4. Waktu pemaparan fumigasi pestisida pengganti
Gambar 23 menunjukkan bahwa responden memandang perusahaan fumigasi sebagai stakeholder yang paling berperan dalam mengatasi kendala
lamanya waktu pemaparan fumigasi dengan pestisida pengganti bobot 0,37, selanjutnya Badan Karantina Pertanian bobot 0,186 dan Komisi Pestisida bobot
0,121. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden perusahaan fumigasi, pestisida pengganti yang paling banyak digunakan adalah alumuniummagnesium
fosfin. Responden belum menggunakan sulfuril fluorida karena kekhawatiran tidak adanya bahan pendeteksi pembau, dan harga peralatan pelindung diri serta
alat deteksi kebocoran yang masih sulit didapatkan dan sangat mahal. Waktu pemaparan yang diperlukan dengan alumuniummagnesium fosfin sekitar 3 - 5
KLH .298
Barantan .219
Kompes .139
PSPPengawas .112
Kemendag .094
Bea Cukai .052
Fumigator .047
Importir .039
Inconsistency Ratio =0.05
Penetapan batas waktu yang tegas
56 hari, sedangkan waktu pemaparan dengan metil bromida hanya 1 hari. Faktor
waktu pemaparan ini jelas berpengaruh terhadap biaya fumigasi sewa tempat dan upah tenaga kerja yang harus dibebankan oleh perusahaan fumigasi kepada
eksportir. Untuk mengatasi faktor ini, perusahaan fumigasi diharapkan tidak memandang dari segi keuntungan bisnis semata tetapi perusahaan fumigasi harus
berupaya memberikan informasiedukasi kepada eksportir.
Gambar 23 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi waktu pemaparan pestisida pengganti.
5. Harga pestisida pengganti
Gambar 24 menunjukkan responden memandang importir sebagai stakeholder yang paling berperan dalam mengatasi kendala harga pestisida
pengganti bobot 0,249, selanjutnya Kementerian Perdagangan bobot 0,202 dan Ditjen Bea dan Cukai bobot 0,148. Hasil wawancara dengan responden
perusahaan fumigasi, apabila sewa lahandepo, lama waktu pemaparan, dan upah tenaga kerja diasumsikan tidak memberikan pengaruh terhadap biaya fumigasi,
maka biaya yang diperlukan untuk melakukan fumigasi seperti ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Biaya fumigasi berdasarkan pestisida fumigasi yang digunakan No Pestisida fumigasi Harga Rpkg Dosis gm³ Biaya fumigasi Rpm
3
1 Metil Bromida
80.000 48
3.840 2
Sulfuril fluorida 147.000
48 7.056
3 Fosfin
667.000 6
4.000
Fumigator .370
Barantan .186
Kompes .121
Importir .091
Kemendag .062
PSPPengawas
.060 Bea Cukai .057
KLH .054
Waktu pemaparan pestisida pengganti MeBr
Inconsistency Ratio =0.04
57
Berdasarkan asumsi harga tersebut di atas, maka faktor harga pestisida pengganti masih relatif lebih tinggi dibanding harga metil bromida, bahkan harga pestisida
sulfuril flourida 83,75 lebih tinggi dari harga metil bromida.
Gambar 24 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi harga pestisida pengganti. 6. Ketersediaan dana perusahaan fumigasi.
Gambar 25 menunjukkan responden memandang perusahaan fumigasi sebagai stakeholder yang paling berperan dalam mengatasi kendala dana yang
diperlukan untuk melatih operator dan membeli peralatan fumigasi pestisida pengganti bobot 0,445, selanjutnya importir bobot 0,215 dan Badan Karantina
Pertanian bobot 0,115. Berdasarkan hasil wawancara, perusahaan fumigasi akan mengikuti kebijakan pemerintah untuk beralih ke pestisida pengganti dan sebagai
konsekwensinya mempersiapkan dana untuk melatih operator dan membeli peralatan fumigasi pestisida pengganti.
