media tumbuh yang merupakan hasil dari proses dekomposisi oleh cacing tanah Damayanti et al. 2008. Kascing juga mengandung enzim protease, amylase,
fosfatase, lipase, selulase, dan kitinase yang membantu menguraikan bahan organik Palungkun 2008.
Berdasarkan landasan pemikiran di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul
”Pemanfaatan Limbah Perikanan Waduk Cirata sebagai Pupuk Organik dengan Penambahan Kascing dan
Gliocladium sp. ”. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sumber daya yang berharga untuk tujuan perikanan dan pertanian.
1.2 Tujuan
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melakukan proses pembuatan pupuk organik yang berasal dari limbah perikanan dengan penambahan kascing
dan Gliocladium sp. Tujuan khusus penelitian ini antara lain: 1 Menetapkan kualitas terbaik dari pupuk organik yang dihasilkan dengan
melihat kandungan unsur hara yang terkandung dalam pupuk tersebut. 2 Menentukan perlakuan pemupukan terbaik pada pertumbuhan tanaman caisin
Brasica rapa cv. caisin.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Perikanan
Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu aktivitas manusia atau proses alam yang tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, tetapi
justru memiliki dampak negatif. Dampak negatif yang dimaksud adalah proses pembuangan dan pembersihannya memerlukan biaya serta efeknya dapat
mencemari lingkungan. Pada umumnya, limbah terdiri dari limbah padat, cair dan gas Djaja 2008.
Limbah padat dikenal sebagai sampah dan seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Ditinjau secara kimiawi,
limbah terdiri dari senyawa organik dan senyawa anorganik. Pada konsentrasi dan kuantitas tertentu, limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah Ginting 2007.
Limbah padat merupakan penyumbang terbesar terhadap keseluruhan limbah dalam bidang perikanan Rieuwpassa dan Salampessy 1997. Limbah yang
berasal dari perikanan biasanya berupa bagian tubuh yang tidak dimanfaatkan misalnya jeroan, tulang, sisa daging dan lemak. Bahan baku ini berpotensi
menghasilkan bau selama proses pengomposan karena banyak mengandung air, N, dan senyawa lainnya Djaja 2008.
2.2 Kascing
Kascing merupakan bahan organik yang ramah lingkungan, mengandung unsur esensial yang berasal dari kotoran cacing 95 dan 5 material hasil
dekomposisi mikroorganisme yang berguna untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah Mulat 2003. Kascing juga merupakan pupuk organik alternatif
yang mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro serta mengandung hormon tumbuh bagi tumbuhan Mashur et al. 2001. Kotoran cacing kascing
yang menjadi kompos merupakan pupuk organik yang sangat baik bagi tumbuhan karena mudah diserap dan mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman Marvelia et al. 2006.
Kascing mengandung zat humat sebesar 13,88 Mulat 2003. Zat humat bersama-sama dengan tanah liat berperan terhadap sejumlah reaksi kimia dalam
tanah, terlibat dalam reaksi kompleks baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Secara langsung zat-zat
humat dapat merangsang pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap sejumlah proses-proses dalam tubuh tanaman. Secara tidak langsung, zat humat
dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan mengubah kondisi-kondisi fisik, kimia dan biologi tanah Ramdhani 2007.
Kandungan kascing L. rubellus meliputi karbon C 20,20, nitrogen N 1,58, fosfor P 70,30 mg100g, kalium K 21,80 mg100g, kalsium Ca 34,99
mg100g, natrium Na 15,40 mgkg, tembaga Cu 1,7 mgkg, seng Zn 33,55 mgkg, manganium Mn 661,50 mgkg, besi Fe 13,50 mgkg, dan boron Bo
34,71 mgkg. Selain itu kascing juga mengandung banyak mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman, yaitu giberelin 2,75, sitokinin 1,05, dan
auksin 3,80 Mulat 2003.
2.3 Gliocladium sp.