Pupuk Kompos Pemanfaatan Limbah Perikanan Waduk Cirata sebagai Pupuk Organik dengan Penambahan Kascing dan Gliocladium sp.

mampu mendekomposisi pektin, amilum, dan bahan-bahan organik lain, sehingga Giocladium sp. dikenal sebagai cendawan pelapuk Ekowati 1992.

2.4 Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos humus berbentuk padat atau cair yang telah mengalami dekomposisi Suriadikarta et al. 2004. Pupuk organik dapat dibuat dari kotoran ternak, sampah, gulma, limbah, lumpur, maupun air Sutanto 2002. Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami Musnamar 2003. Pupuk organik terbentuk karena adanya kerja sama mikroorganisme pengurai dengan cuaca serta perlakuan manusia Musnamar 2003. Kelebihan dari pupuk organik dibandingkan dengan pupuk anorganik yaitu dapat meningkatkan produksi dan sesuai dengan tanah. Pupuk organik juga dapat menggemburkan tanah, memacu pertumbuhan mikroorganisme dalam tanah, serta membantu transportasi unsur hara ke dalam akar tanaman. Kelemahan dari pupuk organik adalah takaran volume yang dibutuhkan lebih banyak daripada takaran volume pupuk anorganik Suwahyono 2011. Pupuk organik terdiri dari dua jenis berdasarkan bentuknya, yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik padat merupakan pupuk organik yang berbentuk padat dan lazim digunakan petani. Pupuk organik padat digunakan dengan cara ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah, sedangkan pupuk organik cair umumnya disemprotkan ke daun atau disiramkan ke tanah Musnamar 2003. Ada beberapa jenis pupuk organik yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat, yaitu pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hayati, pupuk guano, dan pupuk mineral bahan alam Suwahyono 2011.

2.5 Pupuk Kompos

Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup tanaman maupun hewan. Proses pengomposan berjalan secara aerobik dan anaerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara keseluruhan, proses ini disebut dekomposisi Yuwono 2007. Kompos dapat diperoleh dari hasil pelapukan bahan-bahan tanaman atau limbah organik antara lain jerami, sekam, daun-daunan, rumput-rumputan, limbah organik pengolahan pabrik, dan sampah organik yang terjadi karena perlakuan manusia Musnamar 2003. Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah soil conditioner dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan menambah kesuburan tanah pertanian. Karakteristik umum dimiliki kompos antara lain: 1 mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah yang bervariasi tergantung bahan asal; 2 menyediakan unsur hara secara lambat slow release dan dalam jumlah terbatas; dan 3 mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah Setyorini et al. 2006. Standar kualitas pupuk organik kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 dapat dilihat Tabel 2. Tabel 1 Standar kualitas pupuk organik kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 Parameter Standar Bahan organik Total N Total C organik Rasio CN P 2 O 5 K 2 O pH Kadar air 27-58 0,40 9,80-32,00 10-20 0,10 0,20 6,80-7,49 50 Sumber: BSN 2004 Pada prinsipnya untuk membuat pupuk kompos dengan kualitas yang baik sangat tergantung pada bahan baku yang digunakan serta penambahan serasah organik untuk pengayaan, dan aktivator mikroba untuk percepatan proses pengomposan Suwahyono 2011. Proses pembuatan kompos dapat dilakukan secara konvensional atau modern. Secara konvensional, kompos yang dihasilkan berupa kompos siap pakai. Sementara secara modern, kompos yang dihasilkan untuk dikomersialkan atau dijual Munasmar 2003.

2.6 Teknik Pengomposan