Importir .249
Kemendag .202
Bea Cukai .148 Fumigator
.141 Barantan
.076 Kompes
.064 PSPPengawas
.064 KLH
.056 Inconsistency Ratio =0.03
Harga pestisida pengganti
58
Gambar 25 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi ketersediaan dana perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pengaturan metil bromida, stakeholders yang berperan serta prioritas strategi alternatif yang
ditawarkan disajikan pada Gambar 26. Ketersediaan dana untuk beralih ke pestisida pengganti
Fumigator .445
Importir .215
Barantan .115
KLH .045
Kemendag .045
Bea Cukai .045 Kompes
.045 PSPPengawas.045
Inconsistency Ratio =0.02
59
Goal Faktor
Stakeholders Prioritas
strategi alternatif
Batas waktu Importir 0,008
0,198 Fumigator 0,009
KLH 0,059 Kemendag 0,019
Bea Cukai 0,001 Barantan 0,043
Kompes 0,027 PSP Kementan 0,022
Pengawasan Importir 0,006
0,249 Fumigator 0,007
KLH 0,011 1. Pengawasan
Kemendag 0,035 0,500
Bea Cukai 0,043 Barantan 0,074
2. Kerjasama Kompes 0,021
stakeholders PSP Kementan 0,052
0,244 Kesiapan perusahaan
Importir 0,013 0,061
Fumigator 0,027 3. Informasi dan
Pengaturan
MeBr
KLH 0,003 sosialisasi
Kemendag 0,003 0,131
Bea Cukai 0,003 Barantan 0,007
4,Kerja sama Kompes 0,003
internasional PSP Kementan 0,003
0,076 Kepatuhan fumigator
Importir 0,024 0,292
Fumigator 0,024 5, Insentif 0,048
KLH 0,019 Kemendag 0,031
Bea Cukai 0,038 Barantan 0,057
Kompes 0,048
Overall Inconsistency
Index =0,05
PSP Kementan 0,051 Efektifitas pestisida
Importir 0,017 pengganti 0,12
Fumigator 0,044 KLH 0,007
Kemendag 0,007 Bea Cukai 0,022
Barantan 0,014 Kompes 0,027
PSP Kementan 0,022 Harga pest pengganti
Importir 0,020 0,08
Fumigator 0,011 KLH 0,005
Kemendag 0,016 Bea Cukai 0,012
Barantan 0,006 Kompes 0,005
Gambar 26 Bagan hasil AHP kebijakan pengaturan pestisida metil bromida.
60
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi di lapangan dan analisis data, maka dapat disimpulkan:
1. Pemerintah telah menetapkan kebijakan pembatasan penggunaan metil bromida hanya untuk keperluan karantina dan pra pengapalan tetapi dalam
implementasinya masih terjadi penyimpangan, baik pada tahapan distribusi dan penggunaan.
2. Pemerintah tidak berhasil menurunkan konsumsi metil bromida secara bertahap melalui kebijakan penurunan kuota impor. Konsumsi metil brromida
menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. 3. Prioritas strategi alternatif kebijakan yang diperoleh dari hasil AHP berturut-
turut adalah: a. Meningkatkan pengawasan impor dan distribusi metil bromida secara
terpadu. Untuk meningkatkan pengawasan dan memudahkan koordinasi, pemerintah harus menetapkan hanya satu institusi yang bertanggung jawab
untuk mengawasi dan mengkoordinasi instansi pemerintah yang terkait, pemerintah harus membatasi jumlah importir dan menetapkan persyaratan
yang tegas bagi distributor seperti distributor harus memiliki cabang minimal di 7 propinsi, mempunyai sertifikat ISO 14000 tentang sistem
manajemen lingkungan, dan memiliki 5 karyawan yang telah memiliki sertifikat pelatihan metil bromida.
b. Meningkatkan koordinasi antar stakeholder terkait dalam menentukan kuota nasional. Strategi penetapan kuota yang harus dilakukan dapat mengikuti
skenario Protokol Montreal tahun 2005 untuk negara berkembang atau skenario adaptasi Protokol Montreal yaitu dengan menetapkan penurunan
kuota 30 setiap tahun. c. Mengembangkan sistem informasi yang terpadu tentang ketersediaan
pestisida fumigasi, peralatan dan pelatihan pestisida terbatas. Strategi ini dilakukan sebagai tindakan aplikasi yang harus dilakukan oleh instansi
61 pemerintah yang ditetapkan sebagai koordinator butir a, misal dengan
membangun sistem informasi elektronik website yang dapat diakses semua stakeholder terkait dan menerbitkan majalahbuletin.
d. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas termasuk instansi terkait tentang larangan penggunaan metil bromida selain untuk karantina dan pra
pengapalan serta pestisida pengganti yang tersedia. e. Pemerintah membuat kebijakan untuk mendorong perusahaan fumigasi
beralih ke pestisida penggantimenggunakan metode lain seperti menetapkan harga minimum metil bromida serta memberikan insentif bagi
importir pestisida pengganti dan peralatan fumigasinya. Insentif dapat berupa menurunkan bea masuk pestisida pengganti dan peralatan
fumigasinya
5.2. Saran
1. Pemerintah harus menetapkan kuota berdasarkan datainformasi kebutuhan di lapangan dan kuota ditetapkan untuk jangka panjang dengan perencanaan yang
matang mencakup target penurunan konsumsi yang ingin dicapai. 2. Pemerintah harus meningkatkan sosialisasi bahwa metil bromida hanya boleh
digunakan untuk karantina dan pengapalan serta pestisida pengganti yang dapat digunakan untuk fumigasi. Sosialisasi yang dilakukan dapat berupa pembuatan
brosurleaflet, spandukbaliho di tempat-tempat strategis, dan pertemuan sosialisasi dengan perusahaan fumigasi, importir, dan instansi pemerintah
lainnya seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